All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 131 - Chapter 140
310 Chapters
Pengintai di Hutan Bakau
“Masuklah, aku sudah menyiapkan makan dan ramuan khusus untuk menambah energi.” Kuntasena mengajak Asoka masuk lebih dulu seraya memilah bekal mana yang harus dibawa dan mana yang tidak perlu.Ramuan yang disediakan tentu satu gelas kopi hitam dengan campuran daun mint beserta empat rempah khusus yang hanya diketahui Kuntasena.Usai makan, mereka bersiap seadanya.Barang-barang bawaan diletakkan di atas kain berbentuk persegi empat yang ukurannya lumayan lebar. Hal itu lumrah terjadi untuk mereka yang tidak mampu membeli tas anyaman dan menggunakan tas kain sebagai alternatif.Di luar gubuk sudah ada dua pemuda menunggu. Mereka mantan awak kapal, murid Lenong Panama beberapa tahun lalu, dan sekarang, keduanya tinggal di sisi lain Dwipa. Mereka datang atas perintah Kuntasena.Berjalan menyusuri malam yang pekat di tengah hutan bakau, lima orang itu sampai di pintu masuk hutan. Lenong Panama dan Kuntasena berjalan di barisan depan, d
Read more
Bertarung Tanpa Cahaya
Asoka langsung memasang kuda-kuda begitu mendengar teriakan dari balik pohon.Hutan sangat gelap. Tidak ada penerangan kecuali dua lampu oblek bersumbukan kain minyak yang dibawa Karim, itupun hanya bisa menjangkau dua meter di bagian depan dan satu meter di bagian samping. Sisanya gelap total, tidak ada penerangan.“Keluar kalian! Kami tidak takut jika harus berhadapan satu lawan satu!” Kirom turun dari kuda dengan pedang terhunus.“Tuan Asoka, kami akan melindungimu sampai titik darah penghabisan. Kami sudah bersumpah pada Guru Kuntasena, dan seorang pendekar harus memegang teguh sumpahnya!” Karim ikut mengawasi sisi kiri Asoka.“Tidak perlu!” Asoka mencabut Pedang Kalacakra dari sarungnya. “Lindungi diri kalian sendiri, itu jauh lebih baik. Aku tahu kalian tidak tahu di mana keberadaan musuh, dan karena itu, gunakan kuda-kuda bertahan sampai kalian yakin, kalian keluar dengan selamat dari hutan bakau ini.&
Read more
Telik Sandi Balidipa
Karim dan Kirom berjalan menyusuri gelapnya hutan, mereka tetap waspada, berjaga apabila pendekar misterius menyerang mereka dari segala sisi.“Kirom, kau bisa mendengarnya? Ada suara nafas memburu dari arah sana, kita harus cepat!”Keduanya sampai di dekat petilasan kedua hutan bakau, mereka tertegun karena Asoka berhasil mengalahkan pendekar itu. Mereka berdua mendekat dan bersyukur, Asoka tidak terluka sama sekali.Pedang Kalacakra ditodongkan ke leher pendeakr misterius bersyal hitam hingga membuat goresan kecil di bagian kiri.Karim berjalan menuju Asoka dan meminta agar pedang itu diangkat sedikit.Berjarak dua meter dari pendekar misterius, Kirom mengamati tubuh pendekar tersebut dengan seksama. Sepertinya tubuh itu familiar; dari gagang pedangnya juga sering dia lihat, tapi entah kapan dan di mana.“Buka topengnya!” perintah Asoka pada Karim. “Jangan terl
Read more
Lalai
Dalam ketegangan yang terjadi, Kirom kembali memohon pada Asoka.Pemuda dengan rambut cepak itu menyetujui hukuman potong tangan untuk sahabatnya, dia tidak bisa melawan lagi karena apabila melawan, Asoka bisa-bisa menghukumnya karena dituduh membela seorang penghianat.“Keputusan sudah bulat, tangan kiri Arya harus dipotong.” Asoka membuat keputusan, dia menoleh ke arah Karim, matanya menatap tajam.Karim mendapat perintah untuk memegangi bagian paha Arya, sementara Kirom menahan bagian lengan.Asoka perlahan melepas pijakannya dari leher Arya. “Tetap pegang dia kuat-kuat, jangan sampai ada ikatan yang lepas. Aku tidak peduli seberapa melasnya dia meminta belas kasih. Hukuman tetaplah hukuman!”Pedang Kalacakra dikeluarkan dari sarung, lalu didekatkan ke lengan kiri pemuda itu. Sontak, senyuman Arya membuat Asoka tertegun. Senyuman yang aneh, namun penuh misteri.“Pegang yang kuat
Read more
Negosiasi
Pasukan pleton lima Serikat Zhang Ze bergerak menuju Pelabuhan Hakuma, mereka masuk melalui perbatasan Selatan, melewati beberapa penjaga yang menggunakan topeng samurai menyeramkan.Masing-masing membawa katana di tangan, ukurannya sekitar satu setengah meter.“Lihatlah mereka, perawakan dan pakaian seperti bangsawan. Aku sangat yakin, mereka adalah anggota Serikat Zhang Ze … cih, ada perlu apa mereka masuk ke Hakuma?”“Keberanian mereka patut diacungi jempol. Genderang perang belasan tahun lalu sudah ditabuh, tapi mereka nekat memasuki kandang musuh. Kita harus bersiap sebelum mereka mencari keributan di tengah kota.”“Jangan gegabah, Tuan Shisui belum memberi kita perintah. Mungkin mereka sudah berkirim surat pada Tuan Shisui jauh-jauh hari, dan karena itu mereka berani memasuki perbatasan.”Kapal terus berlayar, Luo Yi tidak memberi izin semua anggota serikat untuk keluar dari dek kapal.Ada ang
Read more
Kebobrokan Serikat
Penggalangan kekuatan yang dilakukan Serikat Zhang Ze berjalan lancar tanpa hambatan sekalipun. Mereka kembali dengan senyuman merekah, disambut makanan mewah di puncak Bukit Huan.“Kita tunggu sampai hari itu tiba. Satu tahun kiranya cukup untuk mengkoordinir pasukan besar Negeri Sakura.”“Tuan Meng Khi, apa tidak terlalu lama menunggu sampai satu tahun?” Mirana selaku sekretaris dua serikat menyampaikan pendapatnya. “Nusantara bisa menimbun kekuatan lebih besar lagi jika kita menunda penyerangan lebih lama lagi.”Xin Lumina, empat kader, dan para penasehat serikat mengangguk setuju dengan usulan Mirana, tapi tidak dengan Meng Khi, sang raja tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan.Dia tahu seberapa bahayanya pendekar Nusantara, lebih-lebih sejarah serikat mencatat bahwa Serikat Zhang Ze tidak pernah memenangkan pertarungan dahsyat jika Nusantara sudah terlanjur bersatu.“Negara kecil belum tentu memil
Read more
Tahanan Paling Berbahaya
“Ternyata kerajaan Ringin Anom memiliki daerah yang lumayan besar. Aku cukup terkejut, perjalanan satu hari tidaklah sebentar. Pasti rajamu sangat bijaksana hingga membuat desa di ujung ini masih lestari.”Asoka menoleh ke seluruh penjuru.Banyak persawahan hijau membentang rapi, ternak juga dibiarkan bebas tanpa perasaan risau ada pencuri atau pemburu yang tidak bertanggung jawab.Di kiri-kanan desa, selalu ada pagar yang tersusun rapi dari bata merah. Pos ronda serta gapura dibangun dengan arsitektur unik, seolah setiap wilayah kerajaan adalah wilayah elit yang ditinggali orang-orang kaya.Kirom bisa tersenyum untuk beberapa saat, namun dia masih belum berani bicara, suasana hening beberapa saat sebelum Karim menyahuti ucapan Asoka.“Raja Galih namanya, umurnya masih muda namun wibawanya mengalahkan para penasehat sepuh istana.”“Nama yang bagus, aku tidak sabar bertemu dengannya.” Asoka memandang j
Read more
Pemukiman Kuno
Tubuh Asoka bereaksi, secara otomatis mengakibatkan gerakan aneh. Karim menangkap gerakan tersebut dan bertanya langsung. Asoka menjawab sekenanya, bercerita kalau dia merasakan energi Ranu dari sebuah sisi.Asoka meloncat ke atas pohon yang paling tinggi, menusukkan sebuah kayu kecil agar energi Ranu bisa masuk ke aliran darahnya. Semakin lama semakin pekat energi yang terasa, Asoka segera turun mendekati Karim.“Apa istana Balidipa ada di sana?” tanya Asoka selagi menunjuk.Karim mengangguk.Tandanya Ranu memang diculik, tapi bagaimana itu bisa terjadi? Harusnya malam itu Asoka merasakan energi dari orang-orang yang datang.Pertanyaan itu terus menghantui Asoka, bahkan sampai dia menyelesaikan sarapannya di sebuah kedai hingga melanjutkan perjalanan.Tak lupa, dia membayar biaya makanan dengan uang lebih. Harganya cuma tiga puluh lima keping perunggu, namun Asoka memba
Read more
Kematian Lima Prajurit Elit
Satu jam sebelumnya, orang-orang Balidipa sudah menyiapkan beberapa pasukan elit untuk menyerbu gubuk Kuntasena di tepian selat.“Kau masih mengemban tanggung jawab besar memburu Asoka, aku sudah menyuruh Panglima Cakra Bumi menunjuk lima pasukan pembantu khusus. Tidak ada kata sendiri, kegagalanmu bisa mencoreng nama baik Balidipa!”Raja Swarespati marah besar terhadap Arya, namun dia tidak begitu mudahnya menyerah. “Mahapatih Arnawama akan membantumu dengan Ajian Lipat Bumi, setelah menggunakan jurus itu, dia akan tidur selama dua hari untuk memulihkan energi. Jangan nodai kepercayaan mahapatih!”“Baik, Paduka, kami akan melakukan yang terbaik agar Asoka bisa ditawan seperti Ranu, walaupun taruhannya nyawa kami sendiri.”Perjalanan yang biasa ditempuh dua hari, bisa disingkat menjadi dua jam.Enam orang berangkat menuju tepian selat, namun satu di antara mereka menderita luka bakar serius setelah menginjak sala
Read more
Membahas Strategi Perang
Kabar kematian mereka perlahan terdengar di telinga warga. Beberapa nelayan yang terikat kerja sama dagang dengan kerajaan Balidipa menyebarkan berita tersebut dari mulut ke mulut. Hanya dalam hitungan jam, Raja Swarespati segera melakukan pertemuan darurat bersama para petinggi.Yang terbesit pertama di pikiran sang raja, adalah tuduhan miring jika pasukan pengintai mati karena serangan kerajaan Ringin Anom.Selama ini dua kerajaan selalu bersitegang, dan Asoka adalah murid Ki Seno Aji.Ringin Anom berafiliasi dengan Datuk Lembu Sora yang mengampu Perguruan Pasir Putih, juga mengajari beberapa pendekar Ringin Anom, dan atas dasar itu, Swarespati menganggap Ringin Anom mencari masalah dengan Balidipa.Dua kerajaan ini sudah terlibat konflik lumayan lama, sejenak reda, namun masalah ini kembali menyulut api amarah orang-orang Balidipa.Strategi perang diatur.Panglima, penasehat, pemimpin pleton, dan beberapa ahli strategi diku
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
31
DMCA.com Protection Status