All Chapters of Wanita Masalalu Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70
91 Chapters
61. Menebus Sebuah Maaf
Keesokan harinya, Rena terbangun dengan mata sedikit bengkak karena menangis semalam. Saat Haris pergi bahkan tidak mengatakan apapun akan ke mana, Rena merasa diabaikan. Dengan langkah sempoyongan, Rena menuju kamar mandi masih tidak menyadari di sekelilingnya.Bahkan Rena masih terkantuk-kantuk saat memutar kenop pintu kamar mandi. Ia hanya merasakan kakinya ada sesuatu yang ia tabrak tapi enggan untuk melihat. Ia mengira mungkin selimut yang jatuh. Sedangkan Haris yang sudah bangun dari pagi buta hanya gregetan karena suprise yang ia buat belum terlihat.Begitu di kamar mandi Rena menyalakan water heater, matanya mulai terbuka saat guyuran air membasahi wajah. ”Bentar ... kok ada yang aneh? Kenapa lampu kamar mandi gue remang-remang?” gumamnya. Rena mengitari kamar mandi dengan kening berkerut. Kemudian membekap mulut karena kamar mandi miliknya sekarang sudah berubah menjadi kebun bunga mawar yang sangat indah disertai kerlip lampu dan lilin aromaterapi.”Risjaaad!” Rena segera
Read more
62. Berbuat Bar-bar
”Apa nggak bisa gitu sehari gue bahagia tanpa ada yang bikin onar?!” sungut Rena setelah mendengar pekerjanya mengatakan ada yang mengamuk di restoran. Mobil yang hendak melaju ke supermarket, kini bertolak ke restoran. Di perjalanan, dari kaca mobilnya Rena melihat Rose tengah menyeka keringat di dahi Aldi. Hatinya ikut senang jika Rose benar-benar menyukai mantan suaminya. 10 menit kemudian, Rena sudah memarkir mobil dan terkejut melihat mobil Mita sudah ada di sana.Begitu ke dalam, semuanya tidak ada bekas kekacauan, bahkan rapi dan bersih seperti biasanya. Rena memanggil semua karyawan untuk berdiri di depannya dan menanyai apa maksud ucapan di telepon.”Tadi ada mantannya Pak Fais kemari, Bu.” Salah-seorang dari mereka angkat bicara.”Sekarang di mana dia,” tanya Rena lantang. Hatinya bak disiram timah panas lagi-lagi Wulan menyalakan genderang perang padanya.”Nggak usah diurusin. Udah diurus sama Lexy,” timpal Mita.”Ya udah, kalian kembali bekerja.”Semua pelayan dan koki se
Read more
63. Adisana mengusir Wulan
Mita benar-benar berdebar karena Adisana tengah di antar kemari oleh beberapa pelayan. Tak begitu jauh, telinganya sudah mendengar derak langkah secara beramai-ramai. Mita menggenggam tangan sahabatnya, sedangkan Wulan terbahak melihat wajah Mita yang semula mengintimidasi kini berubah seperti kucing peliharaan.”Dasar orang kaya sin ting,” maki Wulan sambil meludah.Rena memiringkan kepala, mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Wulan. ”Sekarang lo bisa ketawa, tunggu sebentar lagi,” ucap Rena pelan kemudian menyeringai.”Dia sudah datang, kan, Lex?” tanya Rena pada Lexy. Lelaki tampan dengan tubuh tegap itu mengangguk. Di saat itu, pintu terbuka membuat mata Wulan melotot dan berusaha melepas tali yang menjerat, bahkan ia pun menggigitnya.Saat sepasang sepatu heels itu mendekat, Wulan semakin frustasi memikirkan bagaimana ia nanti. Kemungkinan-kemungkinan terburuk saling berlalu lalang di kepalanya seperti kaset rusak. Kedua pemilik heels itu berdiri di depan Wulan sambil bersed
Read more
64. Berita Mengejutkan
”Aku nggak boleh mati konyol di sini,” gumam Wulan. Kini wanita itu tengah duduk di kasur tipis kostnya. Dari kemarin setelah pulang dari rumah Mita, Wulan benar-benar memikirkan ucapan Adisana yang memintanya pulang kembali ke Jawa. Clara pasti akan mencari Wulan terlebih ia pun tahu bagaimana Clara yang sebenarnya.Tidak ingin mati konyol, itu yang membuat motivasinya untuk kembali ke Jawa. Di perjalanan pulang kemarin pun Wulan meminta maaf pada Fais, dan meminta ingin menemui Kresnaldi. Fais mengizinkan dan mempersilahkan mantan istrinya itu agar mengunjungi rumahnya di desa.Ada secarik rasa sedih di hati Fais kala itu, merasa ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Wulan meski ia tahu jika mantan istrinya itu hanya akan diam saja di desa. Benar bagi Adisana, lebih baik Wulan ke kampung halamannya saja dari pada harus di kota dengan kemungkinan bahaya lain dari Clara.Wulan merapikan kembali baju-bajunya dan menaruh ke dalam koper, ia juga sempat menulis surat untuk Fais karena t
Read more
65. Sebuah Sesal
Fais segera menaiki bus untuk menuju rumah sakit. Butuh waktu 3 jam untuk sampai ke sana. Ada sedikit kesal karena permintaan cutinya diabaikan oleh atasannya itu. Padahal jelas-jelas ia sudah mengatakan alasannya. Fais mencengkram keras ponselnya yang terdapat foto Wulan mengenakan dress pink tua tanpa lengan. Wulan masih terlihat polos dengan sendal jepit warna hitam. Latar belakang foto itu adalah kebun singkong. Fais tersenyum teringat saat mengambil foto itu saat mereka berdua masih SMK. Bahkan Wulan terlihat kaku saat berpose dengan tangan menyangga dagu. Wulan samasekali tak tersenyum di sana. Wulan dengan ekspresi datarnya dengan Fais yang sudah jatuh cinta saat itu. Pertemuan kedua saat di Jakarta saat itu bagai membuainya kembali untuk mengingat kali pertama saat mereka berdua masih berteman, hanya saja Wulan tidak mengingatnya.3 jam terlewati, bus berhenti dengan supir yang berteriak kencang agar penumpang yang tertidur bisa bangun mendengarnya. Fais tersadar dari romans
Read more
66. Prosesi pemakaman
Rena dan Aldi saling pandang, kemudian ditengahi oleh Fais yang tengah menatap tajam keduanya secara bergantian.”Kematian nggak ada yang tau, Pak Aldi.” Fais angkat bicara. ”Wulan memang salah, tapi bukankah sekarang yang Wulan harapkan adalah kata maaf dari kita? Nggak ada lagi keluarganya yang hadir.”Adisana kembali ke ruang mayat, ”Administrasi sudah saya urus,” ujarnya diikuti 2 orang perawat laki-laki yang mendekat ke arah peti, kemudian menutupnya. Air mata Fais kembali lolos.”Apa kata polisi?” tanya Rena pada Fais.Fais menggeleng, ”Belum diketahui. Mungkin memang hanya tabrakan dan supir mengantuk.” Kemudian lelaki itu mengikuti arah 2 perawat tadi yang tengah meminta bantuan perawat lain untuk menaruh peti ke mobil ambulan. Setelah siap, Fais masuk ke ambulan. Sebelum si perawat menutupnya, Rena menghampiri.”Kita semua ikut ke kampung Wulan,” ujarnya, setelah Fais mengangguk Rena menghampiri suaminya dan berjalan ke arah mobil. Aldi mengetatkan rahang, melihat kondisi Wu
Read more
67. Diabaikan
Rena mundur beberapa langkah, wajahnya memucat dengan keringat dingin yang mulai keluar. Mita mendekati Rena, berusaha membuat keadaan seperti tidak ada apa-apa.”Lexy sama bodyguard yang lainnya ikut, karena dia udah curiga sejak Clara ngomong begitu. Bahkan beberapa orang gue bilang suruh hati-hati sama Clara,” ujar Mita.”Sakit kali tu orang, Mit,” sahut Rena.”Yang gue takutin kalau dia nyoba apa-apain kita juga. Kenapa firasat gue, dia bakal deketin lo ya, karena masalah lo sama dia kan sama.””Lo jangan nakut-nakutin gue gitu dong, Mit. Gue orangnya panikan tau.” Kemudian Rena memilih pergi saja dari hadapan Mita menuju Haris, ia langsung meminta Haris untuk berpamitan pada keluarga Wulan agar secepatnya mencari penginapan.Rena bernapas lega karena kakaknya yang sudah lebih dulu mengambil alih untuk berpamitan pada keluarga Wulan yang lain. Rena diam melihat mata Aldi yang bengkak, kemudian mengalihkan pandangan ketika mata mereka berdua bertemu. Aldi segera merangkul ibu Wulan
Read more
68. Fitria
”Aku kayak orang bo doh tau nggak, Di?! Aku kayak orang be go! Aku nontonin suami aku sendiri nangisin mantannya di depan mata,” pekik Rose, tangannya semakin keras memukul bantal.”Aku dicuekin di hadapan mayat sama di hadapan mantan istri suami sendiri. Sedih banget aku,” racau Rose. Aldi hanya diam, ia hanya mengeratkan pelukan. Aldi mencoba memberi ruang agar Rose bisa mengeluarkan seluruh rasa sakitnya.”Maaf, Rose. Maafin aku,” ucap Aldi lirih. Rose berangsur-angsur tenang, tangisnya tak sekeras tadi. Rose berusaha mengatur napas agar bisa berbicara lebih tenang.”Kamu tau nggak, Di? Aku istri kamu. Aku ngerasa nggak dihargain,” terang Rose mencoba saling berbicara dari hati ke hati.”Kamu post foto Wulan lagi pelukan di story kamu dengan caption bakal tetep sayang dia, maksud kamu apa? Terus adanya aku di sini buat apa,” tuturnya. Sekuat mungkin Rose mencoba untuk tidak emosi, tapi gagal karena rasa cemburunya lebih besar.Tidak ada lagi yang dilakukan oleh Aldi, ia benar-bena
Read more
69. Melakukan Penawaran
”Iya, gue emang ada di sini.”Serentak semua mata tertuju pada sumber suara. Rena dan Mita sampai melotot karena melihat Clara justru duduk bergabung dengannya.”Psikopat,” gumam Rena lirih, tapi agaknya masih terdengar oleh Clara.”Gue bukan psikopat kali, gue cuma denger Wulan katanya meninggoy,” sahut Clara santai, bahkan ia mencomot menu breakfast milik Haris.”Lo yang bu nuh dia?!” tanya Mita.Clara tertawa, ”Gue? Ngapain repot-repot bu nuh tikus kayak dia? ngotorin tangan gue aja.”Rena masih menatap tajam Clara, bibirnya bergetar ingin mengatakan sesuatu tapi nyalinya justru menciut.”Hei, Clar!”Kembali terkejut karena Rose justru menghampiri Clara dengan senyum merekah. Mereka berdua cipika-cipiki tanpa merasa tatapan aneh dari semua orang yang menatapnya. Mereka terlibat obrolan ringan, Rena dan Mita saling pandang.”Kalian berdua kenal?”Rose mengangguk, terlihat sangat antusias. ”Iya, Mit. Kemaren Clara mau ikut rombongan kita, tapi justru tertinggal. Gue ingat bokapnya ka
Read more
70. Mulai Bekerja
”Nggak, Di. Aku tetep jadi OB di kantor Mas Haris,” jawab Fitria, membuat Rose bernapas lega. ”Makasih ya, udah bantu aku,” imbuhnya. Setelah selesai membicarakan pekerjaan, Rose segera menjauhkan laptop dari suaminya. Wanita berwajah bule itu berkacak pinggang dengan raut kesal.”Segitu pengennya Fitria kerja di cafe, Di? Kamu lupa, adanya cafe itu karena bantuan aku?” Aldi bersandar ke kursi seraya menatap langit-langit kamar, ”Kamu nggak tau rasanya jadi aku.””Oh? Tentu aku tau! Aku pernah cinta banget ke Haris, suami Rena itu. Tapi aku nggak freak kayak kamu!”Aldi diam saja karena mencoba meladeni debat dengan Rose hanya akan semakin panjang. Aldi memilih memejamkan mata, tapi justru wajah Wulan yang terbayang. Wajah bahagia saat ia tahu sedang mengandung anaknya.”Pantes aja kamu dibuang sama Rena, modal dengkul tapi nggak tau diri,” maki Rose pada suaminya.Braakk!Rose yang sudah sangat kesal memilih pergi dari kamar setelah sebelumnya membanting pintu. Bulir bening menetes
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status