All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 231 - Chapter 240
310 Chapters
Perkembangan Ritual Fahma
“Cu-cukup... tidak perlu sampai seperti ini. Bangun, Paman. Aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Semua keributan sudah selesai. Bangunlah, tolong...”Asoka meraih bahu Suryo dan mengangkatnya. Sekalipun Suryo berusaha untuk tetap bersimpuh, dia kalah tenaga dengan Asoka. Keduanya saling bersalaman dan membalas senyuman.Ki Langkir Pamanang dan Raden Kusuma hanya bisa saling pandang. Kepercayaan mereka pada Asoka semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Meskipun kadang ceroboh, tapi Asoka memiliki hati yang suci.Keesokan harinya, latihan kembali digelar. Asoka menyuruh seluruh murid padepokan untuk bersantai hingga matahari sudah berada di atas kepala.Begitu terik, Asoka menyuruh mereka berbaris seperti kemarin tanpa memberitahu alasan dan manfaat dari latihan ini. Tapi sekarang, 30 menit lamanya berdiri, tidak satupun dari mereka ada yang pingsan.Setelah beristirahat, latihan kembali dilanjutkan sore harinya. Asoka diberikan ma
Read more
Ramalan Gatra
Asoka berbalik arah. Dia melihat ada dua orang murid sedang bercanda satu sama lain. Eskpresinya berubah, dia agak jengkel melihat tingkah dua murid muda itu, padahal dia sendiri juga masih muda.“Apa yang kalian bicarakan? Jangan bilang, kalian membicarakan diriku yang suka buat onar, suka mencari gara-gara dengan para tetua lain? Jawab, apa yang kalian bicarakan!?” Asoka tiba-tiba berada di belakang mereka.“Ti-tidak, Gu-”Ctak!Ctak!Dua pukulan mendarat hingga memunculkan benjolan kecil di kepala belakang dua murid muda itu. Tidak ada yang bersuara atau protes, mereka menerimanya, terpaksa, dengan lapang dada.Asoka berjalan menuju gubuk. Sementara di belakang, kepala dua murid tadi mengikutinya.“Apa kubilang, dia pemuda semprul. Kalian kalau ikut semprul dan tidak serius, jadinya gitu!” Barok mengingatkan, usai Asoka masuk ke dalam gubuk.“Ma-maaf, Kakang Barok, kami tidak tahu se
Read more
Takdir Sudah Digariskan
Mereka terus berbincang, hingga akhirnya, Asoka memasang wajah cerah, pertanda dia paham penjelasan gurunya. Dia baru paham setelah Gatra empat kali mengulang penjelasan.“Membahas tiga sahabatku tadi, mungkin ada kaitannya dengan misi Ki Seno, mengutusmu ke gunung ini. Dua di antaranya merupakan siluman kelelawar, mirip seperti Batara Wasji, penjaga gubuk zamrud hijau Ki Damardjati Sunandar.”“Berarti, aku harus melawan mereka untuk membuktikan kekuatanku?”“Lebih tepatnya, agar Ikatan Pendekar Nusantara tahu, seberapa pantasnya kau menyandang gelar sebagai penerus mustika merah. Tapi, tenang saja, Soka, kemajuanmu cukup pesat, terutama dari sisi pemahaman. Biasanya aku harus mengulang sampai delapan kali. Ini baru mengulang penjelasan tiga kali saja, kau sudah paham.”“Hihihi...”Asoka memejamkan mata usai mengetahui ke mana tujuan akhir dari latihan awal yang diberikan Ki Seno Aji. Dia tidak mencer
Read more
Murid Nakal
“Selamat pagi, Tetua Muda,” ucap Barok yang sudah tersenyum tipis di depan pintu.“Oooo... bakul daun bawang, hanggu orang tidur saja!?” Asoka membuka pintu dengan mata masih banyak belek. Dia menyuruh Barok masuk, lalu pamit menuju kamar mandi lebih dulu untuk menyuci muka.Barok hanya bisa tertawa pelan.Kalau dihitung-hitung, ada belasan, bahkan puluhan julukan yang disematkan Asoka pada dirinya. Dicatat mungkin bisa jadi nama-nama unik yang menjengkelkan!Asoka keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih cerah. “Malam tadi aku sangat suntuk, Barok. Entah kenapa, aku mengalami mimpi buruk sampai tiga kali. Mimpi yang sama, dan berulang-ulang. Tapi, anehnya, mimpi itu terasa nyata, sampai aku juga merasakan rasa sakitnya.”“Wah itu pertanda...”“Ehh, pertanda apa? Maksudmu bagaimana?” Tanya Asoka sambil mengernyitkan dahinya.“Pertanda kalau jodohmu sudah dekat.”
Read more
Tekad Fahma
Seluruh murid padepokan Ajisaka dikumpulkan di depan aula. Wajah mereka meringis, gemertak gigi mengiringi kumpul pagi kala itu. Beberapa, bahkan gemetar karena nada bicara Raden Kusuma makin meninggi dan meninggi.“Di mana kalian sembunyikan Asoka dan Barok?” tanya Raden Kusuma, urat lehernya mulai muncul.“Ti-tidak tahu, Raden, kami semalam tidur di asrama. Barok pun sama, dia tidur di sebelahku. Tapi, saat aku bangun, Barok tidak ada di baris tidurnya.” Suryo menunduk, mengaku pelan atas apa yang terjadi.“Bohong kamu, Suryo!? Tidak mungkin kepergian Barok tidak diketahui murid-murid lain padepokan. Pasti, ada satu, atau dua orang, yang sengaja menyembunyikan berita ini. Sekarang, aku beri kau peringatan yang kedua. Sekali lagi kau melanggar, aku tidak segan mendepakmu dari padepokan!?”“Ampun, Guru, aku memang tidak tahu ke mana Barok pergi. Aku berani bersumpah, bahkan jika diminta melakukan sumpah pocong, ak
Read more
Suara Misterius di Tengah Hutan
Langit perlahan gelap, padahal ini masih pukul dua siang.Asoka dan Barok sudah berjalan, lama sekali, tanpa sekalipun beristirahat. Mereka terus menyusuri hutan, melewati lembah, sungai, dan tebing-tebing curam.Tidak ada bekal makanan yang tersisa, Asoka telah melahapnya semua. Barok, yang juga lapar dan dahaga, sampai harus mengalah dan hanya memakan satu biji jagung karena jagung-jagung yang lain disikat habis Asoka.“Perut karet. Sudah makan tujuh jagung, masih mengeluh lapar!” Barok mengumpat ketika Asoka mengutarakan keinginannya, ingin beristirahat.Ketika hari mulai senja, mereka berdua tiba di sebuah air terjun besar. Airnya sangat jernih. Asoka memutuskan untuk bermalam di dekat sana karena di sekitar air terjun pasti banyak hasil alam. Tak hanya itu, beberapa hewan hutan pasti datang ke sini untuk mencari minum.Asoka bisa menangkapnya dan memberi Barok makan dari daging hewan-hewan tadi.“Sepertinya kau belum p
Read more
Mimpi Buruk Yang Nyata
Fajar kembali menyingsing, Asoka memutuskan untuk tidur sebentar sampai matahari terbit. Hingga saat dirinya bangun terkena sinar matahari, Barok masih tertidur pulas.Asoka mendekati danau dan mencari ikan yang bisa dimakan Barok. Ia nyalakan kayu bakar dan sesaat sebelum ikan matang, Barok terbangun dari tidurnya.“Masalah baru ikan bakar saja, kau cepat bangun! Giliran berjaga malam hari malah ngorok. Haduhh, kekuatan lambung sapi pekanya sama makanan saja! Dasar kau!” Asoka memaki tanpa menoleh, dia membolak-balik membolak-balik ikan.“Mana jatahku?”“Dih, baru bangun langsung minta jatah?! Pergi sana, cari ikan sendiri. Kau sudah tua, jangan bertingkah seperti anak kecil!” Asoka, seperti biasa, tidak bisa menjaga mulutnya. Tapi, di balik itu, dia bahagia karena Barok bisa tidur pulas malam tadi.Asoka memberikan ikan tadi kepada Barok dan menyuruhnya makan.“Bagaimana denganmu, Soka? Kau tidak t
Read more
Menuju Goa
Asoka berlari menyusuri tanah lapang. Sedangkan Barok mengambil arah berbeda. “Kalau satu dari kita bertemu seseorang, langsung teriak sekencang mungkin. Siapa tahu ada jalan rahasia di sini.”Mereka berdua menyusuri bagian tepi tanah lapang dan mencari di sekitar bibir jurang. Tebing-tebing tinggi mengapit keberadaan mereka. Dalam arti, ketika siluman kelelawar itu muncul, tidak ada jalan keluar lain selain bertarung.Di dekat bibir jurang bagian kanan, Asoka menyusurinya sesuai firasat. Dia berjalan pelan sambil mengamati sudut jurang yang entah dalamnya seberapa karena tertutup kabut.Sementara Barok, dia mengikuti arahan Asoka untuk menyusuri bagian tepi kiri. Susunan tanah di sana agak berbeda dan Barok harus hati-hati agar tidak terpeleset. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari semak belukar dan ilalang yang bisa melukai kaki.“Hmm, sepertinya tidak ada pintu rahasia,” gumam Barok pelan sekali.Setelah kembari menyus
Read more
Pembuktian Mimpi
Ternyata hanya barisan kelelawar yang tidur bertengger di tebing-tebing dalam. Bukan masalah besar. Tapi, Barok mulai menggigil. Dia takut jatuh ke dalam jurang itu, dan tidak bisa kembali.“Tenanglah, dengan ilmu meringankan tubuh kau bisa melayang dan melompat jauh.”“Tapi jurang itu sangat lebar, Soka.”“Yakin!” Asoka menepuk pundak Barok. “Karena setiap perkara yang tidak didasari keyakinan, maka kemungkinan besar gagal. Jangan lupa meminta pada Dewata.”Asoka melompat tanpa mengambil ancang-ancang lebih dulu. Dia mengkombinasikan ilmu meringankan tubuh yang sudah terasah dengan ajian Angin Ribut. Dalam sekejap mata, dia bisa menyeberangi jurang tanpa dasar ini.Barok terkesima melihat Asoka. Meskipun tidak bisa terbang, tapi sahabatnya itu seperti melayang jauh dan melompat sesuka hati.Sedangkan Barok, dia masih ragu-ragu. “Loncat saja, Barok, buang jauh-jauh keraguanmu! Jangan samp
Read more
Patung Kelelawar
"Lama!" Gatra keluar dari tubuh Asoka. "Siapa tahu kalau wanita di dalam goa berparas cantik! Kalian manusia, tidak bisa merasakan aura kecantikan bidadari di dalam goa. Dasar dungu!”"Bodoh, diam kau. Dekat sama Fahma saja mimisan, apalagi kalau perempuan dewasa! Dasar gagak mesum, tutup saja mulutmu dengan sumbu minyak!?""Eh," tatap Barok heran. Dia bingung Asoka berbicara dengan siapa."Ma-maaf, Barok, hanya suara gaib. Biasa, banyak setan berkeliaran di sini. Kau tidak perlu takut, aku sudah menangkalnya dengan jampi-jampi warisan kakek.”Gatra memukul kepala Asoka "Suara gaib matamu! Jangan seenaknya berkata kalau aku setan yang harus diusir menggunakan jampi-jampi. Ak-”“Guru, ada apa?”Gatra tiba-tiba diam. Dia merasakan aura aneh dari dalam goa. Teman lamanya, siluman yang diutus Dewata menjaga kesakralan Lembah Kalong, sudah datang.“Tidak. Tida
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
31
DMCA.com Protection Status