All Chapters of Wanita Masalalu Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
91 Chapters
41. Rosalind menipu?
Astaga, selain Wulan ternyata ada yang lebih gila dari dia. Yaitu wanita ini. Bagaimana bisa dia meminta terang-terangan seseorang agar tanggungjawab padahal bukan perbuatannya? Kepalaku geleng-geleng tak habis pikir. Ingin rasanya aku tertawa di depannya langsung. Tiba-tiba aku ingin mengusili wanita berwajah bule ini. Aku bergelayut manja dan melingkarkan tanganku di lengan kekar Risjad sambil memamerkan cincin berlian di hadapan wanita itu. “Sayang, perdebatan ini membuatku kehausan,” rengekku. Jujur saja, aku ingin tertawa dengan aksiku karena selama ini aku tidak pernah begini pada Risjad. Bahkan lelaki itu pun terlihat kaget dengan apa yang aku ucapkan. Sayang? Oh, yang benar saja. Pasti banyak kupu-kupu berterbangan di perut Risjad. Kulirik wanita berambut blonde itu yang nampak garang menatapku. Aku semakin membenamkan wajahku pada dada bidang Risjad. Sungguh, aku sangat terhibur! “Mau minum a
Read more
42. Pernikahan
Hari ini, dengan disaksikan banyak tamu undangan, kami menikah. Pernikahan yang sebelumnya aku minta dilaksanakan private, sekarang aku putuskan untuk menyerahkan pada Risjad dan membolehkannya mengundang siapapun yang dia mau. Aku hanya ingin menyenangkan hatinya yang sudah sedemikian rupa menantiku. Jam 09:30, kami sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Saat acara bersalam-salaman, mataku menangkap Wulan dan Mas Aldi tengah menginjak karpet merah dan menuju kearahku. Entahlah ini perasaanku saja atau bukan. Namun, aku seperti melihat kilatan kesedihan dari mata sipit mantan suamiku itu. Sedangkan Wulan, dirinya hanya tersenyum dan mengusap lengan Mas Aldi. Jujur saja, hatiku sedikit perih. “Selamat menempuh hidup baru, Rena. Semoga, lelaki di sampingmu bisa lebih menghargai cintamu juga Katya,” ucapnya ketika jemari kami saling bertaut. “Hebat dong, dapat suami yang lebih berduit dari mantan suami?” Wul
Read more
43. Wulan meninggalkan Aldi?
”Katya nangis, Ris.” saat kami berdua tengah menikmati secangkir teh, anak bayiku menggeliat sembari menangis. Posisi tubuhnya sudah tengkurap. Aku yang hendak menghampirinya kembali mematung karena Haris Risjad sudah lebih dulu menggendong bayi mungilku itu. Katya nampak nyaman dalam dekapannya, sesekali badannya masih menggeliat. Dari mulutnya, nampak Katya mencari sumber makanan utamanya, membuatku kembali bangkit untuk mengambil Katya.Aku menimang bayiku itu, masuk ke dalam lagi untuk menyusuinya. Namun tiba-tiba aku terkejut, saat sebuah tangan kekar kini memeluk pinggangku. Sedangkan posisiku membelakanginya karena sedang menyusui.Ia hirup pelan-pelan aroma rambutku yang menempel di leher. ”Ngapain, sih, Risjad.” tandasku.”Nggak. Itu Katya belum selesai?” keningku berkerut mendengarnya.”Katya, gantian dong, Nak,” ucap Risjad.”Risjaaaaad!” ucapku sembari menaikkan suara, dan Risjad hanya tertawa.Beberapa saat setelah tawanya reda, Katya kembali tidur. Risjad menatap mataku
Read more
44. Suggar daddy Wulan?
Tanpa berkata apapun lagi, Aldi menaruh Katya di stroller, kemudian pergi begitu saja. Disahuti senyuman manis oleh Risjad yang merasa menang.”Udah lama dia.” suara Risjad terdengar dingin di gendang telingaku.Aku yang memang repot dengan Katya yang menangis tidak langsung menjawabnya. Namun Risjad malah kembali menanyakan hal yang sama. Kuhela napas kasar, memandangnya kesal.”Sebentar,” jawabku singkat. Aku kembali berkutat dengan Katya.”Apa yang kalian omongin tadi selama aku nggak ada?” pertanyaannya membuatku mengerutkan kening. Jadi ... lelaki di sampingku ini cemburu? Sekali lagi, aku memutar badan, berhadapan dengan wajahnya yang tampan tapi tampak menyebalkan.”Haris Risjad. Apa harus banget seorang Haris menjadi Harus?” jawabku dengan suara meninggi. Beberapa orang bahkan menoleh dan menahan senyum.”Tinggal jawab aja, sih. Apa salahnya,” ucapnya lagi. ”Dia cuma ngomong, Wulan udah ke Surabaya,” jawabku cuek.Wajahnya terlihat tidak puas dengan jawabanku. Alisku terangka
Read more
45. Kembalinya Fais
Aku menitipkan Katya pada Shila, karena rencana hari ini aku akan ke supermarket dan restoran. Kemarin, setelah aku telepon dengan Mita, tak berlangsung lama dari itu kak Adi menelpon dan bilang tidak bisa ke restoran karena tengah mempersiapkan pernikahan.Mita juga bilang, jika persiapan pernikahan nya sebentar lagi selesai. Sedangkan suamiku dari pagi-pagi sekali sudah terbang ke Balikpapan untuk urusan bisnis setelah cuti kantor setelah pernikahan.Berkendara dari tadi membuat pinggangku cukup pegal. Aku mampir ke supermarket terlebih dahulu untuk mengecek persediaan barang, dan kondisi di sana setelah kutinggal beberapa hari. Sedangkan untuk ke restoran, aku sudah meminta seseorang untuk menghandle, meski sepertinya dia belum datang. Sebelum jam makan siang mungkin aku akan ke sana.Kak Adi juga sudah bilang akan kembali memimpin perusahaan milik papa, maka dari itu kakakku itu tak bisa lagi setiap hari ada di restoran milikku. Dering ponsel mengalihkanku. Aku lekas mengambil po
Read more
46. Wanita yang menjawab telepon
Hari ini cukup penat, aku memilih untuk pulang saja agar bisa merebahkan badan. Mungkin karena sudah lama tidak bekerja, jadi tubuhku kembali terkejut. Setelah sampai di rumah, aku segera mengetuk pintu. Namun, alangkah terkejutnya aku saat mendengar tangis Katya yang sangat keras disertai bunyi benda jatuh.Kugedor-gedor pintu, akan tetapi tidak ada yang membukanya. ”Mbok Nah! Shilla! Buka pintunya!” Derak langkah tergesa-gesa kudengar mendekat, kemudian wajah yang kukenal muncul dari pintu yang terbuka. Aku segera menerobos masuk. Di dekat sofa merah, Shilla menatapku ketakutan, sedangkan anakku berada di dekapan Mbok Nah.Kurengkuh tubuh mungil Katya, tangisnya belum berhenti. Aku meneliti bagian wajahnya, terdapat tanda merah seperti sebuah lingkaran mengelilingi mulut. Tubuhku lelah, kemudian melihat anakku dalam keadaan seperti ini adalah hal yang sangat membuatku kesal.Kuhela napas panjang, mengeluarkannya, berusaha menenangkan diri. Aku memilih duduk di dekat baby sitter an
Read more
47. Risjad Selingkuh?
Risjad berdiri tegap, meski wajahnya terlihat letih. Senyumnya mengembang saat aku menatapnya.”Kamu berantakan banget, Yang?”Risjad memindai wajahku yang memang berantakan. Aku semalam tidak bisa tidur dengan baik, rupanya lelaki di hadapanku sudah berhasil membuatku memikirkan dirinya.”Buat apa kamu pulang secepat ini? Yakin nggak ada yang kehilangan kalau kamu tinggal,” sindirku. Wajah lelahnya berkerut, ”siapa?”Aku mengedikkan bahu, tanda tak berniat menjawabnya. Aku mengambil handuk baru di lemari dan bersiap menuju kamar mandi. Tapi pergerakanku terhenti karena tangan Risjad menarik piyama yang kukenakan. Aku hanya melihat Risjad melalui ekor mata saja.Lelaki itu bangkit seraya mengendus leher jenjangku, tapi segera kutepis.”Aku baru bangun tidur,” ucapku singkat seraya menghindar.”Nggak perduli. Aku kangen sama kamu, There.” Suaranya lembut dengan pandangannya yang sendu. Aku mendorong dada bidangnya, kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi.Begitu selesai mandi,
Read more
48. Perdebatan Sengit
Mbok Nah terbelalak, seraya memindai wajahku. Dari netranya, ia tidak percaya dengan apa yang kukatakan.”Risjad selingkuh, Mbok. Aku lihat sendiri ....” Aku kembali mengulang kata-kataku.”Sudah bicarain ini sama Den Haris?” tanyanya. Aku menggeleng.”Nduk ... rumah tangga itu dipikul berdua. Jangan yang terlihat salah di mata Non, lantas benar nyatanya salah. Kan Non belum tau penjelasan dari Den Haris,” kata Mbok Nah.Bukan aku tak ingin mendengar penjelasan suamiku, aku hanya takut jika kenyataannya semakin menyakitiku. Dulu saat bersama Aldi, aku sangat tergesa-gesa hingga setiap hari kucecar dia tentang perselingkuhan itu. Sekarang untuk mendengar jawaban dari Risjad, aku takut menancapkan duri dalam jantungku sendiri. Bahkan beberapa hari ini, dalam diamku, Risjad tidak berusaha menjelaskan. Ia ikut diam sepertiku.”Non mandi dulu, ya. Tenangin pikiran. Nanti, kalau waktunya dirasa pas, Non ajak ngomong Den Haris.”Aku memilih duduk di ruang makan dengan hati dan pikiran yang
Read more
49. Jatah Risjad
”Kita tu lagi di kantor, Riiis.” Aku menepis tangannya yang bergerak nakal membuka kancing blazer yang kukenakan. ”Ya, emang kenapa?” Tanyanya polos. Aku segera menjitak kepalanya. ”Auw!””Lagian kamu bilang, kan, nanti malem? Kenapa minta sekarang, sih,” ujarku seraya membenahi pakaian.”Tapi kamu percaya, kan, kalo aku nggak main di belakang kamu? Aku nggak selingkuh,” rengek Risjad. Dagunya ia taruh di bahuku. Sementara tangannya satu kembali menyelinap masuk ke dalam blazer.Aku segera berdiri hingga Risjad kehilangan keseimbangan. Tubuh Risjad hampir menubruk meja kerjanya. Bibirnya mengerucut. Tidak berlangsung lama, karena kemudian bibirnya tersenyum lebar.”Kamu cemburu sama Imelda, ya? Itu tandanya kamu udah cinta lagi sama aku,” katanya sambil menaikturunkan alisnya.Lelaki di hadapanku itu berdiri, sementara aku memandanginya dengan kening berkerut.”Wah! Theresia. Rena Theressia, udah cinta lagi sama Haris Risjad. Nggak pa-pa, deh, diteriakin Risjad terus seumur hidup. As
Read more
50. Pembuat Onar
”Aku tuh ketagihan sama kamu,” jawabnya. Aku berdiri hendak meninggalkan Risjad, tapi diurungkan saat ponselku berdering. Wajahku berubah seiring dengan apa yang Mbok Nah tuturkan begitu kuangkat. ”Aku pulang sekarang, Mbok.””Kenapa? Kenapa buru-buru?” Risjad memegangi tanganku.”Ris, Shila balik ke rumah.”Risjad langsung berdiri, ”Ayo kita pulang.””Dia sama Aldi,” ucapku lirih.Rahangnya kulihat mengeras seiring dengan kerasnya pegangannya padaku. Aku sampai mengaduh, hingga akhirnya Risjad melonggarkan pegangan.”Mending kita pulang sekarang, deh, biar kita tau apa yang terjadi di sana. Kata Mbok Nah, Aldi lagi marah-marah.”Kemudian kami berjalan beriringan. ”Pak, saya butuh tanda tangan untuk beberapa berkas,” ujar salahsatu staff suamiku, saat baru saja keluar ruangan. Aku memberi isyarat agar ia kembali bekerja, tapi Risjad justru menggeleng.”Kamu ngantor dulu aja. Masalah di rumah biar aku yang handle,” ujarku. Risjad mendesah kesal. ”Nanti aku pulang begitu udah nggak
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status