Semua Bab Aku Anggap Kamu Mati, Mas!: Bab 21 - Bab 30
36 Bab
saja
Aku mengeluarkan ponselku dan memutar video rekaman gombalan serta ajakan Mas Joko pada Ibu dan Mas Joko. Mereka berdua melongo melihat video yang kutunjukan ini."Ka_kamu bisa tahu dari mana, Dek?" ucapnya terbata. Mungkin dia grogi dan takut karena sudah ketahuan begini. "Vita tak perlu mengatakan, Vita tahu dari mana. Kalian sudah berapa lama menjalin hubungan?" tanyaku penuh selidik."Mana ada, kami hanya berteman," elaknya."Sudahlah, Mas. Jangan alasan! Cukup selama ini aku kenyang dengan sikap malasmu bekerja, baru beberapa minggu bekerja dan menghasilkan uang. Kamu sudah berulah! Ibu, ingat perjanjian kita? Silahkan kalian kemasi barang-barang kalian dan keluar dari rumah ini."Aku meninggalkan Mas Joko dan Ibu yang masih menatapku tak percaya, aku sudah terlanjur ilfeel dengan Mas Joko."Ibu ada perjanjian apa sama Vita?" kudengar Mas Joko penasaran dengan perkataanku tentang sebuah perjanjian."Alah, itu cuma akal-akalan Vita saja karena mau mengusir kita. Baik kita pulang
Baca selengkapnya
anggi
Tin! Tin!Suara klakson mobil membuatku menepikan motorku, dari dalam sana kaca pintu mobilnya terbuka."Dek! Mau berangkat kerja?" Mas Joko dengan senyum bangganya menyapaku di pinggir jalan."Kamu kan lihat aku mau bekerja? Kenapa tanya? Aneh sekali," balasku malas."Nggak mau Mas anter naik mobil ini, Dek? Enak loh! Nggak kepanasan dan kehujanan.""Nggak!" tolakku spontan."Sombong sekali! Kamu akan menyesal sudah meminta berpisah dariku, Dek! Lihat, bahkan aku lebih keren sekarang dengan menaiki mobil ini. Sebentar lagi, aku akan memilikinya," ucap Mas Joko percaya diri.Kamu kira saya akan mengurungkan niatku meninggalkanmu, Mas? Naik Mobil bukan miliknya saja bangga, lebih baik aku langsung beranjak saja.Aku tak menanggapi ucapan Mas Joko dan kembali menstarter motorku menuju tempat kerja. Mas Joko mengikuti laju motorku dan ia dengan cepat menyusulku. Byur!Air kubangan lobang di jalan raya menciprat pada badanku akibat dilewati mobil yang ditumpangi Mas Joko. Pasti Mas Ilham
Baca selengkapnya
pisah
"Vit, Ren, aku mau ngomong!" ucap Anggi serius."Dari tadi juga kan kamu ngomong," ucapku."Serius ih!" balas Anggi. Rendi tampak sudah mengganti ekspresi bercandanya dengan wajah yang serius."Kenapa?" tanya Rendi."Maaf jika aku membuat kalian shock dan bersedih jika sudah mendengar berita ini," ucapnya bikin aku penasaran."Udah buru, nggak usah minta maaf!" desakku "Maaf, aku harus resign dari sini. Suamiku tak mengizinkan aku bekerja lagi," ucapnya sedih.Aku menatap Anggi sedih dan Rendi hanya memandangnya biasa. Ya, laki-laki memang begitu, mana bisa mereka baper dan sedih di muka umum."Kenapa?" ucapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Aku hamil! Dan aku dilarang bekerja karena sekarang suamiku sudah naik jabatan, jadi keuangan kami sudah lebih baik," jawabnya menatapku pilu.Aku memeluk Anggi dengan air mata yang tak bisa dibendung. Selama ini, dia bahkan aku anggap keluarga ketika di kantor. Setelah kepergiannya, aku pasti sangat kehilangan sosok sahabat yang menemaniku
Baca selengkapnya
Keluargaku
Hari ini jadwalku servis motor. Walau usang, aku usahakan merawatnya agar tak rusak. Bukan hanya motor, suami pun jika ia tak rusak berat aku akan merawatnya. "Nggak ikut liburan, Mbak Vita?" tanya Mang Oding, tukang servis motor langgananku."Liburan kemana, Bang?" tanyaku sambil makan kuaci bersama Azka."Lho, nggak di ajak toh? Mertua kamu sama keluarga Yati pada pergi ke Monas loh. Yang saya dengar, di ajak sama janda kaya yang baru pulang dari luar negeri itu," ucap Mang Oding."Oh, saya nggak tahu! Biarin aja, Mang! Mereka kan belum pernah piknik, kalau saya mah, udah kenyang dari ABG!" dustaku. Sebenarnya perasaan ini juga penasaran, tapi aku malas menanyakannya. Nanti, jadi meluber kemana-mana."Tapi kan jahat banget, masa anak istri nggak di ajak. Kalau aku sih, pasti kalau kemana-mana pergi selalu ajak anak istri. Mereka itu kebahagiaan hidup saya, nggak lengkap rasanya pergi sendiri tanpa membawa keluarga.""Laik lubuk lain ikannya, lain orang lain pikirannya. Mang Oding m
Baca selengkapnya
amanah
Motor kulajukan menuju rumah Bang Radi, aku sengaja ke sana untuk sekalian menginap, karena mungkin butuh lama nanti kami bermusyawarah dan pasti akan kemalaman jika akan pulang ke rumah."Assalamualaikum," salamku ketika baru sampai di rumah Bang Radi. Kuputar gagang pintu dan menahan Dina dan Bang Radi yang sedang sibuk belajar. Ku ulangi salam yang tadi belum mereka dengar, dan mwreka menengokku serempak."Bude!" teriak Azka berlari ke arah Mbak Nuri yang sedang membawa cangkir berisi kopi."Eh, ponakan Bude yang comel datang! Kemana nih hari minggu ini, nggak ada yang inget Bude! Pasti jalan-jalan!" Mbak Nuri meletakkan kopi di depan Bang Radi dan menggendong Azka. "Lihat Nih, Bude! Aka punya lobot balu, Tante nggak oleh pinjem! Wee," ucap Azka menjulurkan lidahnya kepada Dina yang telah selesai belajar."Mana sini Tante pinjam." Dina menjahili Azka dengan mengambil robot yang tadi ia pamerkan, dan akhirnya tangis Azka mengisi rumah ini."Din!" ucap Mbak Nuri menghentikan kejahil
Baca selengkapnya
Jaminan hutang
Kusiapkan langkah pagi ini, mengambil keputusan penting dalam hidupku. Berpisah dengan Mas Joko, sudah kumantapkan dalam hati. Bukan aku tak takut bergelar janda, aku lebih takut terkena dosa yang diakibatkan suamiku sendiri. Jika ia berusaha untuk meminta maaf dengan gigih, past hatiku akan luluh. Namun, ia bahkan tak menganggap aku dan Azka lagi."Sudah siap, Dek?" ucap Bang Radi mengagetkan lamunanku."E_eh, sudah! Ayo, Bang!" Aku melangkah keluar kamar, dan mencari keberadaan Azka. "Mam, Mamam mau kemana? Aka ikut ya?" rengeknya padaku."Azka kan biasa Mamam tinggal kalau lagi kerja. Kenapa sekarang minta ikut?" tanyaku yang tak tega melihat Azka menangisi kepergianku."Aka mau pelgi cama Mamam. Aka ikut ya!" Aku memandang Bang Radi, ia mengangguk dan aku menggendong Azka."Kalau Azka mau ikut Mamam, Azka jarus janji. Nggak boleh nakal kalau di sana!" ujarku."Janji, Mam!" sahut Azka memelukku erat. Sungguh hal yang berat, mengajak Azka ikut ke pengadilan dan harus membuat ia iku
Baca selengkapnya
Dia anakku
Pagi ini, aku sudah akan berangkat kerja kembali setelah kemarin ambil libur untuk mengurus perceraianku dengan Mas Joko. Dengan memakai seragam kerjaku, aku berpamitan pada Mbak Nuri dan juga Azka untuk berangkat.Kulajukan motor lamaku, dan melenggang dengan pelan menuju tempat bekerja. Haro ini aku berangkat awal, karena aku tak harus repot masak dan beberes rumah. Aku memilih menginap di rumah Bang Radi sampai aku benar-benar berpisah. Rasanya malas jika meladeni keluarga menyebalkan itu seorang diri, bukan tak berani, lebih tepatnya menjaga diri. Siapa tahu mereka mau mencurangiku atau Azka! Waspada lebih baik daripada menyesal kemudian.Aku melewati rumah wanita bernama Arum. Terlihat mobil Mas Ilham bertengger di sana, mungkinkah mereka sudah pulang dari Jakarta? Ah! Bodo amat! Emang gue pikirin. Aku kembali menarik gas motorku melanjutkan perjalanan yang sempat mengganggu konsentrasiku.Aku sampai di kantor lebih awal, aku berjalan menuju loker dan meletakkan tasku di sana. Se
Baca selengkapnya
Janda
Kupacu motor dengan pelan sambil berlinang air mata. Tangisku ini bukan karena ingin berpisah dengan Mas Joko, tapi lebih ke takut kehilangn Azka. Azka adalah hidupku, apapun ku pertaruhkan untuknya."Mam, Mamam kenapa? Jangan menangis, Mam! Fokus nyetirnya!" celetuk Azka."Siapa yang nangis, Mamam kena debu truk tadi. Azka sudah makan?" "Sudah, sama ayam goreng tadi. Tapi nggak Aka abisin, soalnya nggak ada Mamam nggak enak!"Aku tersenyum mendengar ucapan Azka, ia memang anak yang selalu ingat orang tuanya. Jika denganku pun ia juga teringat Mas Joko. Andai saja dia bisa sedikit berpikir waras, semua ini tak akan terjadi."Ude, assalamualaikum!" ucap Azka saat baru memasuki rumah Bang Radi."Waalaikumsalam, Azka! Gimana main sama Ayah? Senang?" tanya "Nggak, Mamam jadi angis. Aka nggak cuka sama nenek galak sama Papap." Bang Radi yang sedang menonton tv seketika menatapku penuh selidik."Azka main sama kak Dina ya!" ucap Mbak Nuri."Iya, Ude!" Azka masuk dengan Mbak Nuri menuju k
Baca selengkapnya
Lupakan
Aku sedang menyirami bunga di depan rumah Bang Radi. Sekarang aku memilih tinggal di rumah abangku karena rumahku sudah aku jual seperti saran Bang Radi. Kulihat bunga yang bermekaran sangat indah, membuat suasana pagi ini juga indah."Mam, Aka mau itu siram bunga!" "Azka mau bunga?" Anakku mengangguk pertanda mengiyakan pertanyaanku."Oke, hati -hati ya! Awas bajunya basah.Saat sedang asik bermain air menyiram bunga, mobil fortuner putih berhenti di depanku. Tampak kaca jendela mobil terbuka, dan wajah Mas Joko menyembul dari dalam."Azka! Mau ikut Papap nggak?" ucap Mas Joko. Aku sengaja membiarkan Azka yang akan menjawabnya. Aku ingin tahu apakah anakku ini ingin dengan ayahnya atau tetap denganku."Nggak! Aka mau sama Mam ajah, Papap jahat."Mas Joko tampak melirik tajam dan menatap dengan tatapan yang menusuk. Mobil hitam lamborghini juga tampak berhenti di depan rumahku.Aku melihat Anggi dan suaminya serta Rendi yang datang ke rumahku. Tentu aku kaget bukan kepalang, mereka
Baca selengkapnya
Haruskah pergi?
"Mas Rendi, silahkan diminum tehnya. Maaf ya ada sedikit gangguan tadi di depan." Mbak Nuri menyuguhkan teh dan juga camilan di depan Rendi dan Anggi."Makasih, Mbak!" Mbak Nuri ke belakang meninggalkanku dengan Rendi dan Anggi."Vit, tadi mantan suamimu?" tanya Rendi penasaran."Iya!" jawabku tak enak."Masih berani dia bilang cinta padahal sudah menikah lagi, ngeri ya, Vit!" imbuh Anggi. Aku melirik Azka yang tampak asyik dengan ponsel milik Rendi."Azka, sama Mamam sini!" Ajakku pada Azka yang tampak nyaman di pangku Rendi. "Nggak apa, dia udah nyaman sama saya.""Nggi, kamu ke sini mendadak ada apa? Kenapa nggak kabarin aku?" tanyaku penasaran."Nggak apa! Kangen lama nggak ketemu kamu sama Rendi. Rendi bilang kalau kamu Resign, betul?" Aku melirik ke arah Rendi. Aku memang meminta libur berapa minggu padanya."Gini, Nggi! Vita ini meminta cuti. Ketika aku tanya alasannya, dia diem. Makanya aku bilang sama kamu kalau dia resign, ternyata dia sedang sedih. Maaf ya, Vit!" ucap Rend
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status