All Chapters of Wanita yang Menolak Lamaranku: Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Sebelas
Suasana yang tadinya adem ayem mendadak heboh karena Citra pingsan, entah pingsan sungguhan atau hanya pura-pura. Katanya tidak heran dengan Vira, tetapi baru melihat kunci mobil yang menjadi hadiah pernikahan saja sudah pingsan, bagaimana kalau ia melihat mobilnya secara langsung nanti? Bisa-bisa ia pingsan dan tidak mau bangun lagi karena tidak sanggup melihat orang yang ia hina selama ini bahagia. Sifat sombong memang satu paket dengan sifat iri dan dengki yang paling tidak bisa melihat orang lain bahagia. Bu Tantri-- ibunya teriak histeris melihat anak kesayangannya tergeletak di lantai.Ia dan suaminya menggotong tubuh Citra ke kamar yang ada di sebelah ruangan ini. "Bangun, Cit. Ayo bangun." Bu Tantri menepuk pipi Citra yang masih memejamkan mata. Citra tak bergeming. Tidak ada tanda-tanda untuk membuka mata, hanya dadanya yang terlihat naik turun sebagai pertanda ia masih bernapas. "Aduh, kenapa, sih kamu pakai pingsan segala? dibangunin susah pula." wanita itu menggerutu
Read more
Dua belas
"Tunggu Cit, sepertinya aku kenal dengan lelaki yang ada di foto itu." Aku menahan tangan Citra yang sudah bersiap untuk memencet tombol hijau sebagai pertanda kalau ia menerima panggilan itu. Wanita yang make up--nya sudah berantakan itu tertawa lebar. " Mana mungkin lelaki miskin seperti kamu kenal dengan lelaki kaya dan tampan seperti dia. Enggak usah mengada-ngada, deh."Benda pipih nan canggih itu masih saja menjerit karena Citra belum juga menerima panggilan. "Bentar, ya, aku mau bicara dulu sama yayang." Ia tersenyum lalu menggeser gambar telepon lalu menempelkannya di pipi. Ia pasti tidak mau melakukan video call karena sadar wajahnya sangat berantakan saat ini. Wanita seperti dia pasti tidak ingin membuat lelaki yang ia puja menjadi ill feel. "Halo, Sayang apa kabar?" Citra menyapa renyah seseorang di seberang sana. Ia berusaha tersenyum manis meski ia tahu lawan bicaranya tidak melihat senyuman itu. Wanita itu lalu terdiam beberapa saat menunggu jawaban orang itu. "Apa?
Read more
Tiga belas
"Bagaimana, Vir? kamu suka? Itu mobil kamu sehingga kamu boleh menaikinya kapan pun kamu mau." Aku mengulurkan kunci mobil pada Vira yang masih berdiri mematung seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Vira menerima kunci mobil dengan tangan gemetar. " Tetapi, Aku enggak bisa nyetir," ucapnya lirih. "Nah betul itu, sudah tahu Vira nggak bisa nyetir malah dikasih mobil. Itu sama artinya dengan kambing dikasih burger, tentu saja enggak mau lah alias percuma. Kalau kambing, ya. harusnya dikasih rumput. Sudahlah mobil itu hanya formalitas saja. Buat apa Vira dikasih mobil? Emangnya dia mau ke mana?" ucap Citra sinis. Aku kembali mengelus dada. Mulut wanita ini memang lemas sekali. Aku tersenyum dan mengusap tangan wanitaku ini. Kuabaikan ocehan Citra dan menganggap angin lalu saja. " Kami berencana mendaftarkan kamu kuliah setelah tinggal di rumahku nanti. Jadi kamu bisa pakai mobil itu untuk kuliah. Masalah nyetir? Gampang, nanti aku yang akan ajarin kamu sampai bisa."Citra ke
Read more
Empat belas
Vira menghampiri ayah dan ibu yang juga sudah siap.Ia meraih tangan dan ibu lalu menciumnya dengan takzim, hal yang sama juga lakukan pada ayah. "Hati-hati, ya, Vir," seru ibu. "Kamu enggak ikut pergi dengan Vira, Lang?" tanya ibu dengan dahi mengernyit. "Dia bilang ingin pergi sendiri, Bu," "Emangnya dia mau ke mana?""Loh, bukannya tadi pamit sama ibu dan ayah. Nggak tanya dia mau ke mana?"Ibu tersenyum. "Ia hanya bilang ada urusan sebentar dan ibu pikir perginya sama kamu. Ya, udah nggak perlu tanya-tanya lagi kalau sudah pergi sama suaminya, ntar Ibu dibilang sok kepo lagi,"Citra tertawa mendengar obrolan kami. " Kalian mau tahu Vira pergi ke mana? Paling-paling dia mau nemuin si Abdul, tuh," ucapnya dengan nada sinis. "Abdul? Siapa dia?""Abdul itu pacarnya si Vira yang merupakan karyawan bapak juga. Cuma bedanya kalau Vira tugasnya ngambilin telur dan tukang bersih-bersih sedangkan si Abdul ini yang membawa telur ke para pelanggan seperti warung-warung, warung makan, dan
Read more
Lima belas
Sekarang aku yakin kalau yang dimaksud Malik oleh Citra itu memang Reiga. Oh, betapa sempitnya dunia ini, dulu ia sudah membuat kekasihku berpaling karena silau dengan penampilan dan apa yang dia miliki. Di saat aku mulai tidak menuruti permintaannya yang selalu ingin minta uang dan menganggap Reiga lebih baik dariku. Sekarang, Citra-- juga menolakku dan lebih memilih dia. Mungkin kah Citra adalah korban Reiga selanjutnya. Kuakui, Reiga ini memang tampan, wajahnya bersinar cerah yang entah apa rahasianya, dan berkulit putih seperti artis luar negeri. Tubuhnya juga bagus-- atletis sehingga tidak heran ia jika para wanita klepek-klepek saat melihatnya dan ingin memiliki seutuhnya. Apalagi penampilannya yang selalu wow. Pakaiannya rapi menggambarkan sosok pria berkelas, tunggangannya juga mobil mewah yang harganya bisa mencapai miliaran. Wanita mana coba yang tidak tergoda, apalagi Ia juga pandai mengobrol kata-kata manis. Paket komplit yang menjadi idaman para wanita. Sayang, semua i
Read more
Enam belas
"Kamu kenapa, Vir, kok tanganmu tiba-tiba dingin banget?" Aku panik apalagi saat melihat wajahnya yang mendadak pucat dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. "Aku nggak papa, Mas." Vira meringis. "Berhenti dulu, Pak," ucapku pada sang sopir. Sang sopir menghentikan mobilnya di pinggir jalan sesuai perintahku. "Nggak tahu nih, Mas, tiba-tiba perutku mual dan kepalaku pusing apalagi setelah melewati belokan tajam tadi." Vira mengusap pelipisnya dan memejamkan mata. "Wah jangan-jangan Kak Vira mabuk kendaraan, ya." Ayya melepas sabuk pengamannya lalu beringsut dari duduknya dan kini dia berada di samping Vira. "Maaf. Aku memang nggak pernah naik mobil karena memang nggak pernah pergi ke mana-mana. Benar kata Citra, jangankan mobil, motor aja nggak pernah. Saat SMA aku cukup jalan kaki saja karena tidak diizinkan ikut Citra naik motor. Maaf kalau aku jadi merepotkan." Vira menunduk. Raut wajah penyesalan nampak jelas terlihat di sana. Aku membelai pipinya dan tersenyum." En
Read more
Tujuh belas
Wanita yang Menolak Lamaranku 17Berulang kali Vira mencubit pipinya sendiri. Matanya mengerjab berulang-ulang. Setelah itu bibirnya tiada henti menyebut asma Allah."Aku nggak salah lihat kan, Mas," tanya Vira lirih namun masih bisa kudengar. Aku merangkulnya dan tersenyum lalu mencubit pipinya tanpa ia minta, tetapi pelan tidak seperti ibunya Citra yang sampai tampar menampar. "Bagaimana? Sakit?" tanyaku. Vira mengangguk. "Kalau kamu merasa sakit, itu artinya saat ini kamu tidak sedang bermimpi. Ini nyata. Ini memang rumah yang akan kita tinggali. Rumah kita."Saat ini hanya ada aku dan Vira masih di luar karena yang lainnya sudah masuk, mereka pasti sedang istirahat sedangkan aku masih harus menemani Vira dengan rasa takjubnya. Semoga dia baik-baik saja nggak gampang pingsan seperti Citra. "Untung saja aku orangnya kuat, ya, Mas sehingga aku tidak pingsan atau jantungan seperti Citra saat mendapat kejutan seperti ini. Jika aku sampai pingsan kamu pasti repot, cuma mabuk kendara
Read more
Delapan belas
Wanita yang Menolak Lamaranku 18"Ayo katakan pada kami, rencana kalian ingin punya anak berapa?" tanya ibu. "Sebagai pasangan suami istri, hal seperti ini harus dibicarakan, lho." "Iya, Bu. Kamu pasti akan membahasnya nanti secara eksklusif, hehehe, tetapi untuk saat ini biarkan kami saling mengenal satu sama lain. Kalau masalah momongan belum ada planing," jawabku santai sambil merangkul pundak istri tercinta. "Iya, kan, Sayang." Aku mengedipkan mata pada Vira sehingga wanita itu mukanya memerah karena malu. "Cieee, sudah panggil sayang sekarang. Duh, kapan, nih, aku nikah? Biar ada yang memanggilku sayang." Ayya menyangga dagunya dengan kedua tangan. Tidak lama kemudian sebuah bantal sofa melayang dan mendarat di mukanya sehingga membuat kami tertawa. "Masih kecil jangan mikirin nikah. Belajar dulu yang bener," ucap ibu. "Iya, deh.""Oh ya, Vir. Ada satu hadiah untukmu. Tadi udah Ibu bawa, tetapi enggak jadi diberikan. Soalnya Ibu takut di Citra pingsan dan tidak sanggup bangu
Read more
Sembilan belas
Wanita yang Menolak Lamaranku 19"Ayya, ngapain kamu di sini?" "A--aku__" Gadis berambut pendek itu gelagapan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jangan bilang kalau kamu lewat tidak sengaja. Itu tidak mungkin. Kamar kita jauh lho. Kamar kamu di atas dan kamarku di bawah. Wah, jangan-jangan kamu mau ngintip ya, Ayo ngaku," tanyaku dengan tatapan menyelidik. Adik perempuanku satu-satunya itu mencebik. Ia mengusap wajah kasar. "Ish, siapa yang mau ngintip, sih? Aku tidak mengintip cuman mau lihat lingerie yang aku kasih tadi sudah dipakai oleh Kak Vira atau belum karena mau lihat pas atau enggak. Kakak tahu sendiri, kan kalau yang namanya memberi sesuatu itu akan merasa puas jika orang yang diberi langsung memakai sebagai pertanda menghargai orang yang member. Tapi__Ayya tidak melanjutkan ucapannya, ia menggigit bibir bawah. "Tapi apa?" Aku dan Vira serempak. Ayyara bertepuk tangan hingga suara telapak tangannya yang menyatu terdengar nyaring. "Aduh, kalian berdua kompak
Read more
Dua puluh
Wanita yang Menolak Lamaranku 20"Maafkan aku, Mas, yang sudah membuatmu malu. Aku sadar kalau dari tadi semua orang memperhatikan kita seolah ini adalah tontonan gratis karena aku dan kamu itu jomplang banget, Mas. Kamu tampan dan gagah sedangkan aku jelek." ucap Vira Sendu. Iya berbalik membelakangiku. Aku meraih kedua pundaknya dan membalik tubuhnya sehingga sekarang kami berhadapan dalam jarak yang cukup dekat, bahkan aku dapat merasakan deru napasnya yang memburu. "Siapa yang bilang kamu jelek, kamu cantik kok, karena kecantikan seorang wanita bukan dari wajahnya melainkan di sini." Aku meraih tangan Vira dan meletakkan di dadanya. Vira tersenyum, kusibak rambutnya yang menjuntai ke depan yang tidak ikut diikat. "Aku jelek, Mas buktinya wanita itu mengatakan aku ini pembantu dan aku yakin bukan hanya wanita itu saja yang menilai seperti itu. Semua orang juga akan mengatakan demikian. Saat kita jalan beriringan seperti ini seperti seorang pembantu dan majikan." Vira menunduk.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status