Share

Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa
Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa
Author: reefisme

BAB 1 : Pertukaran Gila

"Keperawananmu untukku, atau.. kau menyerah atas nyawa nenekmu." Pria bermata kelabu itu menatap tanpa sorot emosi dan segera setelahnya udara dingin menyeruak dalam ruangan di mana ia dan seorang gadis berkacamata bulat berada.

"A-apa?"

"Kau tidur denganku, atau kau biarkan wanita tua itu mati. Pilihanmu."

"Kau! Kau memang pria brengsek! Manusia kejam!!" Gadis itu memekik marah.

Tangannya yang memegang berkas dari Rumah Sakit tempat neneknya dirawat, gemetar hebat.

Saat ini neneknya membutuhkan transfusi darah Rh-Null dengan segera, atau ia akan tidak tertolong.

Dan pria di hadapannya ini, satu-satunya orang yang ia ketahui saat ini --detik ini, memiliki darah dengan golongan yang sama.

Sekitar satu jam setengah yang lalu, Elara menerima kabar dari pihak rumah sakit, bahwa neneknya mengalami kecelakaan.

Elara yang saat itu tengah berada di kampus, bergegas datang ke rumah sakit tempat neneknya dilarikan.

“Bagaimana nenek saya, Dok?” tanya Elara panik ketika tiba di ruang IGD dan bertemu salah satu orang mengenakan snelli yang ada di dalam ruang itu.

“Anda adalah?”

“Saya cucu dari Emma Willow. Wanita lanjut usia yang mengalami kecelakaan,” jawab Elara cepat.

Dadanya berdebar hebat menantikan respon dari orang yang mengenakan snelli itu. Kedua tangannya meremas kuat-kuat ujung kemeja longgar yang ia kenakan.

“Oh, Nyonya Willow?” Dokter itu menoleh ke salah satu sudut dan merentangkan sebelah tangannya, memberi isyarat agar Elara mengikuti dirinya berpindah ke tempat yang lebih leluasa untuk berbicara.

Itu sangat penting tampaknya.

“Nyonya Willow mengalami kecelakaan di sekitar First Avenue, mobil yang menabraknya melarikan diri. Nyonya Willow mengalami pendarahan, harus segera di operasi namun ia juga membutuhkan transfusi untuk pertolongan awal,” Dokter itu menjelaskan panjang lebar pada saat mereka berdua sama-sama berhenti di ruang bersekat kaca.

“Mengapa tidak langsung dilakukan?” sergah Elara gusar.

“Golongan darah nenek Anda langka,” jawab Dokter itu cepat. “Kami tidak memiliki persediaan jenis darah itu.”

“Ambil darah ku!”

“Apakah Anda bergolongan darah Rh-Null juga?” tanya Dokter itu lagi, membuat Elara terpaku sekian saat.

“Ti-tidak.”

Dokter itu pun menggeleng. “Kalau begitu, tidak bisa. Anda carilah pendonor yang bergolongan sama. Nenek Anda bisa diselamatkan, dan itu harus segera dilakukan hari ini juga. Jika tidak…” Dokter itu mengangkat bahu pasrah.

“Di-dimana aku harus mencari golongan darah langka itu?” Elara bertanya, namun pula setengah bergumam.

“Oh, kalau tidak salah ada seseorang yang terluka dua puluh menit lalu dan saya dengar ia memiliki golongan darah yang langka itu.”

Kedua mata Elara membesar dan berbinar. “Benarkah? Di mana dia?”

Dokter itu lalu memanggil salah satu petugas yang kebetulan melewati mereka dan bertanya tentang orang yang terluka itu.

“Oh, dia sudah masuk ruang perawatan. Di lantai tujuh,” katanya.

Setelah mendapat informasi tentang kamar rawat itu, Elara berterima kasih dan bergegas ke sana untuk menemui orang itu.

Harapannya begitu tinggi, bahwa neneknya akan segera tertolong.

“Semoga orang itu mau mendonorkan darahnya..” gumam Elara penuh harap.

Namun, harapan itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus Elara hadapi.

Pria bermata kelabu itu, benar-benar seperti iblis yang berwujud memikat.

Elara tersedak. Ia terbangun dari pusaran ingatan menit-menit menakutkan sejak mendengar berita kecelakaan neneknya.

Ia kembali ke dunia nyata dan masih berdiri di hadapan pria itu.

“Kau tidak punya hati nurani sama sekali!”

“Ya, memang,” Pria itu menjawab santai. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang dan menumpangkan satu kaki di atas kaki jenjangnya yang lain.

Aneh untuk dikatakan, tapi pria itu terlihat begitu elegan dengan aura dominan yang begitu kuat. Sementara pria itu hanya mengenakan pakaian proyek yang terlihat sedikit kotor dan berkeringat.

“Aku akan membayarmu!” Gadis itu --Elara, mengganti strategi.

Alis milik pria itu melangit mendengar tawaran Elara. “Membayar? Dengan apa?”

“Uang. Berapa yang kau inginkan?”

“Tubuhmu, atau tidak sama sekali.” Pria itu bahkan tidak berpikir saat mengatakannya. Seringai di wajahnya melebar. “Ku tunggu sampai jam lima sore di sini. Jika lewat, tawaran itu hangus.”

Tangan Elara kian mengetat di samping tubuhnya yang gemetar. “Kurang ajar!! Dasar gila!! Aku tidak akan melakukannya!!”

Wanita muda bertubuh ramping dengan lekuk indah yang tersembunyi di balik kemeja longgar itu berbalik dengan penuh amarah dan hendak keluar dari sana.

Saat tangannya memegang handel pintu, terdengar suara dalam dan sedikit serak milik pria itu dari belakang, membuat Elara kembali menoleh padanya.

“Waktumu hanya tersisa…” Dengan gerakan pelan namun elegan, pria itu mengangkat sebelah tangan dan melirik arloji yang melingkar di pergelangannya. “…tiga jam lagi.”

BRAKK!

Bantingan pintu itu menjadi jawaban dari Elara yang bergegas keluar dengan amarah memuncak.

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Indie Love
haloo numpang ikut baca kak
goodnovel comment avatar
Aurin Aiza
ih awal bab aja udah bikin nagih
goodnovel comment avatar
Latifah Hanun
izin ikut baca,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status