All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 241 - Chapter 250
310 Chapters
Pengamatan Asoka
"Bukannya Guru Kusuma sudah memperingatkanmu jauh-jauh hari. Hutan ini, diumpamakan sebagai rumah orang asing. Tidak elok masuk tanpa mengucap permisi. Apalagi, sampai menyentuh barang-barang yang ada di dalamnya.”Barok mulai gerah dengan tingkah Asoka.Dia, yang sudah hidup lama di kaki gunung ini, sudah barang tentu, tahu apa-apa saja hal yang dilarang, juga menjadi pantangan yang tidak boleh dilakukan.Tapi, bukan Asoka jika dia tidak membantah. Dengan wajah kesal, pemuda berkuncir menoleh ke arah Barok, tatapan matanya tajam."Kata siapa, aku sudah minta izin tadi. Bahkan, jauh sebelum kita masuk ke goa ini.”"Kapan? Bagaimana izinmu? Aku tidak mendengarnya sama sekali, Soka. Kumohon, ini demi kebaikan kita. Apa kau sudah lupa pelajaran tentang tata krama memasuki kawasan terlarang?”"Dalam hati," bisik Asoka, sangat pelan, hampir tidak terdengar.Di dalam ruangan, Asoka dan Barok memperhatikan be
Read more
Tulisan Kuno
Mata Asoka memicing ke atas, melihat-lihat apakah ada tanda atau barang-barang tersembunyi yang ditaruh di cela-cela atas ruangan. Dia masih curiga, kalau goa ini ditempati seseorang, lalu di mana orang itu tinggal.Barok, yang menduga hal sama, ikut mencari petunjuk. Dia yakin, ada pintu misterius yang mengantar mereka ke tempat persembunyian penghuni goa.“Patungnya menyala, bau gas, dan beberapa batu yang tidak ditumbuhi lumut. Ini aneh. Harusnya, misal tempat ini lama tidak dihuni, semua batunya ditumbuhi lumut. Apalagi, tetes air merembes ke semua sisi ruangan, tidak hanya di satu sisi tertentu.”Asoka menyerah melihat ke dinding-dinding atas karena tidak menemukan satu petunjuk pun."Aku juga berpikiran seperti itu, Soka. Yang aku takutkan, ada orang lain selain kita yang sudah lebih dulu datang ke goa ini." Barok juga demikian, sekujur tubuhnya merinding, seolah merasakan ada makhluk lain di sekitar tempat itu."Ah
Read more
Sebuah Pintu Rahasia
Saat kembali berjalan, Barok tidak sengaja menendang sesuatu. Suaranya agak nyaring. Ternyata sebuah peti kayu rapuh yang anehnya tidak dimakan oleh rayap.Asoka menunduk. Dia membersihkan bagian atas peti yang penuh dengan runtuhan pasir dan kerikil kecil. Setelah dibuka, di dalamnya ada beberapa pakaian yang tertumpuk. Yang lebih mengherankan, kesemuanya berwarna biru muda.“Mmm, sepertinya pakaian ini cocok untukmu. Sepertinya wajahmu akan lebih cantik.”“Matamu! Aku laki-laki normal woi! Dasar babi rusa, selalu saja bikin masalah!” Barok agak kesal dan tidak sengaja meninggikan suaranya.Asoka segera menutup mulut Barok. “Ssst... jangan berisik, nanti kita ketahuan.”“Kau, bodoh! Kenapa bikin lawakan aneh seperti itu!”Peti tersebut berukuran lumayan, mungkin muat untuk ditempati oleh Asoka. Barang-barang yang ada di dalamnya hanyalah pakaian, tidak ada yang lain.“Alah, cuma p
Read more
Tolong Aku...
Suasananya agak temaram. Mereka tadi masuk ke sela tebing tepat tiga jam setelah matahari terbit. Harusnya, ini masih belum siang dan sekitar pukul sepuluh. Tapi cahaya matahari tidak bisa menembus hingga ke tempat ini.Asoka berjalan dan mengamati keadaan sekitar. Dia tidak gegabah menuju sumber suara perempuan yang berada jauh di depannya. Saat mendongak ke atas, Asoka mendapati kabut tebal yang berjarak beberapa tombak dari kepalanya.“Dari kabut itu, sepertinya kita berada di dasar jurang,” ucap Barok yang ternyata sudah mendongak ke atas lebih dulu.“Mmm, dugaanku juga sama. Itu kabut yang kita lihat dari jembatan rapuh tadi. Dan ini adalah potongan tali yang mengikat sisi lain jembatan.” Asoka menunjukkan tali yang ternoda lumpur.“Terus suara perempuan tadi dari mana? Aku sempat mendengarnya sekilas, tapi tidak jelas apa maksudnya.”Asoka mengangkat dua bahunya. Dia tidak tahu. Akhirnya, Barok memilih untu
Read more
Jurus Sayap Beliung
“Tuan Siluman... apa yang kau butuhkan dari perempuan di sana?” tanya Asoka lantang. Dia menunjukkan kejantanannya sebagai seorang laki-laki.“Hrrgghh... jangan ikut campur urusanku! Pilihanmu ada dua, pergi dan kuberi waktu, atau kau akan bernasib sama seperti perempuan itu!”“Pergi pergi bokongmu kotak! Aku sudah menghabiskan satu hari lamanya hanya untuk berjalan ke sini dan kau menyuruhku pergi seenak jidat? Setan kau! Bebaskan dulu dia baru aku mau pergi.”Siluman kelelawar nampak geram dengan Asoka. Dia terbang satu jengkal dari tanah dan siap mengepakkan sayap raksasanya. “Bedebah kau! Orang sepertimu memang pantas mati dan menjadi santapanku!” Bentaknya lalu bergerak menyerang Asoka.Asoka memfokuskan matanya. Dia bisa berkelit dan meloncat ke samping menghindari serangan siluman kelelawar. Sayapnya memiliki enam tulang dan enam tanduk. Selip sedikit saja leher Asoka sudah terpotong.Pertarung
Read more
Asoka, Kalah
Sebelum siluman kelelawar menyerang dengan jurus Kepak Beliung miliknya, Gatra sudah lebih dulu melapisi tubuh Asoka dengan perisai energi.Memang tenaganya sangat sedikit sekarang mengingat mustika Pedang Naga Api Sulong ada di padepokan Ajisaka. Tapi untuk sekedar mengeluarkan jurus perisai ini, Gatra sangat mungkin melakukannya.Sesaat, Barok berlari ke arah perempuan dalam kurungan dan membebaskannya sebelum sayap kelelawar dikibatkan. Dia menyelamatkan perempuan tersebut dan membawanya ke balik sebuah batu besar.“Kalau kau punya energi, bantu aku untuk melapisi perisai putih milikku,” pinta Barok pada perempuan tersebut.Beberapa tombak dari batu besar, Asoka sudah bersiap dengan kuda-kuda. Di atas, siluman kelelawar mengepakkan sayapnya. “Rasakan jurus andalanku!”Sedetik kemudian, muncullah angin beliung raksasa. Kekuatannya maha dahsyat. Pohon di belakang Asoka hancur dan seluruhnya roboh. Tekanan dari angin kuat sa
Read more
Nyata! Dia Nyata!
Di dasar jurang, Asoka mengubah pola pertahanannya. Kali ini dia fokus untuk mengantisipasi serangan udara dari siluman kelelawar.“Guru, bantu aku, pinjamkan kekuatanmu sejenak,” pinta Asoka yang merasakan nyeri di bagian perutnya. Sepertinya serangan siluman itu berdampak cukup serius.Gatra belum kunjung keluar dari tubuh Asoka. “Tidak bisa, Soka. Mustika merah tidak berada dalam jarak jangkauanku. Hanya sedikit kekuatanku sekarang dan mungkin tidak terlalu membantumu.”“Tidak masalah sedikit, dari pada tidak sama sekali.”“Ulur waktu untuk beberapa menit, aku akan semedi sambil mengais tenaga dari alam dasar jurang.”“Baik, Guru.”Asoka terus menjaga jarak sembari mengulur waktu. Dia menggunakan pukulan pemecah air berulang kali, namun tidak bisa menembus sisik keras dari siluman. Tapi luka silang di perutnya terus mengeluarkan darah.Sang siluman cukup terganggu dengan j
Read more
Pedang Naga Api Sulong
Hari menjelang siang dan ritual Fahma berjalan lancar. Tinggal penutupan ritual dan penyempurnaan hingga mata aneh milik Fahma tertutup seluruhnya.Aura yang terpancar dari mata Fahma hanya bisa dirasakan oleh pendekar hebat, terkhusus yang mendalami ilmu tentang penciuman.Konsepnya hampir sama seperti Langkir Pamanang, tapi pertapa tua memfokuskan latihannya ke indera penglihatan.Oleh sebab itulah, sang pertapa tua bisa melihat wujud asli Gatra tanpa harus bersusah payah.Di bagian luar padepokan Ajisaka, terlihat ada dua orang dengan pakaian serba hitam. Mereka bersembunyi di balik pohon besar.Joko dan Rekso, dua utusan perguruan Elang Hitam yang bertugas mengintai di sekitar padepokan Ajisaka.“Tahan sebentar sampai hari esok. Aku masih belum merasakan aura pemuda yang katanya, mewarisi mustika merah, lalu berguru di perguruan Api Abadi beberapa minggu lalu.” Joko menunjuk ke arah aula padepokan yang ramai dengan murid lati
Read more
Menang Telak
Meskipun kemampuan siluman kelelawar tidak bisa dibandingkan dengan Gatra, dia tetap berusaha menyerang untuk menjaga martabatnya sebagai raja di Goa Kalong.“Pergi kau, Gagak! Jangan menambah beban urusanku. Satu lawan satu kalau berani!”“Tuanku tidak akan ikut campur pertarungan kita. Mari selesaikan secara adil. Kau dengan tulang dan cakarmu dan aku dengan pedangku!”“Kalian semua hanya membuang waktuku!”Siluman kelelawar terbang tinggi. Dia kembali menggunakan jurus Kepak Beliung dan tidak berakibat apapun pada Gatra. Roh mustika merah tidak berkutik dan hanya memandang aneh.“Serangan apapun tidak mempan padaku,” suara Gatra membelah angin kencang.Tidak lama, sang siluman kembali menyerang dengan tulang keras di sayapnya. Serangan terakhirnya kali ini menggunakan seluruh kekuatan yang tersisa. Cakar tajam dan taring juga dipersiapkan sebagai senjata.Namun, siluman tersebut kaget
Read more
Dewi Rara
“Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa terkurung di sana?” tanya Asoka, sembari membersihkan luka-lukanya dengan daun binahong yang dibawa Barok.Sedikit perih, tapi asyik.Kekuatan kelelawar raksasa itu sedikit di bawah Batara Wasji dan Gandaru, tapi, daya bertahannya jauh lebih gila. Bahkan, serangan Asoka bisa ditahan kelelawar itu, tanpa terkecuali.Bidadari itu tersenyum, lalu mengajak Asoka dan Barok duduk bersama di atas bebatuan tua.“Sangat menyakitkan kalau aku mengingat kembali kejadian puluhan tahun silam, atau mungkin, empat ratus tahun silam. Entah, aku akan cerita bagian mananya.”Dari matanya, terlihat sekali jika gadis itu sangat terpukul. Masa lalunya seperti belenggu yang bisa menghajar empati, menghancurkan batin dan perasaan, hingga mencekik diri teringat kejadian kejam kala itu.“Meski berat, tapi, aku harus menceritakannya pada kalian karena telah membantuku keluar. Anggap lah ini sebagai ba
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
31
DMCA.com Protection Status