Share

BAB 23

Mata Lara terpaku pada tetes air hujan yang menggenang di jalanan aspal. Hujan datang lalu meninggalkan tanah basah di mana-mana. Seperti Aksa, datang dalam kehidupannya, lalu meninggalkan bekas luka di mana-mana.

"Buu," panggilnya lirih. Lara merindukan ibunya.

Bertahan dalam fase hidup yang tak sepenuhnya mudah, terkadang membuat Lara hampir menyerah. Titik di mana Lara mengingat wajah ayah dan adiknya, hatinya pun kembali menghangat. Lara menghapus bekas air mata di pipi, lalu senyum terbit seketika di wajah oval wanita itu.

Lara memaksa dirinya berdiri. Ia pun mulai berjalan mencari taksi. Beruntungnya, tidak perlu sampai berjalan jauh, Lara menemukan sebuah taksi berhenti di pinggir jalan menunggu penumpang.

"Bisa antar saya ke daerah Jakarta Barat, Pak?" tanya Lara.

"Siap, Non. Mangga, silahkan masuk."

"Terima kasih."

Sepanjang jalan yang indah, Lara meminta izin membuka jendela, menghirup aroma bekas hujan yang membasahi tanah. Petrichor, bau khas yang muncul sete
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status