All Chapters of Pernikahan Yang Tak Sempurna : Chapter 91 - Chapter 100
113 Chapters
Nggak Peka
Viona sangat syok ketika melihat siapa yang datang. Mama Laras dengan wajah yang sumringah mendekati Viona."Halo Sayang, apa kabar?" Mama Laras langsung cipika-cipiki dengan Viona."Alhamdulillah, kabar baik, Ma.""Eh ada tamu ya?" tanya Mama Laras ketika menyadari ada orang lain di ruangan itu. Ia tersenyum ke arah Satria dan Edi.Satria dan Edi pun ikut tersenyum.Tak lama kemudian muncul Pak Yuda dan anak-anaknya. Viona semakin syok melihat Damar datang bersama mereka. Dengan gugup Viona pun menyalami mereka. Jantungnya berdetak dengan kencang ketika tangannya menyalami tangan Damar. Damar tersenyum merasakan tangan Viona yang dingin, Viona pun tersenyum untuk menutupi kegugupannya.Viona mempersilahkan keluarga Damar untuk duduk di sofa ruang tamu. Kemudian Viona masuk ke dalam."Bu, opanya Arka datang," kata Viona pada ibunya yang ada di ruang keluarga. Ia tampak cemas dengan situasi ini."Siapa?" tanya Pak Baskoro yang muncul sambil menggendong Arka."Opanya Arka datang!" sahut
Read more
Memang Sudah Saatnya
"Jadi maksud Pak Satria, saya harus menyerahkan Arka pada ayahnya? Tidak akan pernah saya lakukan. Arka masih dibawah umur, harus ikut saya." Viona dengan tegas menjawab ucapan Satria."Bu-bukan seperti itu," jawab Satria dengan gugup."Maaf Pak Satria, saya bisa mengurus Arka sendirian." "Maksud saya, nggak ada salahnya sekali-kali ia ikut ayahnya. Mungkin sebulan atau dua bulan, nggak mungkin juga ayahnya akan menelantarkan Arka."Terdengar suara ponsel Satria berdering, Satria tampak kesal, kemudian membuka ponsel itu. Langsung ia matikan lagi.Ponsel Satria berdering lagi, tapi Satria masih mengabaikannya. "Maaf, Pak. Ada pesan dari Bu Fira. Bu Firda sekarang ada di rumah sakit," kata Edi sambil menunjukkan ponselnya pada Satria.Satria mengambil ponsel itu dan membaca pesan dari Fira. Ia berdecak kesal karena merasa terganggu.Ponsel Satria berdering lagi."Ada apa?" kata Satria begitu menerima panggilan itu.Suara diseberang menjelaskan sesuatu."Kamu ceroboh sekali, apa sih k
Read more
Terbawa Suasana
"Mama senang melihat kalian berdua bersama dengan Arka. Seperti keluarga yang utuh. Sebenarnya Mama berharap kalau kamu bisa rujuk dengan Damar. Melupakan yang telah terjadi dan memulai hidup bersama lagi." Mama Laras berbincang dari hati ke hati bersama Viona. Hanya mereka berdua, sambil duduk santai di teras samping.Ucapan Mama Laras tentu saja membuat Viona kaget. Ia tidak menyangka jika omanya Arka akan berkata tentang rujuk. Sesuatu hal yang tidak pernah ia pikirkan. Karena ia tahu kalau Damar sudah punya calon istri. Perempuan itu adalah pilihan Damar sendiri, tentu saja Damar sudah yakin dengan pilihannya itu. "Kenapa Mama bilang seperti itu. Walaupun kami tidak bersama lagi, tapi kami akan tetap bersama mengasuh Arka. Mungkin kami bukan pasangan yang baik dalam rumah tangga, tapi kami pasangan yang baik dalam membesarkan Arka.""Maaf kalau Mama lancang." Mama Laras merasa bersalah."Mama enggak lancang kok. Hanya saja tidak enak kalau sampai di dengar Mas Damar. Bukankah Mas
Read more
Menolak Lamaran
Sejak bangun tidur tadi, Arka tampak rewel. Ia menangis mencari ayahnya. Akhirnya Viona dan Pak Yuda bergantian menggendong Arka karena Arka tidak mau lepas dari gendongan.Viona sangat kasihan melihat Arka. Tapi tidak mungkin ia dan Arka mau ikut Damar pulang. Kalau Arka mungkin masih bisa dimaklumi karena ia ikut ayahnya. Kalau Viona melepaskan Arka, ia tidak bisa berpisah dari Arka.Setelah magrib, rumah Viona kedatangan tamu. Satria bersama beberapa anggota keluarga datang ke rumah Viona. Dengan membawa bingkisan, sepertinya ia mau melamar Viona. Pak Baskoro segera menghubungi Rusman supaya datang ke rumah Viona. Ia dan Bu Paramita bingung menemui Satria. Viona ada di kamar, ia menggendong Arka sambil duduk. Arka tidur, tapi begitu diletakkan di kasur, ia pasti terbangun.Tak lama kemudian, Rusman dan Yunita datang, mereka kaget melihat Satria ada disitu. Setelah berbasa-basi, perwakilan keluarga Satria menyampaikan maksud dan tujuannya kesini.Karena keputusan ada di tangan Vion
Read more
Plin-plan
Damar mengabaikan panggilan itu, ia malas untuk berbicara dengan Jihan. Sejak Damar pergi ke rumah Viona, sampai sekarang belum menghubungi Jihan. Pikirannya dipenuhi dengan wajah Viona dan Arka."Kenapa tidak kamu terima panggilan dari Jihan?" tanya Irfan dengan heran."Malas berdebat dengannya.""Kok bisa?""Tentu saja bisa, karena setiap berbicara dengannya selalu diakhiri dengan perdebatan. Apapun yang aku katakan selalu salah, tidak ada kata sepakat."Irfan hanya menggelengkan kepalanya."Dia itu calon istrimu. Mau tidak mau kamu harus menerima semua yang ada pada dirinya.""Iya, aku tahu. Tapi semakin kesini, Jihan itu semakin membuatku tidak respek lagi. Tingkahnya menjadi semakin kekanak-kanakan, gampang merajuk, posesif.""Apalagi sejak kamu bertemu dengan Viona dan Arka. Aku yakin kalau kamu selalu memikirkan mereka," sahut Irfan."Benar apa yang kamu katakan. Bahkan Mama pernah berkata pada Viona, kalau ia masih berharap aku dan Viona bisa rujuk.""Terus jawaban Viona bagai
Read more
Dampak Penolakan
"Ada apa, Om?" tanya Viona penasaran dengan ucapan Rusman."Tadi siang, Edi menemuiku. Ia bercerita tentang Satria.""Kenapa dengan Satria? Bukankah kemarin sudah jelas kalau Viona menolak lamarannya?" Pak Baskoro tampak heran."Iya, memang benar. Yang dibicarakan Edi itu adalah dampak dari penolakan Viona. Ia merasa direndahkan dan dipermalukan karena penolakan itu." Rusman menjelaskan."Waktu dia datang pertama kali dengan istrinya itu, aku sudah bilang kalau aku tidak menerima lamarannya. Tapi memang waktu itu kelihatan sekali kalau ia tidak terima dengan penolakan ku. Akhirnya dia bilang kalau aku disuruh memikirkan jawabannya lagi. Eh ko malah ia nekat datang lagi." Viona kesal dengan kelakuan Satria."Mungkin karena selama ini tidak ada perempuan yang berani menolaknya. Jadi ia merasa kalau kamu juga nggak akan menolak. Ia terlalu percaya diri," sahut Yunita."Betul itu! Menurut Edi, sepertinya Satria akan menggunakan cara-cara yang kotor," lanjut Rusman."Maksudnya?" Bu Paramit
Read more
Lelah Berdebat
"Maaf, Bu. Saya belum bisa menyanggupi keinginan Ibu." Damar berkata dengan pelan."Kalau belum sanggup menikahi Jihan, kenapa kemarin kamu melamarnya? Kamu serius nggak sih dengan Jihan?" Mega tampak berang."Saya serius dengan Jihan, kemarin saya melamar Jihan itu kan karena Ibu yang meminta acara lamaran dipercepat?" kilah Damar."Begini saja, silahkan kamu pilih. Menikah bulan depan atau tidak sama sekali!" Mega memberi pilihan pada Damar."Ibu!" Jihan dan Dedi berteriak dengan berbarengan."Ibu, jangan seperti itu! Yang namanya menikah itu kan banyak persiapannya. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalau bulan depan, tentu saja Damar nggak sanggup. Apalagi sekarang sudah tanggal lima belas, sudah pertengahan bulan. Kalau berbicara itu jangan asal bunyi, Bu." Dedi juga kesal dengan kelakuan istrinya, tapi ia tetap berusaha menenangkan Mega."Kalau Ibu mau kami menikah bulan depan, menikah di KUA saja. Nggak usah ada pesta sama sekali," kata Damar."Menikah di KUA? Apa kata
Read more
Mencari Apartemen
"Viona?" Laki-laki itu berkata untuk memastikan kalau yang ada di depannya itu adalah Viona."Iya, Mas. Aku Viona." Viona tersenyum pada laki-laki bernama Gibran itu. Gibran adalah suami dari Adel, kakaknya Damar. "Apa kabar Viona? Kamu kesini ngapain? Sama siapa? Mana Arka?" Gibran mencecar Viona dengan beberapa pertanyaan."Alhamdulillah, kabar baik. Arka di hotel sama Bapak dan Ibu.""Ehem!" Laki-laki di sebelah Gibran berdehem karena merasa dicuekin."Eh, maaf. Ini temanku Tedi." Gibran memperkenalkan diri.Viona dan Hana segera bersalaman tangan dengan Tedi."Oh, ini Bu Hana yang janji bertemu dengan saya, kan? Mau melihat-lihat apartemen," tanya Tedi."Iya, Pak. Saya Hana.""Untuk siapa apartemennya?" "Untuk teman saya, Mbak Viona." Gibran yang mendengarkan perbincangan Hana dan Tedi, mengernyitkan dahi. Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan. Tapi ia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut."Ayo kalau mau melihat. Ada di lantai lima," ajak Tedi. Viona dan Hana mengikuti Ted
Read more
Mulai Bimbang
"Kok malah melamun?" celetuk Adel.Viona kaget mendengar ucapan Adel, ia pun tersadar dari lamunannya."Aku iri melihat kehangatan Mbak Adel dan Mas Gibran." Viona menjawab dengan pelan."Yakinlah, suatu saat kamu akan menemukan teman hidup yang baik untukmu," sahut Adel."Aku belum kepikiran kesitu, Mbak. Fokusku sekarang adalah Arka.""Viona, kamu masih muda. Kamu berhak untuk hidup bahagia. Carilah kebahagiaanmu sendiri. Walaupun kamu tidak bersama Damar, kamu tetaplah adikku.""Terima kasih, Mbak." Viona sangat terharu dengan perlakuan Adel padanya."Apa yang membuatmu memutuskan pindah kesini?" Adel masih penasaran."Karena seorang laki-laki," sahut Viona."Oh, ada laki-laki yang mau melamarmu. Terus karena kamu nggak suka, akhirnya kamu pergi? Begitu?" Adel berkata seolah-olah ia tahu apa yang terjadi.Viona mengangguk."Kayak Mama tahu saja, sih." Gibran mengomentari pendapat istrinya."Kurang lebih seperti itu, Pa. Buktinya Viona mengiyakan. O ya, Viona, kenapa kamu tidak meny
Read more
Terlalu Egois
"Damar, kamu kan sudah melamar Jihan! Jangan sembarangan memutuskan hubungan. Bisa malu keluarga kita," kata Adel."Tapi Mbak, kalau diteruskan nanti malah akan selalu terjadi pertengkaran.""Kenapa kamu melamarnya?" Adel mulai emosi."Itu karena ibunya Jihan yang mendesak," kilah Damar."Aku jadi pusing mikirin masalahmu.""Nggak usah dipikirin, Mbak. Aku saja santai kok, hehe." Damar malah tertawa meledek Adel."Sudah ah, aku mau ganti baju." Adel pun masuk ke dalam kamar."Mas, apa aku salah kalau aku memutuskan hubungan?" tanya Damar."Enggak salah, sih. Semua ini demi masa depanmu sendiri. Kamu pernah menikah, kamu nggak mau gagal lagi, kan?" tanya Gibran."Aku ingin pernikahanku ini yang terakhir kalinya.""Pikirkan lagi semuanya. Jangan mengambil keputusan ketika marah. Nanti akan menyesalinya.""Ayo Pa, cepat ganti baju," kata Adel yang sudah keluar dari kamarnya."Ya sudah, aku pergi duluan ya?" pamit Damar, kemudian ia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi."Kok bisa-b
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status