Aku Anggap Kamu Mati, Mas!

Aku Anggap Kamu Mati, Mas!

By:  Maey Angel   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9
1 rating
36Chapters
7.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Wanita terlahir sebagai tulang rusuk. Tapi kenapa aku harus bernasib sial dengan menikahi lelaki payah yang sama sekali tidak mau menafkahi keluarga?

View More
Aku Anggap Kamu Mati, Mas! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Maey Angel
semoga suka
2022-08-11 22:21:55
0
36 Chapters
Joko
"Mas, uang yang kemarin aku taruh di bawah tumpukan baju, dimana? Mas lihat atau mungkin Mas yang ambil?" Kulihat wajah mas joko yang tampak datar dan sudah kupastikan, pasti suamiku telah yang mengambilnya."Maaf, Dek. Mas ambil tadi buat di kasihkan ke ibu." Sudah kuduga, selalu saja mas Joko melakukan itu ketika aku sedang pergi bekerja."Ibu? Dia minta buat apa lagi? Kemarin saja habis minta buat bayarin listrik, sekarang uang jatah makan kita seminggu di ambil semua. Lalu, bagaimana kita bisa makan buat besok?" cerocosku. Aku geram dengan sikap mas Joko yang terlihat biasa saja dan merasa tak berdosa sama sekali setelah ketahuan mengambil uang simpananku."Biarlah, Dek. Besok Mas coba cari kerja di luar, siapa tahu ada yang butuh tenaga Mas," sanggahnya."Begini ini, selalu saja alasannya sama! Memang besok Mas cari kerja sudah pasti dapat uang? Kita itu butuh makan setiap hari, belum jajan Azka, belum kebutuhan lain. Coba kamu bilang sama kakak kamu yang sok kaya itu, suruh dia
Read more
baru tahu
Setelah puas mengungsi di rumah Bang Radi, aku memutuskan menyudahi masa ngambekku. Aku pulang dengan Azka dengan mengendarai motorku malam hari. Azka yang sudah mengantuk aku suruh duduk di depan agar tak oleng saat ia ingin memejamkan matanya. Kasihan Azka, ia sering jadi korban keegoisan orang tuanya ini.Motor berhenti di depan rumahku yang sederhana ini, rumah yang aku dapatkan dari peninggalan jaman purba alias jaman nenek moyangku. Walaupun kusam seperti penghuninya, yang penting masih bisa untuk berteduh.Ku lihat lampu rumah yang masih padam, pasti Mas Joko belum pulang kerumah setelah ku diamkan tadi di rumah Bang Radi. Ku gendong Azka dan kubuka pintu yang tak digembok ini. Berat badan Azka yang bertambah setiap bulannya membuat aku cepat lelah jika terlalu lama menggendongnya. Aku menidurkan Azka di ranjangnya dan menyelimutinya dengan bed cover yang aku dapatkan dari hadiah pernikahanku dulu.Aku berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, suara pintu terbuka terd
Read more
benar benar
"Mas, kemarin aku minta sama Bang Radi suruh carikan kerja buatmu, katanya ada noh, di sana! Berangkat bersama Mas Radi ya, pagi ini! Biar aku siapkan bekalnya untuk makan siang Mas." Aku sengaja tak memberi tahu Mas Joko tentang pekerjaan apa yang akan ia dapatkan di sana, karena pasti ia akan mempunyai sejuta alasan untuk menolaknya."Pekerjaan apa, Dek? Kalau panas-panasan, Mas nggak mau! Suka pusing kalau kerja terkena cahaya matahari," ungkapnya."Mas udah khitan apa belum?" sindirku. Ada-ada aja Mas Joko ini, lelaki kok kerja nya nggak mau panasan. Bagaimana mau dapat pekerjaan, di tawarkan saja masih pilih-pilih yang cocok dan pas sesuai dengan keinginanya. Sampai lebaran kucing pun kalau begini mana ada pekerjaan yang cocok buatnya. Mengingat dirinya hanya tamatan SMA seperti Abangku."Kok, Khitan? Apa hubungannya khitan sama pekerjaan Mas?" keluhnya."Laki-laki itu di mana-mana kerjaannya ya gitu, kalau nggak kepanasan ya kehujanan. Kalau nggak mau kepanasan, berarti Mas ba
Read more
kecemplung empang
"Nih, Dek!" Mas Joko memberiku uang lima lembar berwarna merah padaku membuat aku mendongak tak percaya."Dapat dari mana, Mas?" tanyaku penasaran. Wajar dong aku penasaran dari mana asal uang itu, secara Mas Joko selama ini tak bekerja. Di kasih kerjaan di balai desa, di tolaknya. Katanya nggak mau kepanasan, nyatanya pekerjaan rendahan pun tak ia terima. Nasib punya suami malesnya nggak ketulungan."Jual ponselku! Aku tak begitu membutuhkannya, pakai dulu untuk kita makan sampai kamu gajian. Mas harap cukup!" Aku melongo mendengar jawabannya. Ponsel adalah salah satu media komunikasiku dengan dia saat aku meninggalkan Azka di rumah bersamanya saat bekerja. Bagaimana mungkin ia menjualnya? Bahkan ponsel itupun aku yang beli sebagai hadiah pernikahan satu tahunku waktu itu."Kamu nggak bilang, Mas? Seharusnya kamu tanya dulu sama aku. Itu ponsel sangat penting untuk kita berkomunikasi jika aku sedang di luar. Bagaimana nanti aku tahu kabar Azka jika aku bekerja?" sergahku."Beli lagi
Read more
Ditilang
"Joko!" teriak ibu histeris melihat anaknya yang terbaring di klinik. Biasa aja bu, nggak usah lebay gitu. Aku aja yang istrinya biasa saja, walau sedikit panik tapi tak langsung lari seperti drama-drama di tv. Ku lihat mas Joko tersenyum melihat kedatanganku."Kamu nggak papa, Ko? Ibu kan sudah bilang, kamu itu nggak cocok kerja rendahan?" papar ibu.Aduh, pantas saja anaknya malas bekerja. Ibunya aja begitu modelnya. Aku hanya melirik pada Mas Joko yang menatapku sedih. Maaf Mas, nggak berlaku bagiku tatapan memelas mu itu. Aku jadi nggak bisa ikut lembur kalau begini kan. Apes bener dah."Vit, Joko sepertinya lapar. Kamu beli makanan sana! Kasihan dia pasti butuh asupan biar cepet sembuh," ucap ibu."Baiklah, sini uangnya!" jawabku menyodorkan tanganku pada ibu."Kamu kok begitu, Vit! Sama suami sendiri perhitungan, jangan pelit-pelit jadi istri. Kamu mau kuburannya sempit?" sentak ibu."Sudah khatam, Bu, dengan kuburan yang sempit. Lain lagi napa? Misal doain ya, gini! Jangan peli
Read more
polisi
Ada apa dengan suamiku ini? Masih sakit saja dia masih memikirkan ibunya."Mas niat nggak sih mau kasih uang itu sama aku? Jika Mas ikhlas, semuanya nggak akan seperti ini. Uang yang Mas kasih sama aku tadi pagi, habis sudah!Kalau Mas mau membayarnya sendiri silahkan, tapi kalau tidak baik kita pulang hari ini. Terlalu lama tinggal di klinik, bisa-bisa motorku lenyap untuk membayar semua biaya pengobatanmu," ucapku. Bukan aku pelit pada Mas Joko, tapi dia teramat keenakan jika aku biarkan seperti ini. Aku juga sudah menemui dokter tadi jika keadaan Mas Joko baik-baik saja dan boleh pulang hari ini."Bu, Mau pulang diantar Vita atau mau pulang naik angkot?" tanyaku pada Ibu."Siapa yang mau pulang? Ibu masih mau menemani Joko di sini!" ucap Ibu. Sebenarnya tak baik jika aku mengerjai ibu, akhirnya aku memutuskan berterus terang saja."Bu, Mas Joko akan pulang nanti sore. Kalau Ibu ngeyel di sini, ya silahkan! Tapi kalau Ibu mau pulang, Vita berbaik hati mengantarkan Ibu!" ucapku."Mem
Read more
Sudah
"Ibu dari mana saja? Di cari dari tadi!" ucap Ilham saat melihat ibunya baru datang dari arah pintu."Dari klinik, kamu nggak tahu ya? Adikmu tadi habis nyemplung empang," jawab ibu."Oh." Hanya kalimat pendek yang keluar dari bibir Ilham karena ia masih jengkel pada Joko dan Vita akibat masalah ikan gabus kemarin."Kamu kenapa cari Ibu?""Ini, Bu! Rumah ini ada yang nawar dua ratus juta. Mahal kan, Bu? Jual saja ya, Bu! Ilham butuh modal ini buat membuka toko cabang baru di Pasar Biru. Nanti, kalau toko Ilham rame, Ibu juga akan dapet enaknya." Ilham kembali membujuk Ibu Joko untuk segera menjual aset peninggalan ayah yang hanya tersisa rumah ini."Kalau di jual, Ibu mau tinggal di mana?" ucap Ibu."Kan Ibu bisa tinggal sama aku atau Joko. Ibu nggak usah lagi pusing-pusing mikir biaya makan dan lain-lain. Pokoknya, tinggal enaknya saja lah," bujuk Ilham."Coba nanti kita bicarakan lagi sama Joko. Ibu nggak mau jika Ibu nanti sengsara gara-gara jual rumah ini. Rumah ini tinggal satu-s
Read more
Sudahlah
"Ealah, bagus-bagus kok ambekan. Ya sudah! Ibu ke rumah Joko. Kamu tunggu di sini!" Bu Joko berjalan ke luar rumahnya untuk meminta makan ke rumah Joko. Walau Vita sering mengomel padanya, namun jarang sekali mereka menolak jika Ibunya meminta sesuatu darinya."Assalamualaikum," sapa Ibu dari luar rumah Joko. Vita yang sedang memasak makan malam terus melanjutkan acara maaknya tanpa menyambut ibu di depan."Waalaikumsalam," sahut Vita dari dapur.Bu Joko masuk ke rumah Vita dengan perasaan senang karena tahu Vita sedang memasak. Tercium dari aromanya saja ia sudah tahu, jika masakan Vita memanglah enak."Ngapain balik lagi, Bu?" tanya Vita ketus."Kamu ini, kayak nggak senang saja jika Ibu datang ke rumahmu," sungut ibu tak terima dengan nada bicara Vita."Mau makan?" tanya Vita sengana mengalihkan pembicaraan."Sudah! Nggak usah tanya, berikan saja makan buat ibu di rumah. Dari tadi di klinik, Ibu kelaparan. Kamu nggak mau belikan Ibu makan. Sekarang kamu harus tanggung jawab karena
Read more
Siapa
Hari ini aku sangat lelah sekali. Pekerjaan mencari nafkah bagi wanita sungguh sangat berat, ditambah kedatangan tamu bulanan yang membuatku sedikit merasakan nyeri di perut. Aku keluar dari pabrik menuju parkiran motor dengan langkah pelan, dan beberapa orang yang melihat langkahku tak biasa menanyakan keadaanku."Kenapa, Vit?" tanya Anggi padaku."Nggak papa, cuma nyeri saja di perut. Biasa PMS melanda!" jawabku nyengir."Oh, baik banyak istirahat sama minum air putih," saran Anggi diiringi anggukan kecil dariku."Makasih," ujarku. "Aku duluan ya!" Anggi berlalu meninggalkanku. Aku memilih duduk dulu di pinggir parkiran untuk membuang rasa penat dan nyeri seperti ini. Aku juga sebel, kenapa harus seperti ini jika datang bulan. Sangat-sangat mengganggu aktivitasku. Yah, walaupun hanya paling dua atau tiga hari datangnya nyeri ini, tapi tetap saja aku risih. Biasanya aku memilih libur dan tidak berangkat jika sedang PMS begini, tapi jika aku memilih libur aku tidak bisa mendapatkan g
Read more
lagi?
"Mamam akit?" tanya Azka padaku."Iya, Sayang! Kamu mandi sama Papap dulu ya, habis itu makan," perintahku pada Azka."Ciap, Mam!" Azka memang anak yang pengertian, dia bahkan tak pernah membuat aku bersedih. Dia jarang menuntut hal-hal yang aneh, paling sebatas minta jajan dan juga jalan-jalan. Bagiku, asal aku bisa aku pasti akan melakukan apapun demi dia.Sore telah berganti dengan malam, kini aku hendak mengisi perutku yang masih kosong karena belum makan sejak tadi siang. Biasanya aku makan sehabis pulang kerja, tapi tadi aku langsung merebahkan diri dan sekarang aku merasa sangat lapar.Ku buka tudung saji hendak makan makanan yang aku sisakan tadi pagi untuk aku makan sore hari. Tapi aku terkejut kala tak ada makanan sedikitpun tersisa di sana. Aku memanggil Mas Joko yang sedang asik nonton tv di ruang depan."Mas, makanan di dapur kemana? Habis kamu makan semua?" tanyaku."Memang ada makanan? Tadi Azka aja makan sama telor ceplok yang aku bikin." Aku kaget dengan jawaban Mas
Read more
DMCA.com Protection Status