Share

Pendarahan

Sejak kejadian tadi pagi, suasana rumah mendadak sepi. Tak ada senyum di antara penghuninya. Umi Khofsoh masih mendiamkan Bara.

"Umi," panggil Bara di depan pintu kamar. Dari tadi uminya hanya berdiam diri di kamar. Bahkan untuk makan saja, mbah Yah harus mengantarnya.

Tak ada sahutan. Namun Bara tahu, uminya belum tidur jam segini. Dengan memberanikan diri, Bara membuka pintu.

"Umi."

Bara menghampiri umi yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Tangannya memegang tasbih, sementara matanya terpejam. Bara meraih tangan lembut uminya. Kepalanya ia sandarkan di pangkuan umi.

"Umi jangan mendiamkan aku begini. Umi boleh memarahiku, tapi jangan pernah mendiamkanku." Bara mengiba, seperti anak kecil yang sedang merayu meminta coklat.

Tes

Cairan bening lolos dari mata umi yang masih terpejam. Sesungguhnya hatinya amat tersiksa. Ingin sekali ia membelai rambut anaknya, seperti waktu Bara masih kecil. Namun urung ia lakukan, mengingat Bara telah melakukan kesalahan fatal.

"Umi, ji
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
cintya kamu harus tegas jangan lembek jadi perempuan, klo udah sakitt lebih baik pisahh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status