All Chapters of Menjadi Janda Tajir Melintir: Chapter 21 - Chapter 30
132 Chapters
Jangan Mengurungku Di Sini!
Mobil Ferrari LaFerrari warna hitam berhenti di depan rumah kecil yang terletak di pinggiran kota. Melani turun dari mobil, disusul oleh Namira yang menggendong Nafisa. Mereka masuk ke dalam rumah diikuti oleh Deon yang baru saja turun dari mobil. Di depan rumah, Bonita sudah menyambut dengan berkacak pinggang. Dia melipat keningnya sambil berkata, "Apa ini? Kenapa Ibu membawa Kak Melani dan selingkuhannya ke rumah ini?" "Jaga ucapanmu, Bonita. Kakakmu, Melani tidak pernah berselingkuh," ujar Namira membela Melani. Dia terus melangkah masuk ke dalam rumah sambil menggendong Nafisa. "Ayo masuk!" ucapnya seraya menatap Melani dan Deon yang berdiri di teras rumah. "Kenapa Ibu selalu membela dia? Aku juga anak Ibu. Kenapa Ibu tidak pernah percaya kepadaku?" protes Bonita. Dia berjalan mengikuti langkah Namira di dalam rumah. "Ibu tidak membela siapa-siapa, Bonita. Ibu hanya membela kebenaran." Namira menurunkan Nafisa dari gendongan sambil berucap, "Nafisa masuk ke kamar dulu ya, Nak.
Read more
Aku Hamil!
"Ibu sudah mengurung Bonita di kamar semalaman. Apa tidak sebaiknya Ibu membebaskannya? Ini sudah waktunya sarapan pagi. Bonita pasti kelaparan, Bu," bujuk Melani pada Namira saat sedang menikmati makanan di meja makan. Melani sendiri hanya menatap berbagai makanan yang tersaji tanpa menyentuhnya. "Ibu akan mengirimkan makanan untuk Bonita nanti, tapi tidak dengan membebaskannya. Biarkan anak itu menyadari kesalahannya." Namira meletakkan sendok dan garpu di atas piring. Dia menatap lembut Melani, lalu berkata, "Kenapa kamu tidak makan, Melani? Apa kamu sudah tidak menyukai masakan Ibu?" "Bukan begitu, Ibu. Tentu saja aku sangat menyukai masakan Ibu. Semua ini adalah makanan kesukaanku." Melani menatap ayam goreng dan sambal tomat yang tersaji di meja makan. Aroma sedap yang menyeruak dari piring saji membuat dia menelan air liurnya. "Lalu kenapa kamu tidak makan? Kamu baru saja keluar dari rumah sakit. Makanlah yang banyak agar kondisimu semakin pulih," bujuk Namira. Dia menyentong
Read more
Lelaki Kejam
Namira membuka pintu kamar Bonita. Dia memindai tubuh Bonita dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapan matanya berhenti di perut rata Bonita. Dia menatap tajam Bonita sambil berkata, "Kamu hamil? Apa benar kamu hamil?" Bonita menganggukkan kepala seraya mengusap-usap perutnya. "Ibu boleh menghukum aku, tapi jangan hukum anakku," gumam Bonita lirih. Namira menarik lengan Bonita dan menyeretnya sampai ke ruang makan. Dia mendudukkan Bonita di kursi seraya berkata, "Duduk dan makanlah. Setelah ini, Ibu ingin kamu menjelaskan semuanya pada Ibu." "Apa yang perlu dijelaskan, Bu? Aku sedang mengandung anak Kak Johan, dan aku tidak ingin Ibu melarangku mendekati Kak Johan. Aku harus menemui Kak Johan untuk meminta pertanggungjawaban." Bonita mengangkat tubuhnya. Dia berdiri dan hendak melangkahkan kaki pergi, tetapi Namira menghalanginya. "Ibu bilang duduk dan makanlah!" titah Namira seraya menarik lengan Bonita. Tidak disangka-sangka, tiba-tiba Johan telah masuk ke dalam rumah dan be
Read more
Pengkhianat
Melani memutuskan untuk turun dari mobil dan menemui Desy. "Jangan bicara seperti itu, Desy. Tuan Deon orang baik. Dia sudah dua kali menyelamatkan aku. Dia juga yang sudah memberiku pekerjaan. Aku bekerja dengannya sekarang," bisik Melani. Dia membujuk agar Desy menjadi tenang dan kembali ke mobilnya. "Kamu salah, Melani! Dia lelaki yang kejam! Jika dia baik, dia tidak akan menyekap Kak Evan," teriak Desy penuh emosi. Sengaja dia kencangkan volume suara agar Deon bisa mendengarnya. "Kak Evan? Di mana?" Melani bertanya tidak mengerti. "Apa kamu tahu? Kak Evan hampir saja mati karena ulah lelaki kejam itu. Sekarang jangan halangi aku untuk meminta pertanggungjawaban." Desy kembali mendekati mobil Deon dan menatap tajam laki-laki yang masih duduk diam di dalam mobil. "Kamu salah, Nona! Lelaki kejam itu bukanlah aku. Dia adalah kakakmu. Jika memang dia hampir meregang nyawa, itu adalah hukuman karena dia hampir mencelakai calon istriku." Deon berkata dengan nada dingin. "Apa? Calon
Read more
Peringatan!
Desy melajukan mobil kencang hingga berhenti di rumah sakit. Dia berlari menuju kamar yang semula ditempati oleh Evan. Namun, saat dia sampai, kamar itu telah kosong. "Di mana Kak Evan?" gumamnya lirih seraya menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Desy mengambil ponsel dari dalam tas slempang yang dia kenakan. Mencari sebuah kontak dengan nama "Otak mesum". Berkali-kali dia memanggil nomor yang sama, tetapi tetap tidak ada jawaban dari seberang. Di dalam sebuah mobil, Aldo sedang memegangi tangan Evan yang sedang berusaha melarikan diri. "Lepaskan aku. Aku bisa pulang sendiri," racau Evan seraya menggerak-gerakkan tangannya untuk melepaskan diri dari cengkeraman Aldo. Seorang wanita berpakaian serba hitam membantu menahan tubuh Evan agar tidak lepas. Sedangkan, seorang wanita yang lain bertugas menyetir mobil. "Tolong tambah kecepatan mobilnya, Lea," ucap Aldo seraya memegangi tangan Evan. Karena gerak tubuh Evan semakin tidak terkendali, terpaksa Hera memukul leher Evan. D
Read more
Laki-Laki Sampah
Melani baru saja sampai depan rumah Namira. Sebuah tangan melayang dan mendarat di pipi Melani. Terkejut dengan sambutan yang diberikan Bonita kepadanya saat baru saja sampai rumah, Melani berteriak seraya melebarkan mata dan mengusap pipinya yang memerah. “Apa yang kamu lakukan, Bonita?” Bonita mengangkat tangannya kembali. Namun, Hera yang sejak tadi berdiri di belakang Melani bergegas menangkap tangan Bonita. Dia memelintir tangan itu hingga pemiliknya meringis kesakitan. “Sekali lagi kamu berani menyentuh dan menyakiti Nona Melani, akan kupatakan tangan ini,” ancamnya. “Hentikan, Hera!” Melani memberikan kode agar Hera melepaskan tangan Bonita. “Tinggalkan aku berdua dengan adikku,” ujarnya tegas. Hera menatap Melani tidak terima. Namun, dia teringat perintah Deon agar selalu menuruti apapun perkataan Melani. Dia melepas tangan Bonita dengan kasar, dan bergegas menjauhi dua kakak beradik itu. “Sekarang, katakan padaku, Bonita! Ada apa denganmu? Kenapa kamu terus-terusan menunju
Read more
Lenyapkan Sampah Masyarakat!
“Melani! Aku ingin kita bertemu.” Johan berkata sembari tertawa-tawa tidak jelas. “Kamu harus menemuiku sekarang juga, Istriku. Aku sangat membutuhkanmu,” lanjutnya meracau.“Apa maksudmu, Mas? Ini sudah larut malam, dan aku bukan istrimu lagi,” tolak Melani tegas. Dia melebarkan mata tidak percaya. Sepertinya laki-laki yang sedang meneleponnya sedang dalam keadaan tidak waras. Melani hendak menutup telepon, tetapi suara teriakan orang di seberang mengurungkan niatnya.“Berikan aku satu botol lagi! Minumanku sudah habis,” ucap Johan mengangkat gelas. Seorang bartender memberikan botol dan menuangkan isinya di gelas Johan.“Mas? Kamu di mana?” Melani bertanya khawatir. “Apa kamu sedang mabuk? Cepatlah pulang! Kamu harus ingat, sebentar lagi kamu akan menjadi ayah.” Melani memberi peringatan. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar.Johan berdiri dari kursi di ruangan dengan lampu yang gemerlap. Musik jedag-jedug memekikkan telinga. Dia berbicara dengan suara keras, menandingi suara m
Read more
Sandiwara
"Apa yang kamu lakukan di tempat ini, Melani? Tempat ini tidak cocok untuk perempuan sepertimu. Ayo! Aku akan mengantarmu pulang," ucap Deon tegas. Dia melirik Melani yang sedang menatap lelaki pemabuk yang terkapar di atas lantai. Johan mulai menggerakkan tangannya. Saat dia membuka mata, Melani adalah yang pertama diliriknya. "Melani?" gumamnya sembari tersenyum lirih. Senyumnya menghilang saat dia melihat Deon berada di sebelah Melani. Melani berjalan maju, semakin mendekat pada Johan. "Apa yang kamu lakukan di sini? Pulanglah! Tidak sepantasnya kamu berada di tempat seperti ini," ujar Melani menatap lekat Johan. Dia ingin membantu Johan dengan menjulurkan tangannya, menawarkan bantuan pada Johan untuk membantunya berdiri, tetapi niatnya urung karena dia teringat bahwa Johan bukan lagi suaminya. Johan tersenyum melihat Melani yang berjalan semakin mendekat. Dia memegangi lantai dan mencoba untuk mengangkat tubuhnya. Menatap lembut Melani seraya berkata, "Akhirnya kamu datang k
Read more
Keributan Tengah Malam
"Apa yang Anda ingikan?" Melani bertanya ragu-ragu pada Deon. Dia menatap Deon yang berdiri dingin di hadapannya. Deon memajukan wajahnya mendekati Melani. "Aku menginginkan dirimu," ucapnya sembari tersenyum lembut dan mengedipkan mata. Melani dibuat merinding saat hembusan napas Deon yang begitu maskulin menghangatkan wajah hingga telinganya. Sesaat ada yang bergetar di dalam hatinya. "Menginginkan saya?" Melani berkata terbata-bata. "Tapi saya tidak memiliki apa-apa untuk diberikan pada Anda," lanjutnya berusaha menenangkan degup jantungnya. "Kamu tidak perlu memberikan apapun. Cukup berada di sampingku saja." Deon menarik lengan Melani dan membawanya keluar dari tempat hiburan malam itu. Lea dan Hera sudah menyambut di depan bar dengan mobil mewahnya. Mereka sigap membuka pintu mobil untuk Deon dan Melani. "Aku menolak penawaranmu. Tapi aku memiliki penawaran lain," ucap Deon tanpa basa-basi. Dia sudah duduk di mobil bagian belakang bersebelahan dengan Melani. "Aku tidak me
Read more
Serba Salah
Pagi hari, Melani bangun dengan tidak bersemangat. Rambutnya acak-acakan, dan dia kesiangan. Dilihatnya tempat tidur di sebelahnya telah kosong. "Ibu! Di mana Nafisa?" Melani berteriak sambil berlari keluar kamar dan menuju kamar sebelah. Dia melihat tempat tidur di kamar itu juga kosong. Melani kembali berlari menuju ruang makan. Dia melihat Namira sedang menikmati sarapan bersama Bonita di sana. "Di mana Nafisa, Bu?" tanya Melani sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Lea sedang mengantarnya sekolah. Lagian tidak biasanya kamu bangun kesiangan?" Namira menatap Melani menyelidik. "Apa terjadi sesuatu?" tanya Namira. "Ibu, dia memang tidak becus mengurus diri sendiri. Bagaimana dia bisa mengurus Nafisa, jika mengurus diri sendiri saja tidak bisa?" ejek Bonita seraya melirik sinis Melani. "Itu sebabnya Kak Johan ngotot mau mendapatkan hak asuh Nafisa," lanjutnya tersenyum sinis. "Bonita! Jagalah ucapanmu. Kamu juga akan menjadi seorang ibu," ujar Namira tegas. "Duduklah, Mel
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status