All Chapters of Devil Heart Angel: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
31. Kesepakatan.
Bab 31 'Anesia, jawablah pertanyaanku? Apa kau juga mencintaiku? Dan apakah kau mau menjadi ibu dari anak-anakku kelak?'  Ucapan itu seperti terus berputar dalam kepala cantik Anesia, terngiang ngiang sampai membuat kepala Anesia rasanya mau pecah saat memikirkan kemustahilan itu yang tanpa disadarinya membuat guratan halus tergambar di dahinya yang menandakan bahwa ia sedang berpikir keras. Sejenak Anesia terlena dengan ucapan David dan hendak percaya dengan ucapannya. hatinya mulai tidak karuan rasanya, bagaimanapun dicintai seorang David adalah sesuatu. Namun Anesia belum menampakkan pada David bahwa ia sudah mulai terpengaruh dan mulai percaya akan ucapan yang dilontarkan David, walaupun jika memang benar, ia akan menolaknya saat itu juga, siapa juga yang mau menjadi teman hidup dari seseorang yang pernah ingin menghabisi nyawanya, bahkan bukan hanya ingin, tetapi sudah menghabisinya hanya saja ia memiliki sembilan nyawa seperti kucing yang m
Read more
32. Perayaan.
Bab 32 Sebelumnya Felisia hanya merasa curiga pada sikap Anesia yang sedikit aneh,dimana terkadang ia pulang malam dengan  alasan bertemu temannya. namun sekarang ia bukan hanya sekedar curiga tetapi memang kenyataannya Anesia telah merebut cintanya. Felisia menyaksikan semuanya dengan kemarahan, ia kemudian bergegas turun untuk menemui Anesia. setiap langkah yang ia lakukan,bagaikan api yang semakin lama semakin berkobar. Bahkan waktu rasanya juga berhenti saat melihat kemarahan Felisia. Saat ia telah berada di hadapan Anesia, wajah marah dan api dalam dirinya ia tekan dalam dalam. Ekspresinya tiba-tiba berubah 180 derajat dari wajah penuh kebencian menjadi penuh kasih sayang. Felisia memandang Anesia yang berada dihadapannya dengan senyuman manis yang palsu. Sedang dihadapannya Anesia terlihat gugup dan tingkahnya yang terlihat seperti menghindari Felisia juga tanpa sadar menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinganya, yang merupakan
Read more
33. Tatapan Itu
Bab 33 Alice memandang dekorasi sederhana, yang telah ia buat dengan memerintah semua pelayan rumahnya dengan senyum merekah indah. Ada kepuasan sendiri baginya melihat dekorasi tesebut seperti apa yang diinginkannya. Tatanan makanan yang sempurna dengan banyak jenis makanan yang tersaji diatasnya. Juga ada minuman bersoda sebagai pengganti minuman keras yang sangat dibencinya. Tak lupa beberapa balon yang telah diisi udara dan dibiarkan tergeletak disetiap ujung ruangan secara bergerombol yang entah apa tujuannya mungkin hanya agar terlihat lebih ramai, saat dipandang. Mereka semua juga telah berkumpul diruangan itu atas perintah Alice termasuk kakaknya David juga beberapa pelayan yang juga ikut memeriahkan perayaan kecilnya itu, agar menjadi lebih ramai dan tak ketinggalan Laura, yang saat itu juga datang untuk bertemu dengan David, walau sempat beradu mulut dengannya yang tidak senang akan kehadiran Laura diacaranya yang istimewa, namun akh
Read more
34. Cibiran.
Bab 34 Sesaat ingatan Anesia flasback, pada kejadian saat ia akan direnggut oleh sang malaikat maut, dimana David ingin menghabisinya. Tatapan itu!! tatapan datar dengan penuh amarah bagai berkobar di bola mata  lelaki itu. Tatapan seperti itulah yang ia lihat saat ia akhirnya dibuang kesungai yang deras, dan saat ini ia melihatnya kembali dari mata yang sama, seorang David Edward, diiringi dengan senyum simpul yang menyiratkan banyak arti yang terlihat sangat menakutkan. Tanpa Anesia sadari, tangannya telah meremas pakaian yang dikenakannya dengan sangat kuat, dengan tangan sebelahnya berusaha melepas cengkraman David di dagunya. "Aku peringatkan padamu, aku tidak sedang meminta kepadamu. ini adalah sebuah perintah, yang tak bisa kau tolak, jika kau ingin hidupmu tetap aman sayang,"ucap David sambil menyelipkan anak rambut Anesia yang menutupi wajah cantiknya.  David seketika menghempaskan wajah Anesia dari cengkraman tangannya, dan
Read more
35. Ketahuan?
Bab 35 Anesia mendongakkan kepalanya dan alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang wanita dengan pakaian kantor yang sangat pas ditubuhnya. perpaduan warna hitam dan putih kulitnya membuat pakaian itu sanagat cocok untuknya, sedang berdiri sambil menatapnya. "Hah!" Anesia hanya bisa melongo. Saat itu juga Anesia menelan ludahnya, Seolah dia akan mengalami suatu yang buruk yang membuatnya harus siap dengn situasi itu. Ia mencengkram ponsel itu, ponsel yang ia jatuhkan beberapa detik yang lalu. Dihadapannya kini telah berdiri seorang wanita dengan tatapan tajamnya yang diarahkan untuk Anesia dan melipat kedua tangannya di dada. 'Apakah kakak melihatnya?' batin Anesia. Yah, saat ini yang berdiri dihadapannya adalah Felisia kakaknya. Bagaimana bisa Anesia tidak menyadari saat ia menjatuhkan dan mengambil ponsel itu. Memang wanita yang ceroboh. 'Ya Tuhan, pasti kakak melihatnya. Lihatlah tatapan marahnya.' "Hemmm, kamu yahh!_" sek
Read more
36. Pertengkaran yang seru!!
Bab 36 *** Alice menghela napasnya saat mendengar ucapan Alex yang secara jelas hanya ingin menolaknya. Kekecewaan dan rasa sedih terpancar jelas di wajahnya yang beberapa menit yang lalu menampilkan keceriaan. Ia telah bersusah payah untuk membuat Alex menyukainya, tetapi hasilnya tetap saja nihil.  Sejenak Alex merasa kasihan. merasa sifatnya terlalu keras kepada Alice yang tetap ia tutupi dengan raut wajah datarnya. Tetapi Alice bukanlah wanita yang lemah. Ia adalah wanita kuat yang tak akan mudah menyerah dengan semudah itu. walau ia juga merasakan sakit hati, tetapi menurutnya itu belum seberapa dan itu akan terbayar lunas jika ia berhasil mendapatkan Alex dan itu membuat senyum Alice kembali merekah bak bunga matahari dipagi hari. "Emang kak Alex mau kemana? Aku tetap ikut yah!! Walau nggak keperusahaan nggak apa apa, asal bersama dengan Kak Alex aku selalu bahagia. "Lagian aku lagi bosan, nggak ada teman. Boleh yah? Nggak b
Read more
37. Semuanya terbongkar
Bab 37 **** Pertempuran itu akhirnya berakhir dengan Alex yang menjadi penengah keduanya dan tentu saja ia pula yang harus menghadapi amukan kedua gadis itu. Tampilan Alex terlihat sangat berantakan dengan rambut acak acakan dan beberapa ada yang rontok terlihat dari rambutnya yang menempel di pakaiannya. 'Lebih mudah untukku menghadapi 10 preman sekaligus daripada menghadapi 2 orang wanita yang sedang bertengkar.' batin Alex. Alice memandang tangannya yang sejak tadi digenggam oleh Alex, ada rasa bahagia dihatinya karena Alex menengahi pertengkarannya dengan Laura si nenek lampir walau rambutnya acak acakan tak apalah, kalau ia bisa merasakan perhatian Alex yang seperti ini padanya.  Rambutnya bahkan lebih kusut dari sapu ijuk. "Makasih yah." Langkah Alex tiba-tiba terhenti ketika mendengar ucapan Alice ia memandang Alice yang tersenyum padanya. Kemudian dia langsung melepaskan tangannya yang memegang Alice.
Read more
38. Akhir sandiwara?
Bab 38 **** "Ini semua salah kamu!" ucap Anesia dengan intonasi tinggi. Tatapan kemarahan dan bingung nampak dari wajah cantik itu, buliran bening yang mengalir diwajahnya sebagai pelengkapnya. "Apa yang harus aku lakukan? Hiks hiks hikss, pasti saat ini kak Felis sangat marah padaku. Ini semua salahmu David? Bicaralah!" Anesia mengcengkram kerah baju David yang sejak tadi hanya diam. "Apa yang loh lakuin! Emangnya gue harus ngelakuin apa!" David melepaskan cengkraman Anesia dengan kasar dan langsung mencengram dagu Anesia, "Jangan berani berani loh nyentuh gue, kalau gue nggak ngizinin loh. Loh itu bukan siapa-siapa gue." "Yahh, memang aku bukan siapa-siapa, lalu kenapa kau harus melibatkan aku dengan permasalahanmu hah! Jawab aku brengs*k." "Hahaha, permasalahan apa maksud loh? Ini semua kan karena loh sendiri, kenapa saat itu loh nggak langsung memberitahu semua kebenarannya, aku kan sudah menyuruhmu." "Jadi sekarang kau men
Read more
39. Semua Kacau
 Bab 39 "Akhhhhh.... i hate you Anesia! damn it.. akhhh."  Teriakan frustasi Laura terdengar menggema di dalam kamar mandi. Semua barang-barang yang ada di wastafel telah berantakan tak pada tempatnya lagi. Dilempar sana dan sini oleh Laura. Tangan Laura telah mencengkram rambutnya dengan kuat. Menariknya dan melampiaskan kekesalannya. "Aku akan membalasmu Anesia. Jangan pikir aku akan diam saja, lihat saja. David akan tetap menjadi milikku. Harta, jiwa dan raganya tak akan ada seorangpun yang dapat memilikinya selain aku." Laura terdiam dengan dada yang kembang kempis tak teratur. Terdengar samar kebisingan dari luar kamar mandi. Entah ada apa, namun itu dapat mengalihkan perhatian Laura yang sejak tadi diselimuti amarah. Ditambah lagi, sejak tadi ada yang terus mengetuk pintu itu, mungkin karena Laura terlalu lama didalam kamar mandi. "Akhh, sialan." Seketika senyum Laura terbit saat memandang kaca wastafel
Read more
40. Cibiran
Bab 40 *****      "Sebenarnya apa yang kau lakukan?" Anesia terduduk lesu sembari menundukkan kepalanya dan menumpahkan semua air mata. Kedua tangannya menutup wajah dan menyembunyikan air mata yang sudah luruh tak terbendung. "Kenapa kau membuat kakakku seperti itu? Mengapa kau makin merusak hubungan kami hikss hikss hikss, aku sungguh menyayanginya, selain Ibu, dialah salah satu yang paling aku sayangi." Anesia menengadahkan kepalanya menatap Netra kelam milik David. Seketika netra keduanya bertemu. David merasa ia telah berlebihan terhadap Anesia ketika melihat air mata itu dan rasa bersalah seketika hinggap walau hanya sedikit. "Ehmmm, memangnya apa yang saya lakuin, dia pantas menerima itu. Dia telah menginjak nginjak harga diri saya, bagaimana bisa saya biarin." "Harga diri?" Anesia langsung berhenti dari tangisnya dan mengusap air matanya dengan kasar. Ia langsung bangkit dari duduknya. "Ya. Bagaim
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status