All Chapters of Luka Yang Dirindukan: Chapter 31 - Chapter 40
111 Chapters
Kabar Buruknya
Baru saja semalam Ara bisa bernapas lega, setelah mendengar kabar bahwa Fery akan segera sadar. Kini, hatinya dilanda kecemasan kembali, bahkan lebih besar daripada sebelumnya.Sosok Fery yang baru terbangun setelah hampir tiga hari koma kini dinyatakan mengalami keadaan LIS (Locked-in Syndrome) oleh dokter yang menanganinya. Pikiran lelaki itu ada dalam kesadaran penuh, tetapi tidak dapat berkomunikasi sama sekali.Seluruh tubuh mati rasa. Meski begitu, indera pendengarannya tetap berfungsi, sehingga otaknya masih bisa merekam memori saat ini lewat indera pendengaran.Bagi sosok Fery, hidupnya kini telah terjebak dalam kematian saja. Meski bernapas dan sadar secara pikiran, lelaki itu kehilangan sensitifitas rasa di tubuhnya. Satu-satunya yang bisa digerakkan hanyalah mengedipkan mata.“Aku ngak tau harus gimana sekarang, Mas. Sekarang, rasa benci pun terkalahkan dengan simpati,” ucap Ara pelan.Fery hanya bisa mendengarkan Ara berbicara tak berdaya. Kelopak matanya saja yang berkedi
Read more
Keputusan Untuk Membawa Fery
“Setelah dilakukan serangkaian tes dan pemeriksaan, hasil sementara menunjukkan tanda-tanda vitalnya membaik. Tapi, saya tidak bisa menjamin atau menjanjikan kesembuhan meski kami selaku tim medis telah melakukan yang terbaik bagi putra Anda.”Sepasang mata wanita separuh baya itu mulai penuh dengan gumpalan air mata yang siap meluncur. Ia pikir bukankah kesadaran Fery adalah suatu berita baik? Lantas, mengapa di hari-hari berikutnya dokter berkata sesuatu yang tak jelas.“Maksudnya, Dok?” Sedikit serak tanya itu keluar dari mulutnya.“Maaf, kami tak bisa berbuat banyak. Untuk membantunya keluar dari masa sulitnya ... itu sangat mustahil. Melihat peralatan medis kami begitu terbatas, dan—”“Langsung saja katakan apa yang harus saya lakukan! Saya tidak mau membuang banyak waktu begini!” Bu Asti teramat emosi.Tak hanya pikirannya yang digrogoti ketertekanan mental, tetapi dirinya sungguh serasa diguncang hebat. Baru saja lepas dari kegelisahan yang terasa tak berkesudahan, ia kembali d
Read more
Sudah Diputuskan
Vina duduk di tepi ranjang tempat Fery kini terbaring. dirinya memijit-mijit kaki kakaknya. Saat ini Ara masih berjaga seperti biasa.“Nanti mama akan ke sini, Mbak. Jadi, Mbak bisa fokus bekerja di kantor. Jangan sampai pikiran Mbak Ara terbebani. Oke? Aku yakin, mas Fery juga pasti nggak mau liat Mbak Ara kecapean.”“Makasih Vin, tapi mama bukannya lagi sakit, Vin?”“Sudah baikan, kok. Lagian kayak enggak tahu mama aja gimana. Mama enggak pernah betahan di rumah dan enggak bisa diam orangnya.”Ara tersenyum. Benar apa kata Vina, ia juga tahu itu.“Jadi Mbak enggak perlu khawatir dan fokus saja seperti kataku tadi. Semangat kerjanya, ya!”“Iya, Vin. Makasih, ya.”Vina hanya tersenyum kala menyahuti perkataan kakak iparnya itu. Setidaknya, sebagai seorang adik yang berbakti, ia bisa merawat Fery meskipun hanya sesekali.“Ya sudah, Mbak. Bukannya mau kerja?” tanya Vina pada Ara. “Iya, tapi udah siang ini. Gak akan sempet mandi, kayaknya.” ujar Ara.Vina menyodorkan tas berisi setelan
Read more
Talak Cerai
Ara masih terpaku, menatap tidak percaya pada pemilik manik coklat terang itu. Lalu, Rangga sendiri juga terdiam, menatap Ara dengan sorot cemas.Beberapa detik kemudian, Ara mendorong Rangga yang terlalu dekat dengannya.“Apa yang kamu lakukan, Mas?!” tanya Ara menuntut penjelasan.Lelaki itu memalingkan wajah sambil mengusapnya secara kasar. Jelas ia kesulitan mencari jawabannya. Dirinya saja tak tahu mengapa melakukan itu.“Maafkan saya, Ra. Sa-saya tidak bisa mengontrol diri,” jawabnya dengan posisi membelakangi Ara.Rangga mungkin menyesal. Dirinya juga merasa malu atas sikap semberononya itu.“Kenapa?!” sentak Ara.Wanita itu kini terlihat marah. Ara sampai memukul lengan Rangga beberapa kali. Namun, terhenti ketika Rangga menangkap tangannya itu. Lelaki itu dan menatap dalam.“Maaf, itu tidak disengaja. Semua terjadi begitu saja, Ra.”Ara menatap sinis. “Mana mungkin semua terjadi begitu saja?”Wanita itu menepis pegangan Rangga, berniat pergi meninggalkannya sendiri. Lelaki it
Read more
Lembar Baru Tanpa Fery
“Kenapa?””Kenapa jadi begini?””Bukankah kita sudah berbaikan? Lalu, kenapa?”Ara masih tidak bisa menerima keputusan Fery. Wanita itu meraung sedih, nelangsa. Pecahan kaca serta benda mudah pecah lainnya berserakkan di atas ubin putih, tanda dirinya baru saja mengeluarkan kemarahan dalam dada.Dia kecewa. Padahal, beberapa waktu lalu Ara yang memaksa ingin bercerai. Namun, setelah merawat lelaki itu, permintaannya untuk bercerai ia batalkan. Bahkan, dirinya bertekad untuk selalu setia pada Fery. Namun mengapa? Dan tanya itu telah menyerang rongga pikirannya. Memaksa untuk kembali benci.Meski nyatanya kebencian yang pernah tertanam dalam hati sudah hilang, bahkan wanita itu memilih melupakan semua yang pernah dilakukan oleh Fery dan berharap rumah tangganya bisa dimulai dari awal lagi. Namun, semua sudah terlambat. Fery sudah memutuskannya, dan hubungan mereka sudah benar-benar berakhir. Membuat Ara kembali disiram api kebencian.Mahligai cinta yang berusaha Ara jaga ternyata pada
Read more
Positif Hamil
“Lho! Ra?!”Mata Ara menyambut melotot. Ini adalah pertemuan tak disengaja atau direncana, dan ia sama sekali tak menyangka.‘Terakhir kali bertatap muka dengannya saat waktu itu ....’ Ara menerawang kembali potongan ingatan lalu, ketika melihat Rangga berlari di bawah hujan.Tampaknya tak hanya Ara yang terkejut. Laki-laki itu juga sama kagetnya. Terpaku diam menatap lepas.Lama mereka terdiam. Mirna juga sama kagetnya, ia tidak menyangka akan bertemu Rangga. Setelah beberapa menit, akhirnya ketiganya mengobrol bersama. Bertukar cerita. Rangga kini bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di sebuah sekolah ternama di Jakarta. Ia diminta mempersiapkan sebuah acara festival sekolah. Semua dia urus termasuk soal makanan. Rangga sangat kaget ternyata Ara adalah pemilik usaha tersebut.“Ya, ampun enggak sangka bakal ketemu lagi begini,” jelas Ara senang.Rekahan senyumnya bersambut. Rangga membalas hangat.“Iya, semua tak terencana.”Hening sesaat. Keduanya kembali ingat akan kenangan terakh
Read more
Perih Hati
Pagi kembali menyapa seperti hari-hari yang telah berlalu. Namun, Ara sudah kelelahan bukan main setelah bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk muntah.“Aduh, kamu maunya bunda makan apa, Sayang? Rasa-rasanya apa pun yang masuk ke perut bunda pasti keluar lagi,” ucap Ara susah payah. Tangannya mengelus perut yang masih rata itu hati-hati.Sejak kehadiran calon buah hatinya, ia selalu sering bicara sendiri. Mengelus kulit perutnya lembut seolah kedua tangan itu tengah membelai bayi sungguhan.“Kamu mau buah-buahan?” Bahkan wanita itu sudah mempersiapkan panggilan si calon bayi kepadanya.Bunda. Ara senang dengan panggilan itu. Dalam satu kesempatan dia juga sudah membayangkan buah cintanya yang mungil memanggil demikian. Membuat Ara tak pernah bisa menghentikan senyumnya di saat sedang asyik membayangkannya.“Oke, nanti bunda akan beli beberapa buah-buahan, ya.”Ara berdiri sedikit terhuyung saking pusing kepala. Tangannya meraba tembok demi bisa segera sampai ke atas ranjang.“Tidak,
Read more
Senyum Palsu
‘Satu-satunya hal yang mampu membuat bibirku tersenyum tulus hanyalah ketika aku membayangkan bisa menyentuh lembut kaki-kaki mungilmu, Nak. Selain itu, rasanya dunia bunda sudah hambar, tak ada hal baik yang mampu membuat hati ini bahagia.’Kasihan sekali wanita itu. Setelah ditinggalkan oleh cinta yang ia anggap sejati dulunya, sekarang beginilah kehidupan yang ia jalani. Hambar seperti katanya.Meski sesungguhnya Ara dikelilingi banyak orang-orang baik, itu tak membuat kebekuan hatinya berhenti. Dan satu-satunya yang bisa sedikit mencairkan hati beku itu hanyalah sang calon buah hati.“Ra, hey?”Suara Rangga menyadarkannya dari lamunan, jiwanya yang berkelanan dalam alam bawah pikiran diseret keluar ke dunia nyata. Ara terhenyak kaget.“Oh, a-apa?” sahutnya refleks.“Itu makananmu keburu dingin, ayo habiskan,” suruh laki-laki bermata teduh itu sambil menunjuk piring.Ara nyengir kuda. Tentu saja itu hanya kepalsuan yang berusaha dia tunjukkan di depan Rangga. Pura-pura kuat dan bah
Read more
Rasa Yang Salah
Untuk seperersekian detik Ara diam seribu bahasa. Tenggelam dalam terkaan-terkaan yang ia ciptakan sendiri. Apakah Rangga memang masih menyimpan rasa untuknya? Apakah laki-laki itu tulus ingin membantu dan menjaganya serta calon buah hatinya?Ara tak tahu jawaban pastinya. Dan ia sungguh tak ingin menanyakan itu secara langsung. Belum siap mendapat jawaban yang tak ia harapkan dari Rangga.“Kenapa jadi bahas masa lalu, Mas? Itu sudah lama sekali.” Setelah berusaha menenangkan diri, Ara meloloskan tanya itu. Namun, ia menghindari tatapan mata Rangga sekarang.Jika boleh jujur, Rangga agak malu karena begitu percaya diri sekali sebelumnya. Dia pikir dengan berkata manis akan membuat hati Ara sedikit meleleh, tetapi nyatanya tidak.Mobil terhenti ketika lampu merah menyala. Di kesempatan itu Rangga terus mencuri pandang, membuat Ara tak nyaman bukan main.“Ra ....” Dengan suara paling lembut Rangga memanggil.“Hm?” Wanita itu menyahut tanpa mau membalas tatapan mata dalam sang mantan.“S
Read more
Pernyataan Rangga
Hujan kembali turun mengguyur jantung kota Jakarta. Membuat gersang semakin terasa, apalagi di dalam mobil Rangga.“Maaf, ya, Ra. Masuk mobilku pasti kepanasan,” ucap Rangga tak enak hati.Ara mati-matian menahan mual yang telah menjadi sejak tadi. Akan tetapi, masih berusaha ia tahan sekuat hati.‘Aku tak boleh muntah di mobil orang.’“Aku sudah biasa dengan udara Jakarta, Mas. Enggak masalah,” jawab Ara. “Makasih, loh, sudah mau jemput.”“Iya, sama-sama. Lagian saya tidak akan biarkan kamu pulang sendirian, jadi sengaja menjemput karena khawatir.”Ara menatap wajah laki-laki itu dalam. Baginya kebaikkan Rangga tak ada bandingannya. Ini membuat Ara semakin yakin untuk menjauh dari Rangga. Itu demi kebaikkan laki-laki itu sendiri.“Mas, makasih karena sudah menjaga aku selama ini. Menemani hari-hari hambarku, selalu aku repotkan setiap waktu. Itu sangat aku hargai. Tapi, sepertinya kamu enggak perlu melakukannya lagi. Kamu harus mencari masa depanmu, aku serius.”Rangga terhenyak, ham
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status