Semua Bab My Obsessive Ex: Bab 101 - Bab 110
176 Bab
Bab 101
Menjadi dewasa bukanlah tentang umur yang menjadi lebih tua, melainkan tentang bagaimana bersikap bijak menghadapi berbagai masalah. *** Qeiza mengulurkan tangan. Meraih telepon di pojok kanan meja. Suara hangat Chin Hwa langsung menyapa telinganya. Memintanya untuk datang ke ruangannya. Qeiza mengambil buku desainnya. Bergegas memenuhi panggilan Chin Hwa. Dia belum sempat menyentuh minuman buatan Aleta. Dari tempatnya berdiri, Aleta mengentakkan sebelah kakinya. Kecewa lantaran Qeiza belum mencicipi minuman racikan khususnya. Tatapan cemburunya terus mengikuti langkah Qeiza memasuki ruangan Chin Hwa. “Ini,” ujar Qeiza. Menyodorkan buku desainnya kepada Chin Hwa. “Terima kasih.” Chin Hwa mengambil alih buku tersebut dari tangan Qeiza. Dikembangnya dengan perlahan. Dia memperhatikan detail rancangan Qeiza yang dipilih Joanna. “Bahan apa yang ingin kau gunakan untuk membuat gaun ini?” tanya Chin Hwa. “Sesuai dengan tema yang diminta Nona Joanna, aku akan menggunakan beberapa kom
Baca selengkapnya
Bab 102
“Mau apa mereka ke sini?” batin Qeiza. “Mau marah-marah lagi?” Melihat Qeiza masih terpaku di tempatnya, Ansel bergegas menyongsongnya. “Aku senang kau akhirnya pulang,” kata Ansel. Wajah tampannya memancarkan senyuman hangat. Alina juga mendatangi Qeiza. Dia tersenyum kikuk. Merasa tak enak hati ketika teringat perlakuan buruknya pada Qeiza. Qeiza menarik napas panjang. Menetralkan suasana hatinya. Jika tak ada Alina, dia pasti sudah mengusir Ansel. Dia tak sudi lagi bertemu dengan mantan suaminya itu. Hatinya sudah bulat untuk memberi kesempatan kepada Chin Hwa. Menurutnya, lebih baik menikah dengan lelaki yang mencintainya. Lelaki itu tentu akan menyayangi dan menghormatinya. Ansel hanyalah masa lalu yang harus dikubur untuk selamanya. Qeiza memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Sekadar menghargai Alina yang sudah berkenan untuk bertamu ke apartemennya. “Silakan masuk, Tante!” ujar Qeiza. Bagaimanapun dia harus tetap menghormati orang yang lebih tua darinya. Alina cepat-cepat
Baca selengkapnya
Bab 103
Terkadang masalah justru semakin mendekat ketika kita ingin menghindarinya. *** Berbaring di atas ranjang, Qeiza masih belum bisa memejamkan mata. Pikirannya dipenuhi oleh perkataan Alina. Mantan mertuanya itu menginginkan dia kembali membina rumah tangga dengan Ansel. Sungguh sebuah permintaan yang sulit untuk dipenuhinya. “Qei, kamu mau ya balik lagi sama Ansel?” bujuk Alina. Matanya menatap penuh harap pada Qeiza. Qeiza tetap membisu. Dia tidak tahu harus berkata apa. Pintu hatinya sudah tertutup rapat untuk Ansel. “A–aku sangat berterima kasih atas perhatian, Tante,” sahut Qeiza setelah cukup lama hening. Dia menjawab sambil mengarahkan tatapannya pada tangannya yang digenggam Alina. Dia bingung bagaimana harus berterus terang tentang keputusannya pada mantan mertuanya itu. “Qei!” panggil Alina. Qeiza mengangkat kepala. Sejenak dia gugup ketika matanya beradu tatap dengan Alina. Cepat-cepat Qeiza mengalihkan pandangannya. “Maaf, Tante,” ujar Qeiza. “Semuanya sudah berakhir
Baca selengkapnya
Bab 104
“Katakan! Apa yang kau lakukan malam-malam begini?” hardik Qeiza dalam Bahasa Prancis. “Seharusnya aku yang bertanya,” balas lelaki tersebut. “Aku sedang menjalankan tugas. Aku Teddie, petugas keamanan tempat ini.” “Jangan bohong!” bentak Qeiza. “Kau terlihat mencurigakan.” “Akh!” Teddie menjerit ketika Qeiza mengencangkan kunciannya. “Tunggu! Siapa tadi namanya?” batin Qeiza. “Teddie?” Qeiza memanggil ingatannya tentang sosok penjaga keamanan yang biasanya mangkal di pos penjaga. “Kau akan berurusan dengan polisi kalau menyakitiku, Nona!” ancam Teddie di sela rasa sakitnya. Mendengar Teddie menyebut kata polisi, Qeiza memutar kepala lelaki tersebut ke belakang. Cahaya bulan yang tak lagi tersaput mega memperlihatkan wajah penguntit itu lebih jelas. Cepat-cepat Qeiza melepaskan tangan lelaki itu dan bangkit. Dia membungkuk. “J’ai tort, pardonnez-moi!” Teddie tegak. Dia mengibas kotoran pada kedua lututnya. Pandangannya menatap heran pada Qeiza. Untuk memperjelas penglihatanny
Baca selengkapnya
Bab 105
Seorang wanita kadang bersikap seperti merpati. Meski terlihat jinak, dia akan terbang menjauh saat pria berusaha mendekatinya. Jangan didesak. Cukup buat dia merasa nyaman. *** Qeiza memekik kaget. Saat dia membuka mata, pandangannya langsung tertumbuk pada sepasang mata yang sedang mengamatinya dengan intens. Jarak wajahnya dan pemilik mata itu sangat dekat, kurang dari sejengkal. Teriakan histeris Qeiza memaksa Chin Hwa tegak lurus. Saat itulah Qeiza berusaha untuk duduk. Lantaran terlalu buru-buru menarik kaki dan mendadak bangkit, Qeiza oleng. Dia nyaris jatuh tersungkur. Chin Hwa bergerak sigap, menyambar pinggang Qeiza. Akibatnya, wajah Qeiza mendarat tepat di dada Chin Hwa. Qeiza gugup. Aroma orange blossom dan neroli yang menguar dari tubuh Chin Hwa terasa menyegarkan. Wangi aroma Patchouli dan cedar pun terasa sangat menenangkan. Membuat Qeiza merasa nyaman berada di dalam dekapan Chin Hwa. Namun, hal itu tidak dapat meredakan detak jantungnya yang bergemuruh. Hal yang
Baca selengkapnya
Bab 106
Chin Hwa memungut jaket dari lantai trek. Matanya menyipit. Itu bukan pakaian wanita, melainkan jaket pria. Berpikir bahwa Qeiza masih menyimpan barang pribadi milik mantan suaminya, Chin Hwa mencengkeram jaket tersebut dengan sangat erat. Wajahnya mengeras. Dia tidak suka Qeiza masih terikat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan lelaki lain. “Sudah kuduga Nona Kim meninggalkan jaketku di sini saat melihatnya kembali ke apartemen dengan tangan kosong,” seru Teddie. Lelaki itu tersenyum kepada Chin Hwa sambil menunjuk jaket yang masih berada di genggaman Chin Hwa. “Ah, jadi ini punya Anda, Pak?” konfirmasi Chin Hwa. Teddie mengangguk. Dia mengambil jaket yang diancakkan Chin Hwa kepadanya. “Sepertinya Nona Kim tidak bisa tidur tadi malam,” lapor Teddie. “Apa kalian sedang bertengkar?” Teddie sudah sering bertemu dengan Chin Hwa. Mereka bahkan sudah beberapa kali berbincang-bincang. Rasanya sudah seperti ayah dan anak. “Enggak,” sahut Chin Hwa. “Memangnya kami terlihat tid
Baca selengkapnya
Bab 107
Ketika kau mencintai wanita dengan cara yang salah, kau hanya akan membuatnya semakin menjauh darimu. *** Qeiza termenung setelah membaca pesan yang baru saja diterimanya. Chin Hwa masih berkonsentrasi pada kemudi. Melihat Qeiza terdiam, dia mengalihkan perhatiannya sejenak dari jalanan kepada Qeiza. “Ada apa?” tanyanya. “Kabar buruk?” “Bukan apa-apa,” sahut Qeiza. “Cuma pesan dari Nona Joanna.” “Dia berubah pikiran tentang gaun pengantinnya?” “Bukan itu.” “Terus?” “Dia pengin ketemu,” tutur Qeiza. “Katanya ada hal penting yang ingin didiskusikan.” “Bukannya kalian punya janji temu minggu depan?” Qeiza mendesah. “Iya sih,” ujanya. “Tapi … kalau dia mau ketemu hari ini, aku tidak bisa menolak, kan?” Chin Hwa membenarkan pendapat Qeiza. Pelanggan adalah raja. Mereka harus mengutamakan kepuasan pelanggan. “Mau langsung ke sana sekarang? Aku akan mengantarmu,” tawar Chin Hwa. “Tidak perlu,” tolak Qeiza. “Aku bisa pergi sendiri nanti. Janjinya setelah makan siang.” Chin Hwa t
Baca selengkapnya
Bab 108
Sebuah taksi berwarna biru berbelok memasuki pelataran parkir sebuah hotel bintang lima di kawasan elit. Turun dari taksi, Qeiza membayar ongkos. “Ambil saja kembaliannya,” ujar Qeiza. Dia tergesa-gesa meninggalkan parkiran tersebut. Dia harus menemui Joanna. Hanya tersisa lima menit sebelum waktu yang telah ditentukan. Qeiza bukan sengaja datang terlambat. Dia terjebak macet selama hampir setengah jam. Tiba di lobby hotel, Qeiza membaca lagi pesan yang dikirim Joanna. Memastikan nomor kamar yang harus dituju. Setelah menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku, Qeiza mendatangi meja resepsionis. Qeiza melongo ketika wanita yang bertugas sebagai resepsionis itu memberinya sebuah kunci. “Aku hanya ingin menemui seorang teman,” kata Qeiza. “Bukan menyewa kamar.” Dia masih membiarkan kunci yang dipegang petugas resepsionis tersebut mengambang di udara. Wanita itu tersenyum. “Ini sesuai permintaan penghuni kamar itu, Nona,” jelas resepsionis tersebut. Dia tidak memberitahunya lebih ja
Baca selengkapnya
Bab 109
Tidak baik terlalu percaya pada orang lain, meskipun kau sangat mengenal mereka. *** Ansel semakin mendekat. Qeiza bergeser ke samping. Matanya bergerak ke segala arah. Mencari celah untuk melarikan diri. Dia harus selekasnya meninggalkan kamar hotel tersebut. “Kali ini kau tak akan bisa kabur lagi,” ujar Ansel. Matanya menatap lapar pada Qeiza. “Mau apa kau?” tanya Qeiza. Mencoba bernegosiasi untuk mengulur waktu. Ansel menyeringai. “Tanda tangani ini!” perintah Ansel. Mengangkat amplop di tangan kanannya tinggi-tinggi. “Aku tidak mau menandatangani sesuatu yang tidak jelas,” sahut Qeiza. Wajah Ansel menggelap. Kilat matanya kian berang. Sikap keras kepala Qeiza membangunkan singa lapar di dalam tubuhnya. Dia berhenti. Membuka amplop itu dan menarik kertas di dalamnya setengah keluar. “Kau mau membacanya sendiri atau aku yang bacakan?” tanya Ansel. Tangannya masih memegang ujung kertas. “Beritahu aku apa isinya!” ujar Qeiza. Ansel mengeluarkan kertas tersebut sepenuhnya. Me
Baca selengkapnya
Bab 110
Qeiza memandangi wajah tegang Ansel dengan tatapan penuh kebencian. Sekarang dia bisa mengenali seperti apa kepribadian Ansel yang sesungguhnya. Selain tak tahu malu, lelaki itu juga seorang diktator.Untung saja dia sudah bercerai darinya. Kalau tidak, Qeiza tidak dapat membayangkan seperti apa hidupnya dalam kekuasaan Ansel. “Kalau begitu, kuberi kau pilihan,” timpal Ansel. Sinar matanya berkilat licik. “Pertama, tanda tangani surat perjanjian ini dan kita menikah kembali, atau ….” Ansel menggantung kalimatnya. Dia menurunkan wajahnya agar lebih dekat ke muka Qeiza. Qeiza kesulitan menjauhkan wajahnya dari Ansel. Dia cuma bisa sedikit memiringkan kepala. Terlebih saat Ansel terus menyesuaikan posisi wajah mereka. “Kau … menjadi Nyonya Ansel dan kita menghabiskan seluruh sisa hidup kita bersama.” “Aku tidak sebodoh itu!” sentak Qeiza. “Itu bukan pilihan, tapi pemaksaan.” “Aku tidak memaksamu,” timpal Ansel. “Bukankah aku telah memberimu dua pilihan?” Ansel mempertontonkan serin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status