All Chapters of DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati: Chapter 81 - Chapter 90
119 Chapters
81. Dua Setan Dari Neraka
SI NENEK Juminah yang duduk terkantuk-kantuk di bawah panggung penggantungan tersentak kaget dan buka mata cekungnya lebar-lebar.Saat itu malam sangat gelap dan udara dingin sekali. Di hadapannya tegak dua sosok tubuh gagah."Kalian siapa?!" si nenek membentak galak dan melompat tegak.Danurwenda dan Surya Darma sesaat saling pandang."Kami dua setan dari neraka. Siap menjemput korban penggantungan! Tapi kami belum kenal siapa kau, apa kerjamu malam buta di tempat ini dan apa benar di sini hendak digantung gadis jelita gembong pemherontak?" jawab Danurwenda.Kembali si nenek terkesiap kaget mendengar ucapan pemuda berambut gondrong yang mengaku setan dari neraka itu."Aku dukun Juminah! Penjaga tempat penggantungan ini!" Si nenek masukkan sepotong kemenyan ke dalam pedupaan. Bau kemenyan menyebar tajam. "Gadis pemberontak itu memang hendak digantung di sini, besok pagi-pagi! Apa kalian juga bangsa pemberontak yang minta digantun
Read more
82. Menemui Guru
Meskipun Munding Wulung berhasil mengelabui Banyak Soka dan Kebo Bledeg, tapi tanpa disadarinya dua sosok tubuh mengejarnya dalam kegelapan.Di pinggiran sebuah hutan kecil di sebelah tenggara Loh Maja, dua pengejar ini berhasil menyusulnya lewat jalan pintas.Salah seorang dari mereka menarik kaki belakang kuda yang ditungganginya Hingga tubuhnya mencelat jatuh bersama-sama tubuh Larasati.Sekali lagi Munding Wulung menunjukkan kecerdikannya. Begitu jatuh secepat kilat dia mendekap tubuh gadis itu.Memandang ke depan dia melihat dua pemuda itu siap untuk menyerangnya. Munding Wulung cabut keris pusaka dari sarungnya.Sinar kuning membersit terang di tempat gelap itu. Ujung keris ditempelkannya ke leher Larasati lalu dia membentak lemparkan ancaman."Tetap di tempat kalian masing-masing! Sedikit saja kalian bergerak keris ini akan menamatkan riwayat gadis ini!"Danurwenda dan Surya Darma tercekat. Sesaat tak tahu mau ber
Read more
83. Pocong Ireng Palsu
"Astaga, lampion di atas atap, Eyang!" suara Munding Wulung menyentak keras."Ada apa dengan lampion itu?""Lampu itu bisa menjadi petunjuk para pengejar! Saya harus mematikannya!"Eyang Pocong Ireng tertawa. "Kau memiliki rasa takut tak beralasan!""Eyang, suara tawamu aneh!" tukas Munding Wulung. Lalu dia bergerak mencari-cari sesuatu."Apa yang kau cari?""Lampu. Saya tahu ada lampu dalam rumah ini dan Eyang biasa menghidupkannya!""Lupakan lampu itu Munding Wulung. Mendekatlah padaku, ada sesuatu yang akan kukatakan padamu.""Katakan saja Eyang," jawab Kuwu Loh Maja itu tanpa beringsut dari duduknya."Soal pusaka yang kau dapat dari Galuh itu, yang tempo hari kau berikan padaku,""Ada apa dengan pusaka itu Eyang?""Pusaka itu lenyap dicuri orang!""Astaga!" Munding Wulung terkejut. "Bagaimana mungkin ada yang sanggup mencurinya dari tangan Eyang!" ujar sang Kuwu hampir tak
Read more
84. Pertarungan Di Malam Hari
Marahlah Kebo Bledeg mendengar ejekan itu. Masih memanggul Larasati di bahu kirinya dia hantamkan satu pukulan ke kepala Danurwenda.Murid Eyang Resi Sokandriya rundukkan kepala sedikit sambil melintangkan lengan kiri menangkis.Dua lengan beradu keras. Terkejutlah tokoh dari Istana itu. Lengannya seperti mengemplang tiang besi.Menyadari kalau si pemuda memiliki kepandaian tinggi, Kebo Bledeg cepat turunkan tubuh Larasati dan menggolekkan gadis ini di langkan rumah bambu.Lalu secepat kilat dia menyerbu Danurwenda. Kedua telapak tangannya terkembang.Serangan-serangannya kali ini bukan berupa jotosan, tetapi seperti orang menampar dan setiap tamparan yang dilepaskannya mengeluarkan suara dahsyat seperti geledek atau petir menyambar.Membuat semua orang tergetar hatinya dan sakit telinganya. Tidak percuma dia mendapat nama Bledeg yang berarti geledek itu.Danurwenda sendiri kaget bukan main. Dia baru menghadapi lawan yan
Read more
85. Melawan Dedengkot Istana
Kenyataannya dia kini malah muncul ikut menyerbu, padahal rasa sakit akibat menendang, masih terasa di kaki kanannya.Lain pula halnya dengan Tambak Ijo dan Lah Bludak, yang sebelumnya bersama tiga kawannya telah menggagahi Surya Darma di gurun pasir, kini mereka berkelahi dengan perasaan was-was tidak enak.Cepat atau lambat pemuda itu pasti akan membalaskan dendamnya. Karena mereka berlima sebenarnya yang menjadi pangkal sebab semua kejadian ini.Selintas pikiran licik muncul di benak Tambak Ijo. Maka orang tinggi kekar ini pun berteriak, "Kakang Banyak Soka, Kuwu Munding Wulung, Lah Bludak! Mari lupakan dulu persoalan di antara kita! Kita harus menghajar lebih dulu dua muda mudi sesat ini!""Kau betul dinda Tambak! Mari berebut pahala memusnahkan anjing-anjing pemberontak!" Berteriak Banyak Soka."Keparat!" maki Surya Darma ketika dia menyadari bahwa yang dimaksud Banyak Soka dengan anjing-anjing pemberontak bukan lain adalah dirinya
Read more
86. Ilmu Bayu Buana
Munding Wulung pun termakan pula oleh kata-kata Banyak Soka tadi. Dia tampak mengeluarkan Keris dari balik pinggangnya. Sinar kekuningan memancar di udara malam menjelang dini hari yang masih gelap itu.Surya Darma tersentak kaget. Raden Amara geleng-geleng kepala. Jelas tambah sulit bagi pihaknya untuk menghadapi empat lawan yang nekad itu, terutama mereka yang memegang senjata mustika milik Surya Darma yakni Banyak Soka dan Munding Wulung."Larasati, kau mundurlah!" seru Raden Amara yang mengkhawatirkan keselamatan adiknya. Dia lalu melompat ke samping Surya Darma."Tidak bisa!" terdengar sahutan sang dara. "Bagaimanapun aku harus menghajar manusia durhaka itu. Mengingat rencana kejinya terhadapku, aku pantas memecahkan kepalanya!"Munding Wulung tertawa mengekeh. "Jika kau memang ingin kutiduri majulah!""Manusia keji!" pekik Larasati. Selendangnya dikebutkan.Sinar ungu berkelebat disertai deru angin deras menyambar kepala s
Read more
87. Mimpi Indah
Belum sempat berpikir lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Danurwenda bangkit lalu membukanya. Ternyata Larasati yang datang. Gadis ini pasti diperintah oleh Raden Amara.Danurwenda menyilakan masuk. Beberapa saat kemudian dua orang ini telah duduk berhadapan di lantai kamar yang terbuat dari kayu."Kau sudah tahu dari Raka Amara, bukan?" tanya Larasati tanpa basa-basi. Beberapa saat gadis ini menatap Danurwenda agak lama. Dia seperti sedang menyelami rupa pemuda yang bisa dikatakan dijodohkan dengannya."Iya, tapi aku tidak tahu apakah kau mau menerima hal ini?" jawab Danurwenda juga agak lama menatap Larasati sampai dalam hatinya menyimpulkan kalau kecantikan gadis ini sebanding dengan Setyawati.Sebagai lelaki dari sisi birahi, tentu saja Danurwenda menyukai Larasati. Namun, apakah gadis ini akan mengimbangi dirinya kalau menjadi pasangan hidupnya?"Sebagai wanita dari lingkup keluarga istana, aku tidak bisa menolak k
Read more
88. Tugas Lagi
Tugas mengambil pusaka dari Munding Wulung telah selesai. Maksud yang tersimpan di balik tugas ini juga sudah menemukan keputusan.Walaupun Danurwenda diberi hadiah Larasati, tapi dia menolaknya. Selain alasan sudah ada Setyawati -ada kemungkinan ini juga merupakan ujian kesetiaan dari sang guru- alasan lainnya karena dia tidak mau terikat hidup dalam lingkungan istana.Sekarang ketika dia sudah siap hendak pulang dan memilih Setyawati sebagai pasangan hidupnya, tiba-tiba hawa sakti kehadiran gurunya terasa datang."Bukankah aku sudah tahu wujud Eyang, kenapa masih tidak menampakkan diri?" protes Danurwenda.Terdengar suara kekehan sang guru. "Walaupun di sini kelihatannya hanya ada kamu seorang, tapi tidak menutup kemungkinan secara tidak sengaja ada orang lain yang melihatku!"Sang guru menjelaskan bahwa hanya murid-muridnya saja yang boleh melihat wujudnya secara langsung. Danurwenda akhirnya mengerti dan tidak mempermasalahkan lagi.
Read more
89. Perampok Hutan
Lewat tengah hari kereta yang berjalan ke arah barat memasuki sebuah hutan lebat. Kereta ini sudah jauh meninggalkan kota Raja Cundamanik.Jalan yang dilewati tampan sepi, seperti tidak pernah ada yang melintasi daerah ini. Perasaan Danurwenda jadi tidak enak. Terasa ada hawa membunuh yang mengintai mereka.Tiba-tiba saja kereta berhenti. Danurwenda melihat ke depan. Ada beberapa orang berpakaian serba hitam menghadang jalan. Wajah mereka semua ditutupi kain hitam, hanya memperlihatkan kedua mata saja."Serahkan semua harta kalian!" teriak seseorang entah dari mana.Lalu di sekeliling tempat ini ternyata sudah dikepung puluhan orang berpakaian serba hitam."Perampok sebanyak ini?" gumam Danurwenda."Perlu bantuan!" Puspa Arum menawarkan diri dari dalam kereta, tapi tidak segera dijawab si pemuda.Danurwenda menyapukan pandangan lalu dia menemukan seseorang yang berdiri di atas pohon. Tampaknya dia yang berteriak tadi dan juga pemimpinnya."Turun
Read more
90. Ditawan Orang Tak Dikenal
Setelah beberapa lama mereka mulai memasuki perkampungan. Mereka menyempatkan mampir di sebuah kedai untuk membeli perbekalan.Ketika perjalanan mereka menemukan persimpangan jalan. Di sana sudah menghadang empat orang berkuda dan satu pasukan kecil yang pakaiannya seperti seragam prajurit."Tunggu, mau kemana?" Salah seorang di atas kuda menghentikan mereka."Kami dari Cundamanik hendak ke Purwa Sedana," jawab Danurwenda yang ada di depan."Oh, kalau begitu mari ikut kami!"Tanpa menunggu jawaban lagi keempat orang berkuda ini langsung membalikkan arah kuda lalu menggebah kudanya jalan pelan saja.Sepasukan prajurit langsung mengawal di depan dan belakang.Tanpa curiga rombongan Prabu Surya menurut saja. Namun, setelah berjalan cukup jauh Prabu Surya merasa terkejut."Lho, seharusnya kita ke arah utara. Kenapa malah lurus ke barat?""Mungkin lewat jalan lain, Gusti Prabu!" duga Puspa Wangi."Perasaanku tidak enak!"Si Kembar Cantik d
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status