Semua Bab Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua: Bab 51 - Bab 60
76 Bab
Part 51
“Kamu jadi mau beli perlengkapan bayi, Sayang? Soalnya sudah deket HPL tapi kita belum punya persiapan sama sekali. Takutnya besok atau lusa kamu udah melahirkan malah perlengkapannya belum kebeli.” Sadewa berkata sambil mengoles selai kacang di atas permukaan roti kemudian menyodorkannya kepada sang istri. “Nanti aja kalo Ayah udah nggak sibuk,” jawab wanita yang tengah duduk di sebelahnya sembari menggigit pojokkan roti. “Kalau begitu nanti siang aku jemput setelah selesai rapat. Kamu siap-siap saja.” “Oke, Bos!” Sania menautkan telunjuk dengan ibu jari membentuk huruf O.“Makan yang banyak biar tambah bulet! Aku tambah cinta liat kamu gendut begini. Gemes. Pengennya liatin terus.” Kekeh Sadewa seraya menarik hidung istrinya gemas. Pria dengan garis wajah tegas itu lalu membungkuk, mendaratkan ciuman di perut gendut istrinya seraya membisikkan kata-kata sayang kepada calon anak yang ada di dalam perut Sania.Tangan Sania terulur membelai lembut rambut Sadewa yang basah. Merasa ba
Baca selengkapnya
Part 52
“Kita jadi jalan ‘kan, Yah?”“Oh, iya. Kita jalan sekarang!” Sadewa yang sudah terbuai oleh suasana segera merapikan kemejanya dan merangkul pundak Sania keluar dari kamar. Rasanya sudah tidak lama bermesraan seperti itu dengan Sania membuat dirinya mudah terbakar gairah. Ada rasa rindu menggebu di dalam kalbu dan belum sepenuhnya terobati.Sadewa menggamit tangan Sania saat mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan. Sepasang suami istri berbeda generasi itu berjalan menuju stand pakaian bayi, membeli beberapa pasang pakaian yang lucu-lucu serta membuat Sania ingin segera berjumpa dengan calon anaknya.“Nia!” Perempuan berhijab panjang menjuntai itu menoleh mendengar suara yang begitu dia kenali memanggil namanya dan tersenyum saat melihat seorang laki-laki berkemeja putih berdiri di hadapannya.“Gus, njenengan ada di sini?” tanya perempuan itu sambil melepas tangan sang suami yang terus saja menggamitnya.“Iya. Saya kebetulan sedang lewat dan ingin membelikan kado untuk teman saya. E
Baca selengkapnya
Part 53
Denting jam terdengar berbunyi nyaring. Sania masih saja terjaga menahan sakit di perut yang kian terasa. Disambarnya benda pipih persegi yang tergeletak di atas kasur, mencoba menghubungi Sadewa akan tetapi dering ponsel sang suami malah berbunyi di dalam kamar. Sania akhirnya memutuskan untuk turun dari tempat tidur dan mengetuk pintu kamar ibunya.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Maryam dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.“Sakit!” Hanya itu yang keluar dari mulut wanita berusia dua puluh dua tahun itu.“Dewa ke mana? Apa dia pergi?”Sania tidak menjawab pertanyaan dari ibunya. Mana mungkin dia membeberkan masalah keluarganya kepada orang lain, meskipun orang itu wanita yang telah melahirkan dia.Romi segera mengenakan kaos dan memapah Sania keluar dari rumah, berniat membawa putri semata wayangnya je rumah sakit.“Sania kenapa, Mam, Pak?” Sadewa yang sedang duduk di pos satpam bersama Barja dan Sapror segera menghampiri Romi.“Perutnya mules. Mungkin dia mau melahirkan.”“
Baca selengkapnya
Part 54
"Sania, Sayang!" Sadewa berteriak memanggil nama sang istri dengan perasaan panik.Sania yang baru saja selesai buang hajat mengerutkan dahi mendengar Sadewa terus memanggil-manggil namanya. Wanita berparas ayu itu segera membuka pintu, menatap wajah khawatir sang suami dengan mimik aneh."Alhamdulillah, ya Allah!" seru sang pemilik rahang tegas sembari memeluk erat tubuh mungil bidadari hatinya."Ada apa, Yah?" Sania yang masih diselimuti rasa bingung mendongak memindai wajah tampan suaminya."Tadi ada anak buah Darmi. Aku pikir dia ke kamar kamu dan menculik kamu, Sayang.""Memangnya Mbok Dar seriusan mau mencelakai aku, Yah?"Sadewa mengangguk pelan seraya mengusap lembut kepala istrinya yang terbungkus hijab."Makanya aku membayar pengawal karena aku nggak mau terjadi sesuatu sama kamu. Aku tidak ikhlas jika Darmi sampai mencelakai kamu walaupun hanya menggores sedikit saja kulit kamu.""Terima kasih atas perhatiannya. Aku tambah sayang sama Ayah!" Sania melesakkan kepalanya di da
Baca selengkapnya
Part 55
Pagi-pagi sekali ketika hendak mengganti pakaian Sania dikejutkan oleh bercak darah di celana dalamnya. Tangan perempuan berusia dua puluh dua tahun itu mendadak gemetar karenanya. Dia lalu berteriak memanggil sang suami, menunjukkan noda merah tersebut."Ini tanda-tanda mau melahirkan, Sayang. Dulu Vero selalu seperti ini saat mau melahirkan!""Mulesnya juga makin terasa, Yah. Perut aku nyeri banget!"Sadewa membingkai wajah cantik sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan mesra. Ada rasa deg-degan juga khawatir menyelimuti hati Sadewa, dan entah mengapa tiba-tiba dia merasa gelisah."Astaghfirullahal'adzim..." Sania menjatuhkan pakaian yang ada di tangannya, memeluk erat pinggang Sadewa sambil memejamkan mata merasakan nyeri luar biasa."Nia!” Tok! Tok! Tok!"Masuk, Mam. Nggak dikunci!" teriak Sadewa.Pelan-pelan Maryam memutar hendel pintu, melangkah masuk ke dalam kamar anak menantunya lalu menghampiri Sania yang sedang meringis kesakitan."Bawa ke rumah sakit saja, Wa. Kayak
Baca selengkapnya
Part 56
“Dokter, istri saya kenapa? Apa yang terjadi?!” tanya Sadewa tanpa melepas genggamannya. Hatinya teriris perih melihat wajah istrinya kian memucat dengan kaki bersimbah darah.“Tensi Ibu tinggi, Pak. Kejang saat persalinan bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi yang tidak terkontrol. Mungkin karena rasa panik luar biasa sehingga membuat tensi Ibu naik,” jawab perempuan beralmamater putih seraya terus memeriksa keadaan Sania.“Sayang bangun. Liat anak kita udah lahir. Dia pengen dipeluk sama kamu,” bisik Sadewa di telinga istrinya sambil menangis.Sungguh. Saat ini dia merasa begitu takut kehilangan istri yang teramat dicintai.“Pak, silakan diazani dulu anaknya. Insya Allah Ibu tidak apa-apa,” perintah dokter anak yang tengah sibuk mengurus bayi berjenis kelamin laki-laki yang baru saja dilahirkan istri Sadewa.Pria dengan garis wajah tegas itu mencium kening istrinya dan segera beranjak dari kursi, mengusap lembut kepala jagoan kecilnya lal
Baca selengkapnya
Part 57
“Sayang, aku keluar dulu sebentar. Aku mencintai kamu,” ucap Sadewa seraya mendaratkan kecupan singkat di kening istrinya.“Duh, manis banget sikap suami kamu, Nia!” ledek Azizah.“Sepertinya dulu calon kamu bukan dia, Nia. Apa karena saya cuma liat di foto jadi kelihatan beda ya? Perasaan waktu itu kelihatannya masih muda?” tanya Nyai Halimah dengan mimik terlihat bingung.“Memangnya Gus Fadlan nggak cerita?” Wanita berhijab violet itu menoleh ke arah laki-laki yang tengah berdiri menatap keluar jendela diikuti oleh yang lainnya.“Saya belum sempat cerita sama Ummi. Karena saya pikir itu bukan ranah saya menceritakan masalah orang!” Suara Gus Fadlan terdengar bergetar seperti orang sedang menahan tangis.“Argh!” Sadewa memukul tembok, meluapkan emosi yang sejak tadi dia tahan. Ia tidak mau menunjukkan rasa kesal serta cemburunya di depan orang-orang terutama Sania.“Kenapa kamu bohong, Sayang. Kenapa kamu bilang kalau teman kamu yang datang itu perempuan?” racaunya sambil menjambak r
Baca selengkapnya
Part 58
Apa yang sedang merasuki pikiran kamu, Emilia. Sadar, helllow ... Sadewa itu bukan pria yang mudah tergoda, apalagi sama perempuan agresif seperti kamu! Bisik kata hatinya menertawakan.Sadewa mengambil kursi dan lekas mengenyakkan bokong di atasnya, menggenggam jemari sang kekasih hati yang tiba-tiba diam tanpa kata dan terus saja fokus menyusui anaknya.“Emm ... Bu. Maaf, tadi saya tidak sengaja dan tidak bermaksud apa-apa. Ibu tenang saja. Saya tidak punya hubungan apa-apa sama Pak Dewa, kok. Dia itu tipe laki-laki setia. Dia juga begitu mencintai Ibu!” Emilia merasa tidak enak hati sendiri dibuatnya.Sania mendongak dan mengulas senyum kepada sekretaris suaminya, mencoba menutupi cemburu yang memang tengah bersarang di kalbu.“Tuh, kamu dengar sendiri, ‘kan?” Sadewa ikut menimpali.“Iya, Ayah. Aku percaya.” Dengan penuh kelembutan wanita berparas ayu itu mengusap lembut pipi Sadewa, menatap lamat-lamat wajahnya yang semakin terlihat memesona lalu menyunggingkan bibir menyuguhkan s
Baca selengkapnya
Part 59
Sebuah mobil APV terlihat terus mengikuti rombongan pengantar Sania. Wanita berkerudung hitam itu mulai terlihat ketakutan, apalagi saat ini ada seorang bayi dalam gendongannya.“Kamu tidak usah khawatir, Sayang. Ada aku di sini yang akan selalu melindungi kamu.” Sadewa merangkul pundak istrinya memberikan ketenangan kepada sang pujaan hati.Sania merapatkan duduknya, mendekap erat buah hati mereka yang diberi nama Syailendra Arkana Sadewa, yang artinya pemimpin yang berpengetahuan luas dan terhormat anaknya sadewa.“Barja, tolong beritahu yang lain suruh menepikan mobilnya di gang yang berbeda-beda, biarkan mobil APV yang mengikuti kita menyalip lalu kita giring dia ke kandang!” perintah Sadewa kepada salah satu anak buahnya yang sedang memegang kemudi.“Baik, Bos.” Lelaki berpenampilan sangar serta berbadan penuh tato itu segera mengambil ponsel dari dalam saku jaket, menghubungi teman-temannya memberitahu apa yang diperintahkan sang bos baru saja.Sadewa menoleh ke belakang dan men
Baca selengkapnya
Part 60
Di kantor polisi.Aditya dan beberapa rekan sejawatnya tengah menginterogasi dua orang anak buah Darmi yang tertangkap. Semua informasi yang dia dapat terus ia catat, sekalian mengumpulkan bukti yang akan memperkuat tuduhan Sadewa kalau selama ini asisten rumah tangganya itu yang telah meneror keluarganya.Setelah dicek dan ditelusuri lebih mendalam, ternyata nama asli Darmi adalah Diana Pitaloka, seorang residivis pembunuhan tujuh belas tahun yang lalu. Dia didakwa dua puluh tahun penjara, tetapi baru beberapa tahun menjalani masa tahanan Diana sudah dibebaskan. Aditya semakin bertambah ngeri membayangkan keselamatan sahabatnya karena ternyata Diana atau Darmi seorang penjahat ulung yang begitu licin seperti belut dan susah untuk ditangkap.Ponsel milik salah satu anak buah Darmi berdering nyaring. Aditya meminta si empunya telepon untuk menjawab panggilan, akan tetapi tidak boleh memberitahu kalau saat ini mereka sudah tertangkap.“Lama banget angkat teleponnya. Kalian di mana? Suda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status