"Semoga saja." Tanaya tersenyum. Dia tiba-tiba menyadari bahwa dia dan Henry jalang berkomunikasi baik-baik seperti ini baik itu di kehidupan lampau maupun kehidupan sekarang.Rasanya cukup nyaman.Tanaya menoleh ke arah Henry. Henry sudah melepaskan jasnya. Dasi masih menggantung longgar di lehernya. Kesan dinginnya berkurang, tergantikan oleh kesan malam dan liar, menawan sekaligus seksi."Kenapa?" tanya Henry yang menyadari tatapan Tanaya. Alisnya terangkat.Tanaya tersenyum lalu dia berkata, "Aku tiba-tiba kepikiran sebuah frasa.""Hm?""Perilaku nggak sesuai dengan penampilan."Henry terdiam.Sebelum Henry mengatakan sesuatu, Tanaya menjulurkan lidahnya lalu berlari ke dapur.Beberapa hal dalam hidup sulit untuk diubah, bahkan dengan usaha yang signifikan. Namun, harus diakui bahwa Henry benar-benar luar biasa tampan. Pantas saja Tanaya menjadi buta di kehidupan lampau. Mungkin itu karmanya karena telah menyia-nyiakan pria seperti itu.Henry menarik kembali pandangannya. Lengan pa
Tanaya sama sekali tidak ingin menggubris Reiga. Dia takut membuat Henry marah.Lihat saja ekspresi pria itu.Benar-benar menyeramkan."Um ...." Tanaya tidak tahu bagaimana mengatakannya. Dia hanya merasa canggung sekali.Hubungan antara Tanaya dan Henry baru saja membaik. Alhasil, Reiga malah datang mengacaukan segalanya."Naya, aku tahu kamu ada di rumah! Buka pintunya, mari kita bicara!"Suara Reiga terdengar lagi. Tanaya hampir tidak bisa tersenyum lagi.Bisakah pria itu diam?!Henry mendengus. Tatapan ironis melintas di matanya. "Tampaknya aku sudah mengganggu kencannya Nona Tanaya."Tanaya tak bisa berkata-kata.Lihat, lihat. Pria ini sudah marah.Dadanya hanya selapang diameter jarum.Tanaya menghela napas. Dia tahu bahwa sebenarnya bukan salah Henry. Siapa suruh dirinya melakukan terlalu banyak hal yang tak terpuji. Apa yang ditanam, itulah yang dia petik. Dia hanya bisa memperbaikinya selangkah demi selangkah."Henry, bisakah kamu ..." ujar Tanaya dengan serius sambil menatap
Hm, sangat bagus."Kalau kamu ada waktu, coba bicara lagi dengannya. Tanyakan apa rencananya tentang proyek Kota Lumina. Lalu kali ini Keluarga Bastin yang bertanggung jawab atas kawasan bisnis Pelabuhan Gidden. Coba lihat apakah Keluarga Mauel bisa menjadi bagian dari proyek itu."Tanaya ingin menangis. Dia menggigit bibirnya dan memejamkan mata. Dia bahkan tidak berani untuk melihat pria yang berada beberapa meter darinya.Bagaimana ini?Jika Tanaya menolak Reiga, Keluarga Mauel bisa saja curiga.Jika dia mengiakan, Henry akan berpikir bahwa Tanaya memang punya niat terselubung.Tanaya menghela napas pelan. Dia merasa Tuhan sedang mempermainkannya, merasa Henry tidak akan percaya pada penjelasannya.Tanaya benar-benar kesulitan ... dia tak bisa menjelaskan diri lagi!"Reiga, aku sudah lapor polisi," ucap Tanaya dengan nada dingin. Dia hanya ingin bajingan itu segera pergi.Hiks ... makan malam romantisnya dengan Henry ...."Aku nggak tenang kalau nggak melihatmu. Buka pintunya, kalau
Henry terdorong ke belakang kemudian dia refleks memeluk pinggang Tanaya.Karena tidak menduga reaksi Tanaya dan faktor selisih tinggi badan mereka, mereka mundur beberapa langkah, lalu jatuh ke lantai.Henry melindungi Tanaya sehingga Tanaya tidak merasakan sakit. Dia jatuh di atas tubuh Henry.Aroma cedar berbeda dengan parfum Reiga. Rasanya menyegarkan dan bersih seperti setelah hujan. Tanaya setengah berlutut di atas paha Henry, kedua tangannya masih memeluk leher pria itu.Ciuman tadi masih belum memuaskan.Tanaya mengedipkan matanya lalu berkata, "Kompensasi."Dia tidak pernah mengambil inisiatif untuk mencium siapa pun. Walaupun dia beranjak dewasa bersama Reiga di kehidupan lampau, hanya Henry yang pernah begitu dekat dengannya.Saat ini wajah Tanaya merona, jantungnya berdebar tak karuan. Dia seperti apel yang matang.Henry menurunkan pandangannya untuk menutupi keinginannya yang melonjak liar. Jakunnya naik turun. Dia berkata, "Nona Tanaya, aku belum sampai tahap begitu kelap
Tanaya memanggil pelan, mencoba untuk mendorong pria itu. Namun, dia menemukan bahwa suaranya serak."Jangan bergerak." Henry spontan menghentikan gerakannya, lalu menguburkan wajahnya di lekuk leher Tanaya.Tanaya menelan ludah. Dia sepertinya menyadari sesuatu sehingga dia sama sekali tidak berani bergerak."Tanaya, apakah ada pria di dalam rumahmu? Biarpun kamu lapor polisi, aku tetap akan membuka pintumu!" Reiga tidak menyangka bahwa suatu hari wanita yang paling patuh ini akan begitu sulit ditangani."Henry," panggil Tanaya."Hm," sahut Henry rendah dengan menurunkan kelopak matanya.Tanaya tidak memiliki pengalaman dalam hal seperti ini. Dia juga takut merangsang Henry sehingga tidak berani bergerak. Dia hanya bertanya, "Apakah kamu merasa lebih baik?"Henry mengatupkan bibirnya sambil menatap Tanaya.Tanaya bisa melihat urat dan keringat pada dahi Henry dengan jelas. Dia merasa bersalah, merasa dirinya seperti wanita berengsek yang tidak bertanggung jawab setelah menggoda orang.
Setelah Tanaya membaca pesannya, dia mengumpat dalam hati.Henry mandi air dingin. Kamar mandinya tidak besar, terasa sedikit sempit dibandingkan tempat yang biasanya dia gunakan. Semua barang yang dia lihat adalah milik Tanaya. Ada karet rambut berwarna merah muda, berbagai produk perawatan dengan berbagai aroma, serta gelas bertema kartun.Henry memaksa diri untuk menarik kembali pandangannya. Dia membiarkan air dingin mengalir dari kepalanya, menenangkan darahnya yang berdesir.Tanaya baru saja memasak iga dan kari ketika dia teringat bahwa Henry tidak punya handuk.Dia mengecilkan api kompor lalu pergi mencari handuk baru di kamar tidur untuk Henry.Hanya saja handuk baru yang tersisa itu berwarna merah muda dan bergambar Lotso. Tampak imut.Tanaya merasa bimbang. Dia melihat dua handuk lainnya di dalam lemari yang pernah dia gunakan, kemudian dia segera mengurung niatnya."Tok, tok ...." Pintu kamar mandi diketuk."Henry, apakah kamu mau handuk?"Mendengar suara Tanaya, Henry pun
Dada bidang, bahu lebar, pinggang ramping. Dengan tinggi badan hampir 190 sentimeter, proporsionalnya tampak sempurna. Semua pria di dunia ini tampak bukan apa-apa di depan Henry."Apakah kamu puas dengan apa yang kamu lihat?"Henry yang merasakan tatapan Tanaya pun membiarkan wanita itu mengamati tubuhnya.Tanaya melihat ke bagian bawah. Pinggang pria itu dililit sebuah handuk berwarna merah muda. Kebetulan gambar beruang Lotso ada di bagian depan.Melihat ini, Tanaya tak bisa berkata-kata.Dia tidak dapat melihat Lotso dengan cara yang sama lagi.Dia menarik kembali pandangannya. Bibirnya melengkung lalu dia berkata, "Warna merah muda sangat cocok denganmu."Usia berbicara, Tanaya pun berjalan ke dapur tanpa menunggu reaksi Henry. Sepertinya suasana hatinya cukup bagus.Dua hidangan lauk sudah hampir siap, Tanaya pun memasak sawinya. Dia memasak sambil memikirkan masa lalunya dengan Henry.Sebelum Tanaya terlahir kembali, Henry juga pernah muncul beberapa kali di kehidupannya.Namun,
Meskipun tidak tahu apakah Henry berbohong, suasana hati Tanaya sangat bagus.Sebenarnya Henry juga dalam suasana hati yang bagus, bila hidangan itu bukan makanan laut.Nasi dan lauk mengepul di bawah cahaya lampu, mengaburkan wajah mereka. Tanaya tidak begitu nafsu makan. Setelah selesai makan, dia menopang dagu dengan satu tangan sambil memandang pria itu.Henry makan lebih banyak dari biasanya, tetapi dia hanya makan sedikit kari makanan laut.Dia mengambil serbet untuk menyeka bibirnya, lalu mendapati Tanaya sedang melamun dengan pandangan berlabuh ke arahnya. Fokus tatapan Tanaya bukan pada Henry. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Rambut Tanaya tergerai di sisi wajahnya. Dia tampak lebih lembut daripada biasanya. Bahkan ketika menghadapi Henry, kewaspadaannya tergantikan oleh kegembiraan.Henry tidak tahu apakah akting Tanaya mengalami kemajuan atau wanita itu memang punya maksud lain.Hanya saja saat ini Henry tidak mau memikirkan semua itu. Keinginannya yang tak terbendung unt