Semua Bab Selubung Memori: Bab 41 - Bab 50
503 Bab
40. ORIENTASI #4
Aku berakhir di halaman belakang Gerha.Memanah dan memanah. Satu hal yang bisa kumengerti dari gaya bertarung Dalton: dia cenderung menyerang jarak dekat. Jadi, kami tidak bisa menjadi sesama penyerang jarak dekat. Salah satu harus bisa menyerang jarak jauh. Dan itu tugasku. Sebagai pemilik kemampuan yang mengizinkan informasi masuk ke kepalaku, aku punya keuntungan. Buktinya, ketika sekarang aku menarik anak panah, kulitku bisa merasakan arah angin, aliran napasku bisa merasakan dinginnya udara, dan saat itu terjadi, mataku benar-benar menatap lurus ke target yang terpasang di pohon apel.Aku melepas busur. Anak panah meluncur.Melesak sukses ke tengah sasaran. Lima anak panah di titik sama.Aku menghela napas. Sejujurnya aku merasa keberhasilanku menembak ke mata beruang—tiga anak panah sekaligus—hanya keberuntungan, tetapi ketika aku mencoba lagi, lima anak panah bisa meluncur tanpa hilang keseimbangan. Bedanya, kalau melakukannya sambil l
Baca selengkapnya
41. ORIENTASI #5
“Dengar, Forlan. Misi pengantar biasanya hanya sebentar. Seharusnya tidak lebih dari dua belas jam. Tapi menurutku ini misi tersulit. Titik Padang Anushka dan Lembah Palapa selalu berubah. Jadi, tim peneliti selalu cari waktu saat kedua titik berdekatan. Makanya, sekarang kau butuh dua hari sebelum berangkat. Dan—ingat, seperti yang kubilang, dua nama di pundakmu. Aku tidak berniat kehilangan rekanku di misi pertamanya. Jangan sampai lengah.”“Hanya melewati alam liar, kan?” tanyaku.“Itu bukan hanya,” desisnya. “Berkeliaran di alam liar itu seperti melompat ke air asam. Kau takkan tahu seberapa berbahaya tempat itu sebelum benar-benar masuk ke dalamnya. Alam liar jauh lebih berbahaya dari apa pun.”“Iya, iya.” Aku tidak tahu mengapa dia memperingatiku sekeras itu padahal aku pernah tinggal di alam liar. “Aku pasti kembali, kok.”“Biasanya mereka mengirimku.” Lavi me
Baca selengkapnya
42. ORIENTASI #6
Lavi mengusulkan latihan di padang rumput. Sasaran tembak di sana lebih banyak dari halaman belakang Gerha. Kubilang itu ide menarik, tetapi sayangnya aku ingin sendiri. Kupikir Lavi bakal mengejekku anti-sosial dan bilang tidak mau partnernya menjadi penyendiri, tetapi dia mengerti, bahkan tanpa iseng.Dia mengambil peralatan memanahnya, jadi aku mengambil anak panah di papan sasaran. Sayangnya, ketika dia kembali, yang jujur saja aku yakin harusnya membukakan pintu untuknya—kecuali dia memang membuka pintu sendiri seolah ini Gerhanya—dia membawa camilan kentang goreng.“Saat pertama kita bicara, kau juga bawa kentang,” ingatku. “Dan kau lupa kita mau latihan? Kenapa kau bawa makanan berat?”“Itu sebenarnya sinyal untukmu,” semburnya, mengambil dua stik kentang. “Kalau mau memberiku hadiah makanan, olahan kentang pilihan terbaik. Dan ini bukan makanan berat. Ini camilan.”Namun, pada akhirnya, a
Baca selengkapnya
43. TIM BERTAHAN #1
Sehari sebelum berangkat misi, Kara memintaku menemani latihan pedang darah campuran. Aku tidak tahu mengapa dia mengajakku, tetapi kusadari ini tugas Lavi—Kapten tim penyerang memang sering diminta menemani latihan, tetapi saat Lavi menolak, Kara diam-diam memintaku ikut. “Lavi pasti melarang,” kata Kara. “Melarangku menemani latihan?” tanyaku, memastikan. “Dia cukup posesif.” Kara tertawa. “Terutama pada partner pertama.” Aku tidak yakin semua akan berjalan lancar. Maksudku, kalau Kara diam-diam memintaku ikut, kami tidak semestinya berlatih di padang rumput. Jadi, aku bertaruh paling lama lima belas menit sebelum Lavi tahu aku ikut latihan. Kara bilang latihan pedang ini untuk darah campuran yang berorientasi. Aku tidak terlalu tahu jumlahnya, jadi kupikir mereka tidak akan lebih dari sepuluh. Itu tidak menjadi masalah karena semestinya aku ikut mereka—toh, aku orang terakhir yang masuk Padang Anushka. Mengetahui kandidat baru menemani mere
Baca selengkapnya
44. TIM BERTAHAN #2
Tampaknya tidak jadi lima detik.Masalahnya, Lukas agaknya lebih lincah dari perkiraanku. Pedang kayuku punya pelindung di gagangnya, jadi dia pasti sulit memuntir. Sayangnya, caranya bertarung berbeda dengan Lavi yang menyerang pusat pegangan pedangku. Lukas lebih memanfaatkan kekuatan, sehingga kecepatan gerakan kakinya menjadi pusat pergerakannya ke segala arah, dan kekuatan lengannya menjadi pusat serangan.Namun, setiap ayunan masih mudah ditangkis pedangku.Dia berniat menusuk dadaku, tertangkis. Lalu berpindah mengayunkan itu ke lenganku, tertangkis. Dia melompat, mengayunkan pedang dari atas layaknya memukul, tertangkis. Wajahnya mulai frustrasi, akhirnya dia menendangku, gagal. Bahkan aku menangkap kakinya. Namun, sepertinya itu rencananya. Dia memakai cengkeraman tanganku sebagai tumpuan, lalu berputar di depan mataku, langsung mengayunkan pedang ke kepala—sayang sekali, tertangkis.Aku tidak bisa menggunakan kemampuan, jadi obrolan tidak
Baca selengkapnya
45. TIM BERTAHAN #3
Tidak ada yang curang. Jesse menunjukkan stiker masih putih.Beberapa orang mengerumuniku, termasuk Dalton dan Elton. Dalton sekuat tenaga meninju-ninju punggungku. “Cara menangmu keren!” Dia tertawa. “Belum pernah ada yang menggunakan perisai dan pelindung dengan cara begitu!”Semakin lama, tinjunya semakin menyakitkan.Dari kejauhan Nadir dan Kara menepuk tangannya. Senyumnya bangga.Kelima tim bertahan langsung dibawa ke klinik. Sekilas kulihat Layla, dan dia mendapati mataku. Dia menghela napas, tetapi tidak kelihatan protes. Ini harus dirayakan. Maksudku, perang saudara tidak terjadi. Dalam kesempatan kecil, aku mencari Lavi, tetapi sosoknya tidak ada. Tiba-tiba dia hilang.Berdasarkan kebijakan Kara, latihan senjata kandidat baru dilanjutkan. Jadi, Nadir mengusir kerumunan, membuatku steril dari orang-orang, meminta semua kembali ke aktivitasnya, lalu membawaku ke kerumunan kandidat baru.“Tunggu. Aku tida
Baca selengkapnya
46. TIM BERTAHAN #4
Aku ada firasat Aaron akan melukaiku, tetapi kami memasuki Balai Dewan.Di meja resepsionis ada Nuel. Kurang lebih dia terkejut melihatku bersama Aaron. Untuk sesaat, dia tampak mengamati Aaron penuh peringatan, tetapi Aaron tidak melihatnya. Kami hanya terus berjalan ke suatu ruangan.Sebelum kami masuk ruangan, Nuel sempat menatapku seperti bertanya apa yang terjadi, aku hanya mengangkat bahu.Ruangan itu tidak terlalu besar, tetapi tidak punya apa-apa. Hanya ada meja putih, dua kursi putih, dinding layaknya besi, dan kamera pengawas di setiap sudut. Sensasi ini persis seperti yang kubayangkan tentang ruang interogasi. Penuh aura dingin, membeku, bahkan mencekam layaknya aku akan mati di sini.Aaron duduk, lalu mengedikkan bahu padaku. Jadi, aku duduk di depannya. Kupikir meja ini cukup besar, tetapi ketika kami duduk berhadapan, semua terasa kecil. Ruangan tidak punya fokus apa pun, jadi yang bisa kulihat hanya Aaron.“Wakil kapten baru?&r
Baca selengkapnya
47. MISI PERTAMA #1
Pesta api unggun pertamaku berlangsung begitu suram.Masalahnya, besok kami berangkat, dan seberapa pun aku membayangkan kesiapanku kembali ke alam liar, aku semakin tidak mau memikirkannya. Terlepas seberapa menjengkelkannya Padang Anushka, tanpa kusadari tempat ini juga telah menjadi tempat nyaman yang setara dengan pondok Nenek. Tidak ada alasan untuk pergi dari tempat ini secepat mungkin.Jadi, ketika semua orang mengelilingi tungku api unggun di hadapan Gerha darah biru, aku hanya terdiam, menatap kobaran api yang semakin menjulang tinggi seperti berusaha melahap habis langit malam yang kian pilu. Aku tidak yakin harus ikut bersenang-senang, menari bersama irama kobaran api—layaknya Dalton yang menari bersama darah campuran lain seolah tidak pernah memiliki beban. Semakin aku merasakannya, segalanya semakin membuatku ingin membenamkan diri.Baru kusadari betapa kesepiannya aku di Padang Anushka.Semua yang kukenal punya kesenangannya masing-mas
Baca selengkapnya
48. MISI PERTAMA #2
Dua hari terakhir, aku lumayan kenal dengan Atlas.Dia ternyata dua tahun di atasku. Tahun ini semestinya usianya dua puluh tahun—yang perlahan juga terlihat wajar karena, sungguh, meski badannya kecil, keberanian dan kedewasaannya patut kuacungi jempol—eh, tidak, ralat, keberanian dan kedewasaannya dalam beberapa waktu bisa membuatku terkagum-kagum. Dia punya perawakan berbanding terbalik dengan badannya—tingginya hanya seratus enam puluh satu, tetapi kenekatannya seratus kali lipat lebih tinggi dari tinggi Kara.Jadi, saat itu kami sedang bicara di padang rumput, Atlas heran bagaimana caraku bertarung bisa memakai teknik berpedang yang lumayan tinggi karena selalu berada di gunung, lalu tiba-tiba Layla melewati kami dengan aroma semerbak. Aku berusaha tidak memedulikan itu, tetapi Atlas, dengan gaya paling keren yang bisa dia tunjukkan langsung berkata, “Layla, kau cantik sekali hari ini!”Layla hanya tertawa hormat sebelum tidak
Baca selengkapnya
49. MISI PERTAMA #3
Itu pertama kali aku melihat perbatasan dengan mata terbuka.Perbatasan dijaga Mister. Dewan yang kebagian di area depan pertahanan.Jadi, pintu perbatasan Padang Anushka berupa gerbang yang sangat besar, dengan pintu besi yang menjulang begitu tinggi, dan mempunyai tembok bata yang mengelilingi sejauh mata memandang. Pintu perbatasan dicapai dengan mendaki bukit setinggi seratus meter ke atas, lalu akan ada semacam pos perbatasan tempat Mister biasa menghabiskan waktu. Mister semacam pria dewasa yang kekar, tetapi ototnya tidak terkesan memiliki daging dan kulit—maksudku, biasanya otot punya bagian yang terkesan manusia. Nah, untuk Mister, kekerasan di ototnya itu seperti besi. Tidak ada sensasi seperti menyentuh manusia. Belum lagi, dia botak. Sering pakai kacamata hitam. Jadi, dia sungguhan gagah misterius.Setelah gerbang, Padang Anushka dipisahkan jurang tinggi. Sungai aliran deras di bawah seperti bisa menghanyutkan Atlas sangat mudah. Bebatuan sunga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
51
DMCA.com Protection Status