All Chapters of Kesempatan Kedua untuk Cinta: Chapter 61 - Chapter 70
84 Chapters
Toko Emas
“Tadi itu siapa, Pi?” Panji memulai pembicaraan. Ia dan Sepia duduk bersebelahan. Perginya Alea dan Andre memberi Panji sedikit kesempatan kecil untuk berbicara dengan perempuan itu.Panji bahkan bertanya tanpa menyempatkan untuk melihat Sepia terlebih dahulu. Sepasang matanya sibuk menggulir foto-foto yang pada layar kecil kameranya. Ia penasaran, tetapi ia juga sungkan untuk bertanya. Ia ingin tahu, tetapi ia ragu untuk memulai bicara. Semuanya serba canggung. Seolah-olah ada dinding pembatas yang menjulang begitu tinggi nan kokoh yang menjadi sekat sulitnya membangun keakraban di antara mereka.Mendengar nada suara Panji yang seolah bertanya, tetapi tidak ingin tahu atau sama saja dengan malas mengobrol, tetapi memaksa berbicara. Sepia menghela napas kesal. “Harusnya kalau memang tidak ingin tahu, jangan bertanya,” batinnya.“Bukan siapa-siapa,” sahut Sepia.Dari cara Sepia dan laki-laki tadi berbicara, saling berinteraksi, bahkan sampai saling melempar senyum, bohong jika masih di
Read more
Kabar Buruk
Masa lalu hanya sepenggal kisah yang sedang atau telah berusaha dilupakan, yang ketika berusaha diiingat-ingat justru hilang bayangannya, yang ketika berusaha dienyahkan malah menjelma rasa yang nyata. Entah berupa kenangan senang atau sedih, rasanya tetap tidak akan sama seperti yang dahulu terjadi. Dulu yang menyerupa bahagia dan hal-hal yang selalu dirindukan, kini berubah menjadi sesuatu yang sangat ingin dihindari.“Kamu harus hati-hati dengan laki-laki itu, Sepia. Aku rasa dia bukanlah laki-laki yang baik. Aku takut dia punya maksud jahat kepadamu, terlebih dia itu sangat dekat dengan rumahmu. Dia bisa melakukan banyak hal yang tak terduga,” kata Panji.“Aku bisa menjaga diri,” sahut Sepia.“Harus. Selain itu, kamu juga harus menjaga jarak dengannya. Aku hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa, terlebih kamu juga hanya tinggal sendirian. Itu terlalu beresiko,” lanjut Panji.Mobil kembali melaju pelan, menembus dinginnya udara yang membungkus malam, menyalip keramaian. Sorot kuning,
Read more
Menjenguk
[Sepia, aku ingin bertemu denganmu. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan, kumohon … aku butuh bantuanmu] Panji.Disela obrolan Sepia dengan Livy, Panji tiba-tiba mengiriminya pesan dan mengajak untuk bertemu. Entah kenapa laki-laki itu sepertinya sangat ingin mengusik ketenangan yang sedang Sepia rajut. Sepia awalnya tidak ingin menggubris pesan dari Panji, tetapi laki-laki itu kembali mengiriminya pesan yang sama. Seolah keadaannya benar-benar sedang genting.“Bu, sepertinya aku harus pulang sekarang,” kata Livy sambil melirik jam yang bertengger di pergelangan tangannya.[Oke, boleh] balas Sepia. Ia langsung mendongak ketika Livy berpamitan.“Oke, aku juga mau pulang. Hati-hati di jalan ya,” sahut Sepia.“Iya, Bu. Sampai jumpa lain waktu, aku duluan!”Livy beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Sepia yang masih duduk di dalam kedai. Setelah mendengar kabar yang kurang baik dari mantan karyawan Ray, Sepia masih tidak habis pikir. Antara mustahil, tetapi hal itu sudah terja
Read more
Malika
Sepia masih duduk di samping Malika yang masih terbaring. Sudah hampir satu jam, tetapi Malika masih terlelap dalam tidur yang entah memiliki mimpi atau tidak. Ada rasa bersalah yang menyeruak dalam diri Sepia perihal sikapnya terhadap Panji yang selama ini selalu cenderung menghindar dan menjauh. Padahal Panji selalu membantunya, tetapi Sepia selalu memberi jarak seolah Panji tetap orang bersalah yang telah membuatnya menjadi sangat sedih.“Aku mau keluar sebentar, ya,” kata Panji sambil beranjak dari duduknya. “Tidak akan lama, kok.”“Iya, tenang saja aku akan menemani Malika, tidak akan kemana-mana,” sahut Sepia.Ruangan kembali hening ketika Panji meninggalkan ruangan itu. Terbayang oleh Sepia bagaimana letihnya Panji membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus adiknya seorang diri. Pantas saja Panji sering terlambat datang ke tempat kerja, ternyata alasannya adalah Malika.Sepia kembali menatap wajah Malika. “Hai, Malika. Kata Kakakmu, kamu sangat ingin bertemu denganku, ya? Seka
Read more
Yang Berubah
Banyak hal terjadi diluar dugaan. Banyak hal terjadi melebihi prasangka. Putaran roda hidup yang terus bergerak membawa manusia pada poros kesedihan yang berbeda-beda. Arah angina yang berubah-ubah juga mengubah banyak rasa da sudut pandang yang kerapkali egois.Sepanjang perjalanan Sepia dan Panji tidak banyak bicara. “Terima kasih banyak karena kamu sudah mau mengunjungi Malika. Maaf, ya aku mengganggu waktu istirahatmu …,” kata Panji. Laki-laki itu membukakan pintu mobilnya di depan rumah Sepia. Ia tersenyum, begitu berterima kasih pada perempuan itu karena telah membantunya. Setelah malam ini, ada banyak hal yang telah dan akan berubah. Kenyataan yang terbuka dan kesedihan yang ada telah merubah sedikit banyak pandangan Sepia pada laki-laki itu. Pun caranya bersikap yang sebelumnya selalu menjaga jarak.“Tidak apa-apa. Aku tidak merasa terganggu kok. Ini keadaan penting, Malika memang sedang memerlukan perhatian lebih dan membutuhkan dukungan dari banyak orang. Jangan biarkan di
Read more
Pasta
[Sepia, Malika sudah dibolehkan untuk pulang] Panji.Sepia tersenyum setelah membaca kabar baik itu. [Syukurlah] balas Sepia.“Tuh, kan. Jadi senyum-senyum sendiri kayak gitu, gimana aku enggak curiga coba,” Ara berdecak kesal.“Apaan sih, Ra. Bukan apa-apa kok, ini Cuma lagi baca pesan yang ngabarin anakku, bukan hal lain seperti yang kamu duga. Kamu aja yang terlalu curigaan jadi orang,” elak Sepia.Sepia berbohong. Ia kembali menatap layar ponselnya, nama kontak Panji sedang mengetikkan pesan lagi. [Tapi, masalah baru muncul, Pi. Malika menagih janjinya, dia terus merengek minta ke rumahmu] Panji.Jemari Sepia kembali bergerak membalas pesan dari Panji. [Bilang pada Malika kalau aku masih bekerja, nanti sore saja ajak dia ke rumahku. Soalnya sekalian aku lagi nungguin Afandi sama Shabiru yang mau ke sini] balasnya.[Serius?] Panji membalas begitu cepat, secepat kilat.[Iya, aku sudah berjanji pada Malika. Aku akan menepatinya] balas lagi Sepia.“Tuh, kan sibuk sendiri sama hape!”
Read more
Kesempatan Baik
Hal terbaik dalam hidup ini terkadang disadari setelah berlalu lama. Berupa hal-hal sederhana yang terkesan biasa saja, tetapi akhirnya bisa menjadi yang paling dirindukan. Mengobrol bersama, membahas hal-hal yang tidak penting, dan tertawa. Hal itu mungkin menjadi hal umum yang biasa saja, tetapi tidak bisa semua orang dapatkan. Sepia beruntung untuk apa yang telah terjadi hari ini, seolah-olah ia diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan yang semula retak. Perlahan semuanya akan membaik, Sepia percaya itu.Pasta yang dibuat Sepia cukup banyak, ia ingat dengan Gina kemudian membawa sepiring untuk diantarkan ke rumahnya, juga sepiring untuk diberikan pada Radit karena laki-laki itu pernah membantunya.“Hai, Gin. Sedang apa?” tanya Sepia.Gina duduk di kursi depan terasnya sambil memutar musik. “Sedang menuggu suamiku nih, Pi belum pulang. Omong-omong di rumahmu sedang ada acara ya? Sepertinya ramai sekali?”“Enggak ada acara apa-apa, Cuma ada teman sama anakku dari Bandung
Read more
Melawan
“Ibun akan bekerja?” tanya Shabiru.Sepia sedang sibuk membuat nasi goreng, lalu tangannya dengan lihai menyalakan kompor untuk membuat telur mata sapi. Keduanya ia kerjakan bersamaan. “Iya, sayang.”“Nanti baju ibun bau minyak kalau begitu. Aku, kan belum lapar. Masih bisa makan nanti saja sama Kak Afandi,” ujar Shabiru yang duduk mengayunkan kaki kursi meja makan.“Sarapan itu penting sayang.”Sepia tidak peduli dengan pakaiannya yang telah rapi. Tidak masalah saat ia harus memasak terlebih dahulu sebelum berangkat. Lagipula hal seperti itu tidak ia lakukan setiap hari.“Memangnya ibun tidak akan telat?” tanya lagi Shabiru.“Tidak kok, ini masih sangat pagi. Kantor juga dekat.” Sepia meletakkan nasi goreng telur mata sapi ke atas piring lalu memberikannya pada Shabiru. “Makan dulu, ya.”Shabiru mengangguk dan mulai meraih makanan itu. Sementara Sepia beralih mencuci peralatan masak dan tangannya. Menjadi ibu sekaligus wanita karir bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan pula hal yang
Read more
Perempuan Lain
Masa lalu dan sesuatu yang telah berlalu mungkin memang tidak pernah bisa terulang lagi, tetapi kisahnya melekat, ingatannya tetap tersimpan, kenangannnya tetap ada seberapa keras pun bayangan itu berusaha disingkirkan. Namun, kadangkala selalu ada saja yang serba salah, selalu ada yang diungkit, selalu ada saja sesuatu yang terjadi dua kali dalam hidup. Entah itu kesempatan atau terulangnya lagi sesuatu yang telah berlalu. Entah sedang memikirkan apa, Sepia tiba-tiba membuka kembali media sosialnya yang lama yang tidak pernah ia buka beberapa tahun ini. Ternyata semuanya masih tersimpan rapi, meski setiap postingan sudah ia privasi, tetapi banyak hal masih ada dalam tempatnya membangkitkan kenangan yang sama.“Itu siapa?” tanya Ara. “Kamu sama siapa? Aku kayak kenal, deh?” sebuah kerutan kecil kembali muncul di kening Ara.Refleks Sepia langsung mematikan ponselnya. Ia tidak tahu sejak kapan Ara ada di belakangnya dan mungkin telah melihat beberapa foto yang Sepia gulir. “Ngagetin aj
Read more
Orang Baik
“Oh, iya. Sepia, Panji aku duluan ya, sudah ditungguin sama suamiku,” kata Ara lalu menepuk bahuSepia dan pergi meninggalkan mereka berdua di lorong lobi.“Aku minta maaf,” kata Panji.“Maaf untuk apa?” tanya Sepia.“Soal barusan.”Saat mereka berdua berjalan bersebelahan, tiba-tiba Kiara melewati mereka berdua begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Kiara langsung memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan area kantor.“Sebenarnya siapa dia? Maksudku kenapa dia juga bisa masuk keluar kantor dengan mudah?”Panji terdiam sejenak. “Dia itu, sepupunya Nawang …,”Kiara adalah sepupu Nawang. Usianya baru 22 tahun, Panji mengenalnya sejak buku keduanya terbit di bawah naungan Nawang. Lepas dari kejaran Nawang yang dulu naksir berat terhadap Panji, ia harus menerima kenyataan baru bahwa Kiara juga menjadi penggemar berat barunya. Bahkan lebih parah dari Nawang yang masih bisa bersikap biasa saja, Kiara lebih posesif meski sebenarnya tidak ada hubungan apa-apa diantara keduanya. Panji merasa te
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status