Semua Bab Pernikahan Yang Tak Sempurna : Bab 41 - Bab 50
113 Bab
Sport Jantung
Deg! Jantung Damar terasa berhenti berdetak. Hari ini Damar dibuat sport jantung karena tamu yang datang mencarinya. Benar-benar hari yang sial bagi Damar. Belum sempat Damar menjawab, perempuan yang dimaksud sudah datang dan berusaha masuk ke ruangan Damar."Marcia," gumam Alvin."Mas Alvin!" kata Marcia dengan pelan tentu saja dengan ekspresi wajah yang terlihat kaget. Mereka yang ada di ruangan itu juga tampak kaget."Bakalan terjadi perang nih," kata Irfan dalam hati. Ia pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang lewat pesan."Wah wah, perempuan hebat kamu, Marcia. Ternyata memang benar kata Damar, bukan Damar yang mendekatimu tapi kamu yang kegatelan mendekatinya." Alvin berkata dengan tenang."Perlu kamu ingat Marcia, aku tidak akan semudah itu melepaskan mu. Kamu harus merasakan sakit dan kecewa yang aku rasakan." Alvin berkata lagi."Perempuan nggak punya malu," ejek Mila sambil menatap sinis Marcia.Marcia hanya terdiam, ia merasa seperti maling yang ketahuan m
Baca selengkapnya
Bukan Urusanku
Viona segera menghapus pesan itu. Ternyata ada lagi pesan yang masuk, Viona membuka pesan itu.[Damar, tolong bebaskan aku! Bawa aku kemanapun, asal jangan disini.]Viona menjawab pesan itu.[Bukan urusanku! Jangan ganggu rumah tanggaku!]Viona memblokir nomor ponsel itu. Hatinya sangat sakit mendapati kenyataan kalau Marcia masih menghubungi Damar. Seketika air matanya luruh membasahi pipinya."Mengapa masalah ini tidak ada habis-habisnya? Aku lelah," kata Viona dalam hati. Ia tidak punya tenaga untuk masuk ke kamar lagi. Ia pun berusaha untuk merebahkan diri di sofa yang ada di ruang keluarga.Viona berusaha untuk memejamkan mata, mata terpejam tapi pikiran kemana-mana. "Kenapa Marcia begitu ngotot ingin mendapatkan Mas Damar? Sebenarnya apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua? Apakah Mas Damar itu memang cinta sejatinya Marcia?""Apakah aku harus menceritakan semua itu pada Bapak dan Ibu? Tapi aku nggak mau membuat mereka bersedih. Apa yang harus aku lakukan?" kata Viona dal
Baca selengkapnya
Lupakan Semuanya
"Mas," panggil Viona. Damar tampak tidak merespon, ia sibuk dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Viona melihat ke arah Damar yang sedang menatap ke arah masuk selasar rumah sakit. Viona memang melihat seseorang yang tampak sedang berjalan. Tapi ia tidak mengenal orang itu."Mas." Viona memanggil Damar sambil menggandeng tangannya. Damar tampak gelagapan."Marcia," gumam Damar. Viona tampak terkejut mendengar Damar bergumam, hatinya terasa sangat perih."Aku Viona, Mas! Bukan Marcia," seru Viona."I…iya Viona. Aku tahu kalau kamu itu Viona. Aku kan menyebut namamu?" kilah Damar."Bukan! Mas menyebut nama Marcia!" Viona tampak emosi kemudian berjalan menuju ke mobil. Hatinya sangat kesal."Kenapa nama Marcia tidak bisa hilang dari pikirannya? Sehebat apa sih Marcia itu, sampai-sampai Mas Damar tidak bisa melupakannya," kata Viona hati."Viona!" panggil Damar.Viona hanya diam saja."Jangan kekanak-kanakan seperti itu! Kamu itu sudah dewasa, bahkan sedang hamil juga. Bersikaplah
Baca selengkapnya
Tidak Sanggup
Klunting-klunting, ponsel Viona berdering. Liqa pun membuka ponselnya. Viona sangat terkejut melihat pesan itu, dadanya bergemuruh menahan amarah. Seketika air matanya luruh karena menahan rasa sakit dihatinya. Ada dua buah foto yang menggambarkan Damar dan Marcia ada di rumah sakit. Juga ada pesan yang menyebutkan nama ruangannya. Dengan dada bergemuruh, Viona mencari ruangan itu. Setelah bertanya pada perawat, akhirnya Viona menemukan ruangan itu. Viona menarik nafas panjang, kemudian membuka pintu kamar itu. Tangan kiri membuka handle pintu, tangan kanan memegang ponsel.Viona sengaja tidak berkata apa-apa, tapi matanya berkaca-kaca melihat siapa yang ada di ruangan itu. "Viona? Kok kamu ada disini?" tanya Damar dengan gugup, kemudian ia mendekati Viona."Kenapa, Mas? Kaget ya?" sindir Viona."Lihatlah Viona, walaupun kamu menikah dengan Damar, tapi Damar masih mencintaiku. Buktinya ia menungguku disini," ejek Marcia."Marcia, jangan berkata seperti itu," kata Monica mengingatkan
Baca selengkapnya
Menjaga Mental
"Ada apa ini?" Alvin muncul dengan tiba-tiba, laki-laki yang menunggu di luar ruangan tadi tampak sangat pucat."Kenapa kamu kesini lagi?" tanya Alvin pada Viona."Ada yang ingin saya tanyakan pada Marcia," jawab Viona dengan berbohong. Karena tujuan utamanya kesini ingin melihat apa benar Damar ada disini."Memangnya kenapa? Kamu pikir aku akan melepaskan Marcia begitu saja? Tentu tidak, aku akan membuat ia merasakan sakit seperti yang aku rasakan." Alvin berkata sambil membuka pintu kamar Marcia. Viona sudah bersiap-siap dengan kamera ponselnya. Sedangkan laki-laki yang disuruh menunggu Marcia tampak sangat ketakutan.Ceklek! Viona mengikuti langkah kaki Alvin. Dugaan Viona benar, ada Damar dan Marcia di dalam kamar. Marcia berbaring di tempat tidur dan Damar duduk di kursi sebelah tempat tidur.Bisa dibayangkan bagaimana wajah Marcia dan Damar, begitu juga dengan Alvin. "Ngapain kamu kesini lagi?" tanya Alvin pada Damar. Damar diam tak berkutik, seperti maling yang ketahuan sedan
Baca selengkapnya
Nggak Punya Otak
"Pa, lihat ada mobil Mas Damar disini," kata Danish pada Pak Yuda."Kebetulan sekali. Nanti didalam jangan bicara macam-macam. Kita seolah-olah tidak tahu apa yang sedang terjadi." Pak Yuda mengingatkan Danish."Biar nanti Papa yang bicara," lanjut Pak Yuda.Setelah Pak Yuda meminta Viona untuk istirahat, Pak Yuda mengajak Danish pergi ke rumah Adel. Rencananya mau membicarakan masalah Damar dan Viona pada Mama Laras dan Adel beserta suaminya. Mencari solusi atas masalah mereka.Danish membuka pintu rumah Adel yang memang tidak terkunci. Semua yang di dalam rumah terkejut dengan kedatangan Pak Yuda dan Danish, mengingat ini sudah larut malam."Kok malam-malam kesini, Pa?" tanya Adel."Memangnya nggak boleh kesini?" Pak Yuda duduk di sofa yang ada."Bukan begitu, Pa. Ini kan sudah terlalu malam, biasanya Papa paling malas kalau diajak keluar malam." Adel memberikan alasannya."Kangen sama Mama," sahut Pak Yuda sambil tertawa."Ih, Papa kok kayak anak muda saja." Mama Laras tersipu malu
Baca selengkapnya
Pulang
Selesai salat subuh, Pak Yuda dan Danish mengantar Viona untuk pulang mengambil pakaiannya. Motornya ia tinggal di rumah Pak Yuda. Dengan menggunakan kunci cadangan, Viona bisa masuk ke dalam rumah. Viona segera masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ke kamarnya. Tampak Damar yang masih tertidur lelap. Perlahan Viona memasukkan pakaiannya dan surat-surat berharga miliknya, seperti ijazah dan yang lainnya. Saking terlelapnya Damar tidur, ia tidak tahu kalau Viona mengemas barang sampai selesai. Barang yang ia bawa pulang merupakan barang yang ia bawa ketika masuk rumah ini. Ada dua koper barang yang dibawa Viona dan satu ransel. Viona keluar dari kamar, sambil mendorong koper-kopernya."Mana Damar?" tanya Pak Yuda ketika melihat Viona keluar dari kamarnya. Tadi Pak Yuda melihat ada mobil Damar di garasi."Masih tidur, Pa." Viona menjawab dengan pelan."Apa ia tidak terbangun waktu kamu beres-beres tadi?" "Enggak, Pa. Mungkin dia kecapekan."Dengan perasaan yang kesal, Pak Yuda mas
Baca selengkapnya
Butuh Dukungan
Damar baru selesai mandi ketika pintu rumahnya diketuk. "Siapa sih malam-malam kesini, padahal aku mau istirahat," gumam Damar. Hari ini ia merasa sangat lelah karena banyak yang harus dikerjakan di kantor. Pulang dari kantor tadi ia ke rumah sakit, siapa tahu ia bisa bertemu dengan Marcia. Ternyata Marcia sudah keluar dari rumah sakit. Damar berjalan menuju ke ruang tamu dan membuka pintu rumahnya. Sudah ada orang tuanya dan Danish. Belum sempat Damar mempersilahkan masuk, mamanya langsung nyelonong masuk ke dalam rumah.Mereka semua duduk di ruang keluarga. Mama Laras tampak sangat marah."Damar, kamu tahu, Mama sangat malu dengan kelakuanmu. Untuk bertemu dengan Viona saja Mama sudah tidak punya muka, apalagi bertemu dengan orang tuanya. Karena itu Mama sengaja tidak menemui Viona. Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Mama Laras."Ya menjalani hidup seperti biasa." Damar menjawab dengan santainya."Kamu tidak memikirkan istrimu dan anak yang ada di kandungannya?" tanya Ma
Baca selengkapnya
Memilih Pergi
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Irfan mengulang pertanyaannya. Damar menarik nafas panjang."Viona pulang ke rumah orang tuanya." Damar menjawab dengan pelan."Kenapa? Apa ia mau melahirkan disana? Bukankah masih lama waktunya?""Dia minta dipulangkan dan diantar sama Papa.""Apa? Apakah sebuah masalah besar?""Sebenarnya masalah sepele. Viona saja yang terlalu membesarkan masalah.""Damar, perempuan hamil itu emosinya tidak stabil. Sebagai suami kamu harus bisa memahami dan selalu mendukungnya. Takutnya nanti berpengaruh pada bayimu. Kenapa kamu nggak ikut mengantarnya?""Dia sudah minta pada Papa untuk mengantarnya. Ya sudah, aku bisa apa?""Memang masalah apa sih?" Irfan menjadi sangat penasaran."Hanya gara-gara aku menjenguk Marcia. Viona jadi baperan. Sepele, kan?"Damar bercerita kejadian hari itu. Termasuk ia yang dipukuli oleh Alvin."Itu bukan masalah sepele, Damar? Kamu sudah salah, menjenguk mantan pacar dan hanya berdua saja di kamar itu. Wajar saja kalau Viona marah. Apal
Baca selengkapnya
Sengaja Menghapus Jejak
Setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya Damar mengalah dan ikut pergi ke rumah Viona. Sepanjang perjalanan Mama Laras masih saja ngomel nggak karuan."Ma, apa Mama nggak capek dari tadi ngoceh terus?" tanya Pak Yuda."Diocehin saja Damar nggak ngerti-ngerti kok, apalagi Mama hanya diam saja." Mama Laras membela diri."Damar, usia kehamilan Viona sudah berapa bulan ya?" tanya Mama Laras lagi."Waduh, bakal ngomel lagi kalau aku jawab nggak tahu," kata Damar dalam hati."Sekitar tujuh bulan, Ma." Damar menjawab asal-asalan, karena ia sendiri tidak tahu secara pasti."Berarti dua bulan lagi Viona melahirkan. Nanti menjelang Viona melahirkan, kamu ambil cuti. Kamu dampingi Viona, biar ia merasa nyaman dan tenang. Kamu harus selalu jadi suami siaga."Damar mulai pusing mendengar ocehan mamanya. Untung saja bukan ia yang menyetir, bisa-bisa malah mengganggu konsentrasi. Danish yang sedang menyetir hanya senyum-senyum saja, melihat kakaknya diomelin oleh sang mama.Mama Laras akhirnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status