All Chapters of DINGINNYA SUAMIKU: Chapter 31 - Chapter 40
122 Chapters
Cinta untuk Amanda
Letupan dari butiran jagung yang dibakar itu menambah suasana ramai malam ini. Selepas Isya, Mas Danu mengundang para remaja masjid dan beberapa teman seusia kami di desa ini ke rumah. Halaman rumah Ayah penuh dengan anak muda. Ada yang bermain gitar sambil berdendang, ada yang sibuk mengipasi arang agar baranya tidak mati, ada pula yang asyik mengobrol. Drink jar ukuran besar yang tadi penuh terisi teh panas, kini tinggal setengah. Semuanya larut dalam suasana malam yang bertabur bintang dan jagung bakar. "Seneng, kan?" tanya Mas Danu. Dia menghampiriku yang duduk sendiri di atas gelaran tikar. Aku yang sedang mengunyah jagung bakar, hanya menanggapi dengan anggukan. Aku sudah mengabiskan dua buah jagung bakar dan sekarang yang ketiga. Rasanya mulut ini tidak mau berhenti mengunyah. Lagi pula, aku sengaja belum makan malam tadi. "Nda," panggil laki-laki yang sudah duduk di samping. "Apa?" sahutku tanpa menoleh. Aku masih asyik melihat anak-anak remaja yang bersenda gurau sambil
Read more
Hilang Kabar
Aku beringsut, berdiri, lalu melangkah mundur. Hati ini begitu sakit mendengar pengakuan Mas Danu meskipun dalam igauan. Aku seperti adik tidak tahu diri yang membiarkan kakaknya terluka tanpa memberikan obat. Namun, bagaimana cara untuk menyembuhkan lara Mas Danu pun aku tidak tahu. Mulut laki-laki yang masih terpejam itu terus bergumam dengan gerak kepala seperti orang gelisah. Namun, aku bingung harus berbuat apa. Aku juga seperti ikut merasakan sakit yang Mas Danu alami. "Nak, kenapa?"Aku terkesiap saat Ibu bertanya seraya menepuk bahuku. Aku menggeleng kasar sambil menahan air yang hampir tumpah dari pelupuk mata. Dada ini pun kembang-kempis menahan sesak yang tiba-tiba datang. Ibu tanpa bertanya lagi, langsung memelukku. Mungkin beliau paham dengan apa yang kurasakan. Aku pun tergugu dalam hangatnya dekapan Ibu tanpa peduli jika dikatakan cengeng. Inilah rasaku yang sebenarnya ingin tumpah setiap melihat Mas Danu. Laki-laki berstatus kakak untukku itu memang setiap hari sel
Read more
Menjodohkan
Seperti kata pepatah, Dunia hanya selebar daun kelor. Kali ini aku mengalami dan menyetujui pepatah itu. Di depan mata, sekarang berdiri perempuan yang sempat aku curigai. Dokter Fahira tersenyum ramah dan terlihat begitu cantik dengan pashmina hijau yang senada dengan gamisnya. Aku masih ternganga, sedangkan Mas Danu langsung menyambut dengan semringah dam mempersilakan masuk. Apa mereka sudah saling kenal? "Datang juga kamu, Rim. Ini, kakak sepupu yang kamu maksud?" Mas Danu berbicara dengan perempuan di samping Dokter Fahira. "Nda, kenalin. Ini, Rima yang akan bantu kita di EO." Mas Danu memperkenalkanku dengan perempuan bernama Rima. Lantas, mereka saling bermain mata, seperti memberi kode. "Ini, Kak Fahira. Dia kakak sepupuku sekaligus customer pertama kita. Oh iya, sepertinya, Kak Fahira sudah kenal dengan adiknya Danu, ya?" jelas Rima. Aku mengangguk seraya tersenyum canggung. Customer? Lalu, kenapa Dokter Fahira bisa ada di Jogja?"Boleh saya ajak Manda bicara berdua?" ta
Read more
Salah Tingkah
"Nggak ada jodoh-jodohan, ya, Nda! Aku nggak suka!" bentak Mas Danu. Seketika, aku terdiam menahan nyeri yang tiba-tiba datang di hati. Mas Danu baru kali ini membentakku seperti itu. "Maaf, aku nggak bermaksud membentak, tapi tolong jangan pernah berpikir ke sana. Jangan berpikir kalau aku nggak bahagia. Masmu ini selalu bahagia asal kamu selalu tersenyum."Aku tidak lagi menanggapi dan memilih diam. Entahlah, aku bingung bagaimana cara menghadapi Mas Danu. Aku hanya ingin dia bisa bahagia, bukan tersiksa dengan rasa terhadapku. Mas Danu menghindariku sejak kami pulang dari rumah sakit. Dia sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya di depanku. Kata Ibu, dia tidur di kantor malam ini. Mungkinkah rencanaku menjodohkannya itu membuatnya marah? Bukankah dia yang memintaku mencarikan jodoh saat acara bakar jagung malam itu? Hingga malam mulai larut, aku menjadi sulit tidur meskipun rasa mengatuk sangat menguasai. Pikiran ini selalu tertuju pada Mas Danu. Bahkan, video call dar
Read more
Hati yang Diuji
"Dari tadi, aku lihat kamu berbeda dari biasanya. Akhirnya, ketemu juga apa bedanya." Mas Arsya memandangku dengan senyum indah. Aku mengerutkan kening. Memangnya, apa bedanya aku sama sebelumnya? "Aku gendutan, ya?" Kutekan kedua pipi dengan tangan. Tahu sendiri kalau perempuan paling anti jika disinggung berat badan olah suami sendiri. Mas Arsya malah tertawa. Sepertinya dia benar-benar ingin berperang denganku. Aku merengut dan membuang muka, kesal. "Bukan itu," sanggahnya di sela tawa yang masih berderai. "Itu, anting baru? Kamu tambah cantik pakai itu." Laki-laki berhidung bangir yang duduk di hadapan itu menarik kedua tanganku, lalu meremas pelan. Meja yang memisahkan kami duduk ini untungnya masih kosong. Pesanan kami belum diantar oleh waiter. "Oh, anting? Dikasih Mas Danu," jawabku tak acuh. Mas Arsya langsung menarik tangan dan menyandarkan punggung di kursi. Dia seperti tidak suka mendengar jawaban dariku. Apa dia cemburu? "Mas nggak suka? Aku lepas aja kalau gitu."
Read more
Kesal
Aku beringsut mundur saat Mas Arsya sama sekali tidak mengenaliku. Lantas, dia justru tersenyum dan memanggil nama Dokter Fahira dengan lugas mekipun belum terlalu jelas. Aku menangis, hancur jika harus menerima kenyataan yang membuat Mas Arsya melupakan siapa aku. "Manda ...." Dokter Fahira memanggilku yang sudah seperti orang linglung. Aku terus berjalan mundur sambil memperhatikan Mas Arsya yang memegangi tangan Dokter Fahira. Ini menyakitkan. Saat punggung menyentuh dinding, aku langsung balik badan dan ingin langsung pergi saja. "Manda." Panggilan lirih menyapa telinga. Tanpa berpikir, aku kembali membalik badan. "Manda." Mas Arsya memanggilku. Apa maksudnya? Aku sungguh tidak memahami apa yang sedang terjadi. Dengan ragu, kaki ini membawa mendekat pada Mas Arsya berada. Senyum kembali terkembang di bibirnya. Tangannya menyentuh perutku saat aku sudah berdiri di samping dia berbaring. "Maaf," ucapnya pelan. Saat sedang panik, khawatir, dan takut menjadi satu, lalu diajak
Read more
Insiden
PoV ArsyaMeninggalkan Amanda di Jogja sebenarnya terlalu berat untukku. Apalagi dengan adanya Danu yang terang-terangan mencintai Amanda lebih dari cinta seorang kakak. Namun, ketulusan dan kesetiaan Amanda membuatku menepis itu semua. Saat mengetahui jika anting yang dipakai Amanda adalah dari Danu, seketika itu aku merasa hampir kalah. Barang pemberian dari Danu bisa menempel di tubuh Amanda tanpa jeda. Sementara dariku? Hanya cincin pernikahan kami karena aku memang belum pernah membelikan perhiasan untuknya. Akhirnya, aku terpikir untuk membelikan kalung secara diam-diam karena Amanda terlihat murung saat kuminta memilih sendiri. Ya, istimewanya istriku itu adalah tidak suka kemewahan, tapi dia sangat suka kejutan. Senyumnya kala aku memakaikan kalung sederhana itu membuat hati ini berdesir. Aku bisa benar-benar mencintai perempuan lagi sejak kepergian Arumi. Mungkin memang Arumi-lah yang selama ini membuatku tidak mau menerima cinta lain dari sang mama, karena nyatanya aku me
Read more
Masa Lalu
Aku memilih kembali ke ruang rawat Mas Danu untuk menekan emosi. Mendengar kesaksian Dokter Fahira di depan Mas Arsya tadi rasanya begitu menyakitkan. Aku jadi bertanya-tanya tentang hubungan dokter itu dengan Arumi. Kenapa dia mengakui anak sambungku sebagai miliknya bersama Mas Arsya? Akan tetapi, lagi-lagi aku mendapat kejutan. Tepat sebelum aku masuk ke kamar rawat Mas Danu, Mbak Rima dan Mas Udin membuka pintu. Mereka pamit untuk ke kantor EO. Aku pun memilih berdiam di depan kamar rawat Mas Danu sambil menahan dengan kaki agar daun pintu tidak tertutup rapat. "Gue nyesel, Rud. Gara-gara obsesi buat milikin Manda, gue hampir aja buat calon ponakan gue jadi yatim sebelum lahir. Gue lega karena Arsya selamat dan Manda bisa senyum lagi. Kemarin, gue kayak orang gila dan nggak sadar. Gue pikir, kalau Arsya nggak selamat, Manda bisa sama gue. Tapi, itu salah.""Lu emang salah, Dan. Gue udah sering bilang, cari cewek lain buat move on, tapi lu nggak pernah dengerin.""Gue udah coba i
Read more
Absurd
Rupanya, rencana acara empat bulananku yang direncanakan Ibu sebelumnya bersamaan dengan hari ulang tahunku. Aku bahkan lupa dengan tanggal di mana aku pertama kali bernapas. Semua masalah yang ada, menjadikanku tidak ingat dengan diri sendiri. Mas Danu pun sudah mengakui kesalahannya di hadapanku, Ayah, Ibu, dan Mas Arsya. Dia bilang, rela jika harus dilaporkan ke pihak berwajib. Ayah dan Ibu sangat marah mendengar kenyataan yang terjadi. Namun, Mas Arsya sangat lapang dada dan memaafkan Mas Danu dengan mudahnya. Ya, Mas Danu sudah kembali menjadi kakakku yang dulu. Meskipun aku tidak tahu isi hatinya, sikapnya banyak berubah. Hari ini adalah hari kedua dari event pertama yang ditangani EO Mas Danu. Aku dan Mas Arsya berharap agar event itu berjalan lancar dan bisa menjadi awal mula dekatnya Mas Danu dengan Dokter Fahira. Secara usia, Dokter Fahira lebih tua tiga tahun dari Mas Danu. Namun, itu bukanlah halangan utama jika mereka akhirnya saling cinta. "Sayang, kapan suamimu yang
Read more
Selamat Malam
"Kalau ... ehm, itu ... dengan istri, apa sudah boleh?" Sedikit gugup, Mas Arsya berucap. Mataku membulat. Pertanyaan laki-laki yang botak sebelah itu membuatku sangat malu. Apalagi, tanggapan sang dokter yang blak-blakan, membuat perawat yang ada di belakangnya ikut menahan senyum."Boleh, Pak. Asal pelan-pelan saja." Dokter itu menepuk pelan bahu Mas Arsya. Aku spontan menunduk, menyembunyikan wajah yang pastinya sudah memerah. Duh, suamiku! Maluku menjadi berlipat ganda saat seorang laki-laki dengan kaus merah tertawa cekikikan di ambang pintu kamar rawat ini setelah dokter dan perawat yang memeriksa Mas Arsya pergi. Aku tidak tahu sejak kapan Mas Danu ada di sana. Apa mungkin dia mendengar pertanyaan Mas Arsya kepada dokter tadi? Duh, ingin rasanya aku menggunakan jurus menghilang yang pernah diajarkan Naruto dalam mimpi. Setelah kecelakaan, suamiku menjadi aneh. Apa mungkin ada otaknya yang bergeser dari tempat semula?Astaga! Aku menepuk jidat sendiri. Bisa-bisanya aku berpi
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status