Semua Bab MENCINTAI ABANG ANGKAT : Bab 71 - Bab 80
103 Bab
Part 71
Kami sampai di salon spa elite bintang lima. Bu Sam turun dari mobil dengan gaya elegannya. Kenapa harus mengajakku ke sini? Kejadian tadi membuatku malu menatapnya. Apa lagi mendengar suara tawa pak supir yang sedikit tertahan. Aku mengikuti wanita yang minta dipanggil mama tersebut sampai ke dalam. Mengikuti langkah kakinya yang super elegan tersebut dengan tergesa-gesa. Beberapa wanita menunduk dan menyapa dengan hormat kepada kami. Sepertinya sudah mengenal mama sebagai langganan utama di tempat ini. Kami digiring ke sebuah ruangan khusus. Tak ada tempat tidur berjejer seperti yang aku dan Aira sering datangi. Ruangan kali ini hanya khusus memiliki dua tempat tidur. Inikah yang disebut ruangan khusus vip? Wow.Aku dan mama melepas pakaian kami dan menggantinya dengan handuk sebatas dada. Mama menikmati setiap pijatan yang dilakukan therapist. Begitu pun diriku. Kenapa Mama mengajakku ke tempat seperti ini, sementara dia hanya diam tanpa bicara dan menikmati semuanya dalam diam
Baca selengkapnya
Part 72
"Mereka sudah mati," jawabku asal, namun tulus berasal dari hati. "Dari mana kamu tau mereka sudah mati?" Mama juga menggunakan kata 'mati' yang kugunakan dari pada mengubahnya menjadi kata yang lebih halus lagi. "Bang Malik bilang, orang tuanya sudah meninggal saat seseorang meninggalkannya di panti. Jadi Bang Malik menyuruh Chaca untuk beranggapan begitu saja. Karena tidak ada hukuman yang pantas selain mati, untuk manusia yang tega membuang bayinya!" Mama tampak terkejut mendengar umpatanku. "Apa kamu membenci orang tuamu?""Chaca bahkan tidak mengenal mereka. Bagaimana bisa membenci?"Aku sudah tidak heran kenapa dia bertanya seperti itu. Dari semua orang yang kukenal, selalu menanyakan tentang keberadaan orang tuaku, begitu tahu kalau aku pernah dibesarkan di panti asuhan. Mulai dari sekolah, rekan-rekan kerja. Bahkan saat pertama kali aku membawa Bang Malik ke rumah ini. Dengan percaya diri dia bertanya dimana keberadaan orang tuaku, padahal dia sendiri tidak memilikinya. A
Baca selengkapnya
Part 73
Hiss.. gara-gara begadang sama Aira tadi malam, aku jadi terlambat bangun. Bukannya dapat panggilan dari Bang Malik, malah pagi-pagi mendapat pesan yang tidak enak. [Kalau masih capek, istirahat aja ya, sayang.Nggak usah masuk kerja dulu.]Sudah kemarin seharian tidak ketemu, malah disuruh jangan masuk. Apa sedikit pun tidak ada rasa kepadaku? "Ra? Lihat sisirku nggak?" teriakku dari dalam kamar."Nggak," sahut Aira dari dapur. "Serius lho. Kemarin ada.""Ya ampun, Cha. Segala sisir diributin. Tuh di kamarku ada selusin. Tinggal pilih," omel Aira yang melihatku tergesa-gesa keluar dari kamar."Nggak sempat. Bang gojek udah dateng."Aku bergegas keluar karena ojek online yang kupesan memang sudah menunggu. Dan benar saja, untuk pertama kalinya dalam sejarah SunCo, aku datang terlambat. Rusak sudah reputasiku sebagai karyawan teladan. Aku memasuki dapur di mana mereka semua sudah memulai aktivitas. Bu Rini melotot sambil memandangku dari atas ke bawah. Mulutnya juga komat-kamit men
Baca selengkapnya
Part 74
Aku menceritakan kejadian yang dialami mama waktu itu. Meski tidak tahu secara terperinci, aku harap Bang Malik dapat menjelaskan sesuatu. Ia hanya menggeleng, sembari berpikir. Namun ia juga belum menemukan apa pun. Bahkan putranya yang sudah bertahun-tahun hidup bersamanya juga tidak dapat menyimpulkan apa yang tiba-tiba terjadi. Apa mama memang selemah itu? Bahkan dia pernah hampir pingsan saat mendengar aku dan Bang Malik bukanlah saudara kandung. Aku pun tak lagi mempedulikannya. Mungkin memang seperti itu sikapnya. Mudah terkejut pada hal-hal yang sepele.Tapi lagi-lagi hal itu mengusikku. Hal sepele macam apa yang membuatnya duduk bersimpuh dengan wajah pucat seperti itu? Kemana pula dia sampai pulang larut malam?"Chaca?""Iya, Bang?""Semalam pulang cepat, ya?" Aku mengangguk. Kini kaitan tangannya kepadaku dilepaskan, kemudian berpindah menyilang ke dadanya. Matanya mulai menyipit. "Lupa, kalau punya pacar yang harus dikabari?" Eh? Tadinya aku ragu kalau dia tidak me
Baca selengkapnya
Part 75
Kenapa hidupku harus terus berada dilingkaran orang-orang yang sama setiap harinya. Sejak kehamilannya, Aira juga terlihat semakin percaya diri. Mungkin karena bentuk perhatian dari suaminya yang semakin hari semakin takut akan kehilangan Aira dan calon bayinya. Oleh sebab itu, Aira yakin sekali, walau apa pun yang terjadi, suaminya pasti akan tetap membela. Tidakkah itu terlalu egois dan terkesan tamak? .Beberapa hari kemudian Bang Malik masih melaporkan kejadian yang dialami mamanya. Beliau terus-terusan mengurung diri dan sangat susah untuk di ajak bicara.Hal ini pernah terjadi saat Haikal sudah tinggal bersamanya. Mama terus-terusan menyendiri dan matanya sembab seperti habis menangis yang tiada henti. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli, aku bahkan tidak punya sedikit pun hati untuk sekedar prihatin atas apa yang dialaminya. Aku hanya menghargai dia sebagai mama dari orang yang kucintai. Tak ada hasrat tuk sekedar mengambil hatinya sebagai calon menantu atau apa pun itu. To
Baca selengkapnya
Part 76
Mobil masih melaju, membelah kemacetan kota Medan di kala sore. Kami masih terjebak di lampu merah saat Bang Malik mengambil sesuatu dari laci mobil. "Ambillah!" ucapnya sambil memberikan sebuah kartu. Aku menyambut pemberiannya, dan memastikan kalau itu sebuah ATM. "Chaca udah punya," balasku, seraya kembali meletakkan kartu tersebut begitu saja. "Pakailah. Jangan lagi menerima apa pun dari Aira. Abang nggak mau kamu juga ikut menikmati uang om Harris."Aku terdiam. Ia masih juga memikirkan tentang hal itu rupanya."Chaca cuman merasa nggak enak. Apa yang nanti akan Mama katakan kalau sampai tau Chaca ikut menghabiskan uangnya.""Abang udah bilang, uang yang Abang punya nggak ada hubungannya dengan keluarga Mama."Lagi-lagi dia membahas soal uang. Bukannya kemarin kami sudah berhenti membahas soal itu. Aku hanya takut terjadi sesuatu lagi dengan pikirannya."Chaca udah besar, Bang. Chaca udah bisa menghasilkan uang sendiri. Jadi Abang nggak perlu merasa terbebani dengan kebutuhan
Baca selengkapnya
Part 77
POV Bu Sam. Saat itu usia pernikahanku sudah memasuki usia sepuluh tahun. Tapi Tuhan belum juga memberikan kami anugerah berupa seorang anak. Mungkin karena kesibukanku yang selalu jarang di rumah dan membuatku lelah. Suamiku yang notabenenya adalah mantan karyawan di perusahaan milik keluargaku, memintaku untuk segera membatasi diri dalam kegiatan.Dengan terpaksa aku menolaknya karena saat itu aku baru mulai merintis usahaku sendiri. The Sun Corp. Nama yang kuambil dari arti yang sama dengan namaku. Syamsiyah yang berarti matahari. Aku berharap perusahaanku yang baru kurintis ini kelak akan seperti matahari yang selalu bersinar dan memberi manfaat bagi kehidupan banyak orang yang bernaung di dalamnya. Tiga tahun kemudian, dengan usaha dan kerja keras, aku berhasil membuka beberapa cabang, anak perusahaan dan mengembangkannya ke bisnis kuliner. Hingga SunCo memiliki sejumlah outlet dan menjadi tempat makan favorit di kota ini. Malam itu sesuatu terjadi, di tahun ke tiga belas p
Baca selengkapnya
Part 78
Beberapa bulan berlalu, mas Ridwan tak pernah lagi mengungkit tentang Safira dan mendiang istrinya lagi. Dia selalu bersikap tunduk dan patih kepadaku. Tak pernah menyalahkan atau memakiku karena telah tega membuang bayinya begitu saja. Aku mencoba menata kembali hatiku untuknya, dan kami memulai lagi kehidupan yang baru. Ya, tak ada salahnya memberikan kesempatan kedua. Toh semua masalah sudah selesai. Tak ada lagi jejak penghianatannya. Keduanya sudah menghilang.Namun ada rasa yang lain di hati ini. Tiba-tiba saja aku merindukan bayi malang itu. Bayi yang selama sebulan selalu kupeluk dan kusayangi. Seperti ada sebuah rasa penyesalan di hati. Hingga beberapa bulan kemudian terdengar kabar duka cita dari adikku dan suaminya. Mereka hilang dalam sebuah kecelakaan dan mayatnya tak pernah ditemukan. Tinggallah keponakan malangku yang seketika menjadi yatim piatu. Aku membawanya pulang ke rumah dan kurawat seperti putraku sendiri. Dia yang selama ini terbiasa memanggilku tante, har
Baca selengkapnya
Part 79
Aku begitu terhenyak mendengar kata-kata mama. Seriuskah dia dengan semua yang dia ucapkan? Aku masih tertegun, mencerna setiap kata-katanya barusan. Ibu kandungku, telah merebut suaminya? Apa mungkin ada cerita seperti itu? Perjalanan kami dari panti asuhan ke kota ini mamakan waktu semalaman. Sejauh itukah dia harus membuangku? Apa aku begitu mengganggu kehidupannya sehingga dia menyingkirkan aku sampai jauh ke luar kota? Tidak adakah panti asuhan di kota ini yang lebih baik dari panti asuhan yang selalu menyiksa kami itu? Setidaknya dia bisa meninggalkanku di masjid agar bisa ditemukan dan dibimbing oleh orang yang rajin ke masjid tentunya.Tidak. Keputusannya memang benar. Aku memang pantas mendapatkannya. Bahkan seharusnya aku mendapatkan tempat yang lebih buruk dari itu. Seketika hatiku merasa iba dengan wanita yang sedang bersimpuh di hadapanku ini. Betapa hinanya wanita yang telah merusak kebahagiaannya. "Maafkan Chaca, Ma." Tenggorokanku terasa tercekat. Mendadak suaraku
Baca selengkapnya
Part 80
Aku terbangun saat mendengar ketukan pintu dan suara Aira memanggil. Matahari sudah mulai masuk menyinari lubang udara di kamar. Aku bahkan tak sadar kapan aku tertidur di lantai, setelah menangis sepanjang malam. "Kamu nggak kerja, Cha?" Tuk kesekian kalinya suara Aira tak kuhiraukan. Bagaimana aku bisa melihat wajahnya, bahkan terkadang aku sering mengumpat di dalam hati dengan keputusannya menjadi wanita kedua di dalam rumah tangga orang lain. Aku menaiki ranjang dan kembali menenggelamkan wajah ke bantal. Kembali memikirkan, apakah kisah semalam hanya sebuah mimpi. Ada panggilan masuk dari Bang Malik. Seketika mati dan kemudian memanggil kembali karena aku tak menghiraukannya. Kulihat ada puluhan pesan whatsapp masuk. Mungkin tak terdengar karena aku tertidur malam tadi. Ponselku berdering lagi. Masih sama, Bang Malik tak henti-hentinya menghubungiku. Lagi-lagi tak kuhiraukan, aku bahkan mematikannya. .Sudah beberapa hari aku juga tak masuk kerja. Setiap malam Bang Malik da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status