Semua Bab Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Bab 171 - Bab 180
223 Bab
Part 70B
"Ya.""Aku menelan ludah terasa getir. Apakah tidak ada sedikit kata maaf kepada beliau?" tanyaku memberanikan diri."Tidak," balasnya cepat."Aku mohon berilah rasa belas kasihan kepadanya. Aku kasihan karena beliau dalam keadaan tidak sehat. Kalau dia sehat seperti sebelumnya. It's ok! Namun, ini beda konteks," jelasku memohon agar beliau berubah pikiran. Ternyata apa yang aku katakan tidak ada respon baik. Aku hanya bisa pasrah.****Dua Minggu setelah kejadian itu, Bu Aisyah mulai sehat seperti biasa. Ingatannya mulai pulih kembali. "Mas, maafkan aku yang telah melukai hati dan perasaanku. Aku sungguh amat menyesal atas perbuatan yang kulakukan kepadamu."Bu Aisyah memulai percakapan di tengah heningnya suasana di dalam kamarnya. Pak Sudrajat sebenarnya tidak tega ingin mengintrogasi beliau dalam keadaan seperti ini. Namun, perasaannya terus bergejolak dengan hati nuraninya. Dia masih belum ikhlas menerima apa yang telah diperbuat Bu Aisyah kepada dirinya beberapa tahun yang sila
Baca selengkapnya
Part 71A
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 71: Arlan atau Rusly?Masalah sudah terbongkar semua. Aku hanya memikirkan nasib badanku mau ke arah mana untuk ke depannya. Berpikir lebih matang untuk menentukan langkah kaki hendak melangkah. Aku pergi pulang menuju rumah. Sudah beberapa hari ini aku tidak memanjakan tubuh walau hanya sebatas merebahkan tubuh dibatas kasur empuk. 'Aku rindu ranjangku,' ucapku sembari melangkah cepat.Aku lupa kalau kemari naik mobilku dan disetir oleh Pak Sudrajat. Aku bingung pulang naik apa. Nomor teleponnya tidak ada samaku membuat aku panik. Ditambah ponselku tidak tahu di mana rimbanya. Lengkap sudah penderitaanku."Mau pulang? Tumben sendiri?" suara khas baritone seorang pria membuat aku terkesima. Aku langsung mengarahkan pandangan ke asal suara itu. "Ka-kamu siapa?" tanyaku terbata."Mungkin Penguasa Alam mempertemukan kita kembali agar niat suci yang terbengkalai bisa tersegerakan," jelasnya membayarkan lamunanku. Aku menerka-nerka siapa pria yang ada
Baca selengkapnya
Part 72B
Sang arunika menyapa bumi begitu mesranya. Aku menggeliat karena sudah terlalu tinggi mentari menyinari ruang kamarku dari pentilasi. Aku merasa malu terhadap diri sendiri. Walaupun tidak ada tugas dan kewajibanku sebagai ibu rumah tangga untuk menyiapkan makanan atau sekedar sarapan pagi. Aku tidak boleh malas-malasan atau pun enggan untuk bangun pagi. Walaupun hanya sekedar salat dua rakaat. Ya ... aku baru teringat kepada penguasa alam.Baru saja aku beranjak berjalan menuju kamar mandi. Suara bel terdengar berbunyi. Aku bergegas mencuci muka sebentar agar tamu tidak terlalu lama menunggu. Sesampainya di dalam kamar mandi, kubasuh wajahku dengan air dan rasa ngilu lahir di dalam pipi. Tanpa buang-buang waktu, aku mengeringkan wajah lalu melangkah menuju pintu utama.Suara bel kembali terdengar. Aku langsung membuka pintu. Ternyata Rusly datang dengan pakaian yang tidak biasanya. Aku pangling dibuatnya dengan kostum seperti itu. "Maaf kalau aku datang terlalu pagi dan menganggu akt
Baca selengkapnya
Part 72A
Sudah lima belas menit Rusly terus mendobrak pintu sambil menggedor-gedor. Aku tidak luluh dan tidak mau membuka pintu lagi. Cukup sudah aku menderita atas kebahagiaannya. Kuputuskan pergi menjauh dari daun pintu menuju kursi yang ada di ruang tamu. Aku menghubungi kantor polisi kalau rumahku diteror seseorang dan membuat aku tidak nyaman. Ini aku lakukan demi kenyamanan dan ketentramanku."Halo ... Pak polisi. Ini aku Nesya warga dukun Salak Gang Keramat Jati Luhur. Rumahku sedang diteror mantan suamiku untuk minta rujuk dan nikah sekarang. Aku merasa terganggu atas perilaku yang dia lakukan pada saat ini. Aku harap bapak bisa datang kemari untuk mengamankan sekitar rumahku dan dari segala macam ancaman serta gangguan yang dia lakukan," ucapku panjang kali lebar setelah sambungan telepon terhubung.Terimakasih atas laporannya. Mohon tunggu dan segera waspada dari hal yang tidak diinginkan!" nasihat seorang pria yang menjawab panggilanku. Aku saja tidak tahu siapa namanya. Aku merasa l
Baca selengkapnya
Part 72B
Aku terdiam memikirkan perkataan Rusly pada saat itu. 'Dia benar-benar jahat dan sungguh tega kalau dirinya benar untuk mengganggu hidupku,' ucapku dalam hati. Aku sangat malas dan enggan bangkit dari atas dipan.Aku teringat kepada Arlan. "Apakah aku menerima Arlan secepat mungkin agar bisa bebas dan lepas dari ancaman dan gangguan Rusly?" tanyaku. Aku bangkit dari dari atas ranjang lalu duduk di kursi meja riasku. Kuperhatikan wajah dan tubuhku di depan cermin. "Sepertinya aku tidak jelek-jelek amat dan tidak tua," imbuhku kembali.Aku mencari ponsel milikku untuk segera menghubungi dirinya. Setelah mendapat benda pipih itu. Kuotak-atik lalu ingin kutekan tombol call. Namun, aku sontak berdiam diri dan mengurungkan panggilan itu. "Di mana harga diriku jika menghubungi pria terlebih dahulu? Tidak ... aku tidak boleh gegabah dan mengemis kepada lelaki."Aku meletakkan ponsel itu ke atas nakas lalu melangkah menuju kamar mandi. Kubasuh seluruh anggota tubuh di bawah shower. Aroma sabun
Baca selengkapnya
Part 73A
Part 73: Akhirnya Jadi JugaAku membuang muka. Malas sekali berurusan dengan Rusly. Andai saja Arlan tidak membatalkan janji makan siang hari ini. Mungkin aku tidak merasakan kesal seperti ini."Aku tidak mau tahu alasan apa pun itu. Kamu harus mau menikah denganku. Tolong jangan menghindar atau pun itu berkelit!" bentak Rusly dengan wajah memerah. Larva emosinya siap tempur untuk dimuntahkan."Apa kamu sudah gila!" berangku pertanda tidak setuju. Aku melepaskan genggaman tangannya di lenganku. "Kamu tidak ada hak memaksa orang agar menjadi istrimu kembali," imbuhku lalu masuk ke dalam rumah. Aku memanfaatkan situasi itu dengan cepat menutup pintu. Akhirnya aku bisa lepas dari terkaman buasnya."Sial! Kenapa aku bisa lengah!" racaunya tidak terima. Rusly terus menerus menggedor daun pintu. Tidak ada sama sekali kugubris.***Satu Minggu setelah di penjara. Di sudut kamar empat kali tiga jeruji besi. Ririn meratapi nasib malang yang menimpa dirinya. Dia masih saja tidak terima akan hal
Baca selengkapnya
Part 73B
Air matanya akhirnya sebak menjulur ke bawah. Panas begitu terasa ketika cairan bening itu mengalir begitu saja. "Aku tahu air matamu yang baru saja jatuh hanya air mata buaya. Itu bukan murni karena kamu menyesali apa yang telah terjadi," sindirku dengan mengangkat dagunya agar kedua bola mata kami bersirobok.Ririn menepiskan pandangannya. Dia merasa terhina atas perlakuan yang kuciptakan. Aku tidak peduli bagaimana pun itu perasaannya saat ini. Perasaan senang kini lahir di dalam jiwa dan ragaku."Kumenyesali apa yang telah melanda diriku," ucapnya parau. Ririn terisak pilu seolah dia yang paling terzalimi atas apa yang telah menimpa dirinya. "Bo-boleh kah aku meminta tolong kepadamu, Nesya?" tanyanya memberanikan diri.Aku menatap sorot matanya yang sendu. Walau bagaimana pun itu, raut wajahnya yang terpahat. Aku tidak boleh sama sekali merasa kasihan apa yang dialaminya. Ketika dia merebut suamiku dan datang sebagai tamu tak diundang ke dalam surga yang sedang kubina. Dia tidak a
Baca selengkapnya
Part 73C
"Aku tahu dia hanya akting. Segala macam cara dia lakukan demi kepuasan dan kesenangannya."Aku mendelik seolah tidak paham apa maksud dari tujuan perkataan Pak Sudrajat."Ma-maksudnya, Pak?" tanyaku melahirkan wajah heran."Kamu lupa atas kasus pemalsuan kata matiku dia buat. Nah, ini juga pasti akal-akalannya untuk berbuat gila atau sekarat.""Masalahnya kenapa ke aku imbasnya. Buat apa dia berbuat seperti itu untuk mengorbankan orang lain. Sama halnya Rusly. Menjandakan istri sah demi seorang wanita janda." Pak Sudrajat mengukir senyum tipis. Aku tidak menyangka seribet ini urusannya."Aku tidak habis pikir pola pikir beliau ntah bagaimana. Masa dia ingin terbebas dan melihat orang lain bahagia, akan tetapi mengorbankan orang lain. Itu sudah jalan yang salah, Pak," imbuhnya tidak terima apa pun itu keputusan yang ditempuh Bu Aisyah."Sudah aku katakan. Segala macam cara dia lakukan. Jalan pantas dianggap pantas. Jadi ... kamu harus berhati-hati terhadap mereka semua!"Aku menghela
Baca selengkapnya
Part 74A
Part 74: KembaliBu Aisyah memang pura-pura drop. Dia tidak mau mendekam di penjara di usia senjanya. "Lihat saja nanti Sudrajat! Aku akan membalas kembali perbuatanmu setelah keluar dari jeruji besi ini."Perawat dan dokter sudah angkat tangan menangani pasien atas nama Bu Aisyah. Segala macam cara dia lakukan agar bisa lepas dan bebas dari tahanan. Belum lagi dia selalu ingin melukai dirinya sendiri. Seperti pada saat itu, dia mencabut jarum infus lalu diarahkannya kepada ke dua bola matanya. Dokter dan perawat tidak tahu lagi harus berbuat apa."Ibu tolong jangan berbuat yang aneh-aneh!" seru perawat dengan nada hati-hati. Dia tidak mau kalau pasien mencelakai dirinya. "Aku tidak gila! Aku ini sehat dan waras!" bentak Bu Aisyah dengan wajah memerah.Memang tubuh dan jiwanya beliau tidak sedang sakit. Namun, pikirannya saja yang bermasalah karena impiannya untuk membuat Sudrajat lenyap dari atas muka bumi ini. Semua yang dia harapkan tidak sesuai. Itu sebabnya pikirannya tidak sang
Baca selengkapnya
Part 74B
Aku mencari ponsel di atas nakas. Niat hati untuk menghubunginya agar mantan suamiku segera mengurus berkas. Kucoba menelponnya, tetapi tidak ada sama sekali jawaban. Aku menaruh curiga dan pikiran jahat menggerayangi otakku.Kurobohkan tubuh ini ke atas ranjang sembari memegang ponsel. Kutatap langit kamar seolah berpikir kenapa dia tidak mau menerima panggilanku? Padahal, beberpqa hari yang lalu dia datang bersimpuh memohon dan bahkan mengemis agar aku aku dan dia rujuk.Baru saja aku mengingat-ingat sisi baiknya. Tidak ada sama sekali kukenang. Semua tentang kenangan pahit laksana pahitnya empedu. Pikiranku seolah berubah haluan untuk kembali jatuh ke dalam pelukannya.'Aku tidak boleh terlalu bucin. Sekali jatuh, tidak boleh lagi jatuh ke dalam lubang yang sama.' Aku bermonolog untuk menguatkan hati dan pikiranku agar tidak goyah.Aku baru ingat pesan Pak Sudrajat. Kalau hari ini ada jadwal untuk bersua dengannya. Dia katanya ingin memperkenalkan seorang pria yang jauh lebih baik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status