All Chapters of Pernikahan Yang Tak Sempurna : Chapter 61 - Chapter 70
113 Chapters
Berhak Untuk Bahagia
"Jadi ini yang kamu kerjakan? Mengasuh anak? Siapa anak yang kamu gendong ini? Terus perempuan tadi siapa?" cecar Sarah."Apa perlu aku jawab?" tanya Danish sambil bermain dengan Arka."Kok anak ini mirip denganmu? Apakah…." Sarah tidak meneruskan ucapannya."Memangnya kenapa?" "E-enggak apa-apa." Sarah berkata seolah-olah tidak apa-apa, padahal hatinya merasa sangat kecewa dengan sambutan Danish yang tidak ramah."Ada apa kamu kesini?""Mau mengajak kamu pergi, teman-teman sudah berkumpul di rumah Nora." Sarah menjawab dengan pelan."Acara apa?""Makan-makan ulang tahun Nora. Kamu mau pergi kan?" pinta Sarah."Maaf, aku sudah bilang kalau aku nggak bisa.""Apa karena bayi ini dan perempuan tadi?""Iya." Danish menjawab dengan pelan.Sarah tampak kecewa. Tak lama kemudian Lina datang membawa minuman dan makanan ringan."Terima kasih, Lin," ucap Danish."Iya, Mas." Lina pun beranjak pergi dari ruang tamu itu."Kok kamu tahu rumahku?" tanya Danish."Mudah bagiku mencari rumahmu. Aku ak
Read more
Kewajiban Menafkahi
"Damar," gumam Mama Laras. Damar sangat shock melihat orangtuanya sedang asyik bermain dengan bayi yang mirip dengannya."Siapa itu Ma?" tanya Damar, yang kemudian duduk mendekati orang tuanya."Anakmu, lihatlah wajahnya mirip denganmu. Namanya Arka." Pak Yuda menjawab dengan singkat."Sayang ganti baju dulu, ya?" kata Viona yang baru keluar dari kamar. Langkahnya langsung terhenti melihat Damar duduk bersama dengan orang tua dan anaknya. "Eh, Mas Damar, apa kabar?" tanya Viona untuk mengurangi rasa gugup dan kecanggungannya."Ba-baik." Damar menjawab dengan gugup.Viona kemudian mendekati Arka dan memakaikan baju. Semua mata tertuju pada Viona dan Arka. Danish dari tadi hanya sebagai pengamat saja. Ia mengamati ekspresi semua orang di ruangan ini."Sejak kapan Viona ada disini?" tanya Damar dengan pelan."Sejak ada panggilan dari pengadilan agama," sahut Mama Laras."Kenapa Mama nggak bilang kalau Viona ada disini?""Apa pentingnya bagimu? Toh kamu tidak mempedulikannya." Mama Lara
Read more
Sudah Takdir
"Lihatlah Damar, apa kamu nggak merasa bersalah melihat anakmu yang tidak pernah kamu pedulikan?" tanya Pak Yuda.Arka melihat ke arah Damar sambil tertawa-tawa. Hati Damar merasa nyeri melihat anak tidak berdosa yang ia abaikan selama ini. Ingin rasanya ia memeluk Arka, tapi egonya masih tinggi."Sudahlah, Pa. Mas Damar memang tidak peduli dengan Arka. Aku sudah mengikhlaskan kalau Mas Damar tidak memberi nafkah pada Arka. Aku masih sanggup menafkahinya," kata Viona dengan tegas."Mbak, jangan peralat anak untuk meminta uang pada Mas Damar. Salah sendiri Mbak kabur dari rumah, meninggalkan suami tanpa kabar." Jihan berkata dengan nada mengejek.Mama Laras mulai tidak menyukai Jihan yang menurutnya terlalu mendominasi. Takutnya nanti Damar akan bertekuk lutut di hadapan Jihan."Kamu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanya sama dia, apa aku nggak pamit waktu mau pulang ke rumah orang tuaku? Dan yang mengantarku pulang itu adalah Papa dan Danish. Jadi aku tidak kabur. Camkan itu!"
Read more
Mengambil Hati
Perjalanan menuju tempat tinggal Viona cukup lama, beberapa kali berhenti supaya Arka tidak merasa bosan di dalam mobil. Terlihat hamparan perkebunan teh yang tampak menghijau, menyejukkan pandangan mata. Menandakan kalau rumah Viona sudah tidak jauh lagi. "Sejuk sekali disini ya?" kata Mama Laras sambil membuka kaca mobil untuk merasakan sejuknya udara perkebunan teh."Iya, Ma. Makanya aku betah tinggal disini," sahut Viona."Kok bisa memilih tinggal disini? Dapat referensi dari mana? Apakah punya keluarga disini?""Aku ingin pergi jauh yang kira-kira tidak terdeteksi. Kebetulan disini ada Om Rusman, adik angkat Bapak.""Sengaja menjauh dari kami ya?" sindir Mama Laras. Viona hanya tersipu malu.Akhirnya sekitar jam sebelas siang, sampai juga di tempat tujuan. Danish memasukkan mobil ke halaman rumah. Halaman rumah tampak bersih, meskipun ditinggal Viona dua bulan lebih. Ada Yunita, istri Rusman yang merawat rumah ini. "Assalamualaikum." Viona mengucapkan salam. Pintu pun dibuka d
Read more
Bukan Membatalkan
"Sepertinya malam Minggu ini kita belum bisa lamaran," kata Damar pada Jihan. Damar sengaja mengajak Jihan makan malam diluar, karena ada yang ingin dibicarakan."Hah? Kok gitu?" protes Jihan hingga membuatnya tersedak."Makan pelan-pelan saja," celetuk Damar.Jihan tampak merengut, karena kecewa. Kemudian mengambil air minum yang ada di depannya."Papa dan Mama sedang pergi keluar kota." Damar menjelaskan dengan pelan."Kemana?""Mengantar Viona dan Arka.""Enak sekali jadi Viona, sepertinya ia dimanja oleh keluarga Mas. Jangan-jangan Viona itu sengaja minta diantar pulang, terus nanti ia akan menghasut orang tua Mas supaya tidak merestui hubungan kita." Jihan berkata dengan sinis. Ia merasa kesal karena sepertinya keluarga Damar lebih memilih Viona daripada dirinya Damar hanya menghela nafas panjang, ia tahu kalau Jihan sedang memprovokasi dirinya. "Sabar Damar, jangan terpancing emosi," kata Damar dalam hati untuk menenangkan dirinya sendiri. "Viona bukan orang yang seperti itu,
Read more
Setidaknya Punya Penghasilan
"Bukan membela, tapi menyampaikan pendapat Ayah. Sebenarnya Ayah juga kurang setuju dengan acara lamaran kalian yang sangat mendadak ini. Apa nggak bisa menunggu satu bulan lagi?" kilah Dedi.Damar hanya terdiam, memang mereka tergesa-gesa mengambil keputusan. Jihan yang terus mendesak Damar untuk melamarnya."Kenapa mesti satu bulan, Yah?" protes Jihan."Kenapa mesti tergesa-gesa? Kamu masih sangat muda, apa kamu sudah siap menikah?" sahut Dedi."Lamaran kan nggak mesti harus segera menikah?" kilah Jihan."Itu yang Ayah nggak setuju. Kalau sudah lamaran, jangan lama-lama menikahnya. Paling lama setengah tahun saja. Kalau terlalu lama, banyak godaannya. Menangnya setelah lamaran, apa tujuan kalian? Menikah kan?" "Apa kalian sudah memikirkan semuanya dengan matang? Bagaimana kehidupan kalian setelah menikah, apalagi Damar sudah pernah menikah, Ayah rasa sudah tahu apa yang harus dilakukan. Dan kamu Jihan, apa kamu nggak berpikir untuk kerja dulu?""Aku mau jadi ibu rumah tangga saja,
Read more
Mengunjungi Mantan Mertua
"Kenapa kalian berbisik-bisik?" tanya Mama Laras.Viona dan Danish hanya terdiam."Apa yang kalian bicarakan?" selidik Mama Laras sambil menatap Viona dan Danish secara bergantian."Jujur saja, Danish," kata Viona."Em, begini Ma, Mas Damar memintaku menanyakan kapan Papa dan Mama pulang. Karena malam Minggu nanti Mas Damar mau lamaran." Akhirnya Danish bicara dengan jujur."Kenapa dia tidak bicara sendiri pada Papa atau Mama?" celetuk Pak Yuda."Nggak tahu, Pa.""Dasar Damar nggak punya otak. Baru selesai putusan sidang, belum keluar surat kuningnya. Eh malah mau lamaran. Pasti Jihan yang mendesak Damar. Mama nggak sreg dengan Jihan, anak kecil kok beraninya berkata tidak sopan dengan Mama." Mama Laras mengomel, kemudian berhenti sejenak."Bilang sama Damar, Minggu sore baru sampai rumah," lanjut Mama Laras."Terus acaranya Mas Damar gimana?" "Terserah dia, kalau masih menganggap kami sebagai orang tua, harusnya menunggu kami pulang dulu. Kalau nggak sabar, ya sudah." Mama Laras mul
Read more
Kecelakaan
Drtt...drtt… Terdengar suara ponsel berdering. Pak Yuda yang sedang asyik bermain dengan Arka, melihat sekilas ke arah ponselnya. Karena yang menelpon itu nomor yang tidak dikenal, Pak Yuda pun melanjutkan aktivitasnya bermain dengan Arka. Walaupun Arka dalam kondisi yang kurang sehat, ia berusaha untuk bermain. Tadi malam Arka demam juga muntah-muntah dan rewel, tapi siang ini sudah tampak sedikit ceria.Drtt…drtt…Drtt…drtt…"Pa, kok nggak diangkat sih? Siapa yang menelpon?" tanya Mama Laras yang mendekati suaminya, ia merasa terganggu dengan suara ponsel yang tidak berhenti berdering."Nggak tahu, nomor tidak dikenal."Drtt…drtt.."Angkat Pa, siapa tahu itu penting."Drtt…drttDrtt…drttKarena suara dering itu sangat mengganggu, akhirnya Pak Yuda menerima panggilan telepon itu. "Halo?" ucap Pak Yuda.Kemudian terdengar suara dari seberang, Pak Yuda terdiam untuk beberapa lama. Wajahnya tampak serius sekali. Mama Laras yang mengamati ekspresi wajah suaminya, menjadi cemas.Cukup la
Read more
Dirawat
Viona sangat terkejut ketika melihat Arka sedang duduk di kasur dengan pakaian yang sangat kotor. Sepertinya ia baru saja muntah. Tangis Arka belum juga berhenti, Viona segera menggantikan pakaian, dan kemudian menggendongnya. Akhirnya Arka berhenti menangis."Arka pup ya?" tanya Viona sambil mencium tubuh Arka. Ia mencium aroma yang kurang sedap. Setelah ia melihat ke diapers Arka, ternyaman memang Arka sedang buang air besar yang berbentuk cairan. Viona pun segera mengganti popok Arka. Untuk sesaat, Arka pun tertidur dalam gendongan Viona. Viona tidak tega untuk meletakkan Arka ke tempat tidur, ia terus menggendong Arka.Viona membereskan sprei yang tampak kotor karena muntahan Arka, kemudian membersihkan muntahannya dan selanjutnya masukkan ke dalam mesin cuci. Tentu saja Arka masih di gendongan Viona. Sebagai seorang ibu muda, Viona sudah cukup terampil melakukan pekerjaan lain sambil menggendong Arka. Tak lama kemudian, Arka buang air besar lagi. Masih berupa cairan, Viona meng
Read more
Kecelakaan Tunggal
Ditengah kekalutan dan kegundahannya, akhirnya Viona memutuskan untuk menelpon Yunita. Bagaimanapun juga hanya Yunita saudara yang ia punya disini. Yunita berjanji akan datang ke klinik. Viona pun menunggu Arka yang tampak tertidur. Tak terasa air matanya menetes. "Maafkan, Bunda. Seharusnya kamu tidak dirawat disini. Arka harus sembuh ya?" kata Viona sambil terisak-isak. Akhirnya ia pun terlelap dalam tidur.Samar-samar Viona mendengar suara pintu dibuka. Viona langsung membuka matanya."Tante," kata Viona sambil menghambur dipelukan Yunita.Ia menangis sesenggukan."Kenapa kamu menangis? Anak sakit itu hal biasa. Tapi kamu hebat, cepat tanggap," kata Yunita sambil mengelus kepala Viona. Rusman tampak tersenyum melihat Viona yang terlihat manja pada Yunita. Rusman kemudian mendekati Arka."Apakah aku gagal jadi seorang ibu?""Enggak, kamu nggak gagal. Kamu harus selalu optimis, demi Arka. Opa dan omanya kemana?""Sudah pulang siang tadi.""Kok mendadak? Kenapa kamu nggak bilang sama
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status