All Chapters of Wanita Masalalu Suamiku: Chapter 71 - Chapter 80
91 Chapters
71. Fitnah?
”Ini, Mas. Ini saya beli dari restoran depan dengan menu yang mereka bilang karena, katanya Mas Haris punya jadwal makan berbeda setiap harinya,” terang Fitria, kemudian menaruh di meja kerja.Haris mengalihkan pandangan agar bisa melihat Fitria.”Maaf, Mbak. Ini kantor, tolong panggil saya Pak,” titah Haris. ”Dan jangan taruh makanan di meja kerja, tapi taruh di meja dekat sofa.”Fitria mengangguk dan mengambil kembali makanan yang tadi ia bawa sambil menunduk hingga tali bra yang ia pakai tak sengaja terlihat oleh Haris. Haris segera menelfon staff-nya, ”Beri OB yang bernama Fitria seragam.” Tanpa menunggu jawaban, ia mematikan sambungan. ”Pasti nggak kuat liatnya, makanya langsung minta aku ganti seragam,” gumam Fitria dalam hati.”Kalau sudah, silahkan pergi dan minta seragam ke bawah.”Fitria mendengkus kesal karena Haris sangat berbeda saat kemarin ada di rumahnya dan saat di kantor. ”Tau gini mending aku ke restoran atau supermarket aja, niatnya mau deketin malah dimarahin.
Read more
72. Terbongkar
Rena segera mengambil kunci mobil dan melajukan roda empatnya, karena Haris tidak tahu di mana letak kontrakan miliknya itu. Sepanjang perjalanan, deru napas Rena benar-benar tak beraturan. Ia terlalu merasa kesal karena fitnahan Fitria. ”Udah dikasih hati malah minta empedu!” gumam Rena sambil memacu kendaraannya agar lebih cepat. ”Kamu tenang aja, Yang. Lagian kayak kita bego aja, orang di kantor ada cctv,” sahut Haris.”Emang ya, nggak adeknya dan sekarang kakaknya, semua sama aja. Keluarga pembual!” racaunya.Rena dan Aldi sampai di depan gerbang kontrakan yang cukup luas. Beberapa orang melihat Rena tersenyum karena tahu ia pemilik kontrakan yang tengah mereka tempati. Sedangkan Fitria tidak tahu, Rena dan Aldi sudah sampai di tempat ini dan sekarang sudah berada di depan kamarnya. ”Orangnya ada di dalem?” tanya Rena pada pengurus kontrakan -- Jeslyn.”Ada. Tadi gue juga liat dia belom keluar lagi sejak balik kerja,” jawabnya.Dengan kedua telapak tangannya, Rena menggedor pin
Read more
73. Hari Sial Fitria
”Aku gugup, Kak.”Mita dan Adisana tengah melihat persiapan pernikahan mereka yang tinggal 25% lagi akan selesai. Esok, acara pernikahan akan dilaksanakan di salahsatu hotel bintang lima. Ballroom sudah disulap menjadi super cantik dengan hiasan yang tak begitu gemerlap, tapi masih terlihat aestetic dan mewah. Adisana mengusap rambut calon istrinya yang esok akan ia nikahi. ”Kan udah mau jadi suami, kok tetep manggil kak?” Mita tertawa, ”Iya Mas, maaf ya.” Ia merasa aneh karena memanggil Adi dengan sebutan "Mas". Mita memang sudah menyukai kakak sahabatnya sejak lama, dan ia begitu bahagia ternyata perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.”Mama papa udah sampe dari Jepang?” Adisana membuyarkan lamunan. Mita mengangguk.”Tenang aja, pasti acaranya akan berjalan lancar,” ucap Mita. Karena pernikahannya pernah diundur karena orang tuanya itu tidak bisa pulang ke Jakarta, alhasil pernikahan mereka berdua diundur selama 3 bulan.”Mas, harusnya aku lagi dipingit, kita nggak boleh ketemu
Read more
74. Isi Hati Rose
Nada sambung terdengar, tapi Rose tak kunjung mengangkat telepon, sedangkan Rena dan Haris akan segera pulang. Rena menatap suaminya dan menggeleng.”Coba telfon Aldi,” usul Haris pada istrinya. Rena segera menelfon mantan suaminya itu, hingga di dering terakhir, telfonnya diangkat.”Ya, Re?” sahutnya di sana.”Katya mana, Di? Gue sama Haris mau balik,” ucap Rena to the point.”Oh, sebentar ....” Kemudian telfon dimatikan. Tak lama Aldi dan Rose datang menghampiri Rena dan Haris. Katya sudah terlelap dalam dekapan Rose, dan Rena bersiap mengambil putrinya tapi Rose menghindar.”Ren, boleh nggak lain kali Katya tidur sama gue?” pintanya.Rena menghela napas, ”Untuk sekarang ini nggak boleh, Rose. Dia masih kecil, sering bangun malem minum susu, dia masih ASI,” jelasnya.”Kalau begitu gue bawa asi yang udah lo bekuin, tinggal lo ajarin gimana caranya aja, gue pasti bisa kok,” ujar Rose, masih berusaha agar Rena mengizinkan.”Nggak bisa. Kalau lo mau maen sama Katya, silahkan ke rumah. T
Read more
75. Rena hamil lagi?
Aldi mendengarnya, ia memang tidak tidur. Setiap kata yang diucapkan istrinya membuat pikirannya perlahan bisa menerima. Mengetahui istrinya tengah menangis, Aldi mulai duduk di samping Rose, kepalanya ia sandarkan di bahu kurus Rose.Seakan tersentak dengan kepala suaminya, Rose menoleh, matanya menghangat tapi bibirnya tersenyum. Bulir bening berdesakan keluar, ia tak tahu terlalu bahagia pun bisa membuatnya menangis. Kedua pasangan suami istri itu saling berpelukan.***Setahun kemudian ...Keesokan harinya, di rumah Rena, tengah mempersiapkan beberapa bekal makanan untuk dibawa ke pantai. Ia sengaja membawa makanan dari rumah dan karpet lainnya untuk sekalian piknik kecil-kecilan bersama semua orang rumah. Suaminya meminta dibuatkan sandwich dengan saus mentai sudah disajikan di dalam kotak makanan.Rena dan Haris sudah bersiap dengan pakaian santai, begitu pun Katya yang ikut mondar-mandir merecoki Lira dan Mbok Nah. ”Sayang, kamu sama papa dulu,” ujar Rena pada anaknya itu. Ha
Read more
76. Solusi untuk Shilla
”Maaf, Mbak.” Shilla bersuara, wajahnya sudah merembes karena air mata yang tak kunjung berhenti. Ia merasa sangat kotor saat ini, tapi ini pun bukan kesalahannya semua. Ini karena Wulan yang ternyata sudah menjadikannya jaminan atas hutangnya. Almarhumah kakaknya itu menjual keperawanannya pada seorang lelaki tua bangka dengan perut buncit.”Maaf.” Hanya itu yang keluar dari mulut Shilla, ia ikut luruh di samping Fitria. Kedua kakak beradik itu saling menangisi nasib mereka yang malang.”Mati saja kamu! Mati aja!” bentak Fitria, ia bahkan menjambak rambut adiknya. Shilla tidak membalas, ia hanya diam menikmati amukan dari kakak sulungnya. Ia memang merasa salah.Mati? Bahkan Fais menghalanginya. Saat ia akan terjun dari jembatan sepi, ternyata Fais menghalangi jalannya untuk mati. Ia sudah putus asa, bahkan kebahagiaan tampak begitu jauh di matanya.”Bocah gob lok!” maki Fitria, rupanya wanita itu masih belum puas melampiaskan rasa kesalnya. ”Hilang sampe setahun, begitu datang bawa
Read more
77. Sebuah Trauma
Rose hanya diam tak bermaksud menimpali. Pikirannya melayang jauh pada temannya, Clara. Bagaimana kalau Clara mampir ke rumah dan melihat Shilla. Tapi apa Clara tahu Shilla menjadi simpanan papa-nya? Rose bermonolog. Keningnya terasa berkeringat, hingga Rose mengusap kening dengan tangan gemetar.”Apa aku harus ngomong siapa Subroto?” ujar Rose lirih.”Terus sekarang gimana keadaan Shilla?” tanya Rena.”Dia berantakan. Perutnya udah gede, mungkin beberapa bulan lagi lahir,” jawab Aldi. ”Fais ada di rumah, karena Fitria pingsan sejak tau adiknya dijual sama Wulan.””Beb ...,” panggil Rose. Aldi menatapnya ingin tahu. ”Subroto itu ..., papanya Clara.”Semuanya mendengar apa yang Rose ucapkan, ”Clara sering mampir ke rumah lo berdua?” Rena bertanya. Rose dan Aldi menggeleng.”Dia cuma ke cafe, nongkrong sama temennya yang lain--””Ya kemungkinan dia juga bisa ke rumah kalian, kan rumah kalian cuma berapa langkah doang jaraknya,” ujar Rena, kemudian kembali mual sambil menutup mulut.”Lo
Read more
78. Ngidam
”Shilla, kamu pake ini biar kamu nyaman.” Rose mendekat memberinya baju. Ia menggamit tangan Shilla dan mengajaknya ke kamar, matanya berkedip ke suaminya sebagai kode untuk menenangkan Fitria.Shilla mau diajak Rose ke kamar, bahkan kini ia duduk di kursi rias. Rose mengusap wajah Shilla pelan untuk membasuh air matanya. Mata Shilla sembab, entah berapa lama ia menangis.”Gantilah, biar aku tunggu di sini,” ujar Rose. Shilla mengambil baju tidur pendek pemberiannya. Setelah memakainya, Shilla duduk menghadap cermin. Dari sudut matanya, masih menelurkan embun bening.”Apa yang kamu rasain sekarang? Kamu tau, Shil? Harga dirimu sama sekali nggak hancur atau kehormatanmu sama sekali tidak jatuh. Kamu masih terhormat. Kamu nggak hancur.” Rose mencoba memberikan sugesti.Shilla yang mendengar petuah dari Rose menggigit bibirnya yang bergetar, kata-kata Rose benar-benar menghujam ulu hatinya. ”Yang hancur bukan kamu, Sayang. Yang hancur adalah lelaki itu,” sambung Rose.”Tapi anak ini ...
Read more
79. Phobia Darah
Shilla merasa perutnya lapar, memakan roti selai tidak membuatnya kenyang. Saat dirasa rumah kembali sepi, ia mencoba bangkit menuju pintu dan membukanya sedikit untuk melihat ada siapa di ruang makan. Shilla masih malu untuk bertemu orang luar selain Aldi dan Rose. Bertemu Rena membuatnya tak nyaman karena pernah bertingkah bodoh hanya untuk mengikuti ucapan Wulan.Kreeek.Pintunya berderit saat ia membukanya. Matanya mengedarkan pandang, dan tersenyum lega saat tak ada Rena dan yang lainnya. Shilla segera ke dapur dan menuju panci, begitu membukanya ia sangat bersemangat ketika opor Rose masih banyak dan hangat.Shilla mengambil piring dan mengambil 2 potong paha ayam, setelah sebelumnya mengambil nasi hangat. Shilla duduk di ruang makan dan segera melahap opor di hadapannya. Perutnya terasa hangat ketika kuahnya sampai ke lambung. ”Enak banget,” pujinya.Suasana begitu lengang, karena Rena dan Rose agaknya di cafe dengan Katya. Setelah perutnya merasa kenyang, Shilla berdiri untuk
Read more
80. Ancaman
AC rumah sakit terasa menusuk tulang Shilla yang baru saja siuman. Ia merasa mual dan pening, disaat itu juga perutnya merasakan sakit yang amat sangat. Kini baju yang dikenakannya berwarna biru muda, dengan infus yang terpasang di tangan.Pandangannya mengedar, ia melihat Lira yang sedang memegang ponselnya disertai suara lirih dari benda pipih itu. ”Mbak ...,” panggilnya, membuat Lira mencari-cari arah suara. Saat melihat Shilla tengah menatapnya, matanya membesar dan segera melesat keluar menuju majikannya.Akan tetapi begitu di ambang pintu, Lira tidak melihat Rena. Melainkan hanya melihat Rose dan Aldi saja yang tengah duduk saling menautkan jemari.”Bu Rose, mbak Shilla udah bangun,” sentaknya. Aldi segera melesat menuju Shilla yang masih terbaring lemah.Sedangkan Shilla merasa aneh dengan perutnya yang rata. Ia bahkan tak merasakan denyut dari janin yang dikandungnya. Bahkan saat ia menyibak baju rumah sakit yang ia pakai, hanya terdapat perban memanjang. Ia tak tahu apa yang
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status