All Chapters of Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
57 Chapters
21. Kemarahan Alisha
Saat aku bangun pagi, kulihat Mita tak berada lagi di sampingku, kulirik jam tangan yang masih melingkar erat di tanganku. Sudah jam delapan pagi, tak biasanya aku bangun kesiangan seperti ini. Mungkin damainya hati setelah sekian lama terpisah jauh dari kekasih hati, sehingga membuatku tidur nyenyak. Kulihat Mita masuk lagi ke dalam kamar, dia tidak lagi memakai kaus dan celana jeans tetapi memakai daster rumahan. "Mandilah di kamar mandi belakang, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Bukankah hari ini kau akan ke kantor ?" Mita menyerahkan handuk baru padaku. Aku bangun dan menerima handuk itu, saat dia hendak keluar kutarik tangannya, alhasil dia jatuh ke dalam pelukanku. "Ijinkan aku memelukmu sebantar saja, mengapa tak membangunkan aku hmm ?" "Kulihat tidurmu nyenyak, aku tak tega membangunkanmu," jawab Mita dengan wajah merona malu. Dia seakan menikmati dekapanku, karena kulihat matanya terpejam seakan ikut merasakan debaran jantungku yang terus berpacu tatkala memelukn
Read more
22. Itu Papa
Ibu terlihat turun dari mobil disusul Tisa dan Salsa, aku segera berlari menyambut dan memeluknya. "Bagaimana hasil check upnya ?" tanyaku. "Hanya pemeriksaan rutin seperti biasa," jawab ibu lalu segera masuk ke dalam rumah. "Mama, temani aku ke mall, aku mau beli boneka beruang, biar di rumah aku gak bosan sendiri," pinta Tisa. "Tisa gak boleh lelah nak, nanti mama saja yang belikan buat Tisa" tolakku dengan halus. "Sebentar aja ma, tak akan lama kok," rengek Tisa manja. Aku tak bisa menolaknya, terpaksa aku menuruti kemauan Tisa. Setelah pamit pada ibu, kami berempat menuju mall. Kulihat Tisa sangat gembira, aku tersenyum melihat keceriaan di wajahnya. Apa salahnya jika aku sekali-sekali mengajaknya pergi ke mall. Salsa dan Nabila berjalan mengikuti kami dari belakang bagaikan pengawal pribadi. Aku sendiri merasa heran mengapa mereka bersedia mengantar kami, dan mengabaikan pekerjaan mereka mengawasi pembangunan perumahan di Griya Permai. "Mama, itu papa, papa.....papa...!"
Read more
23. Kebohongan
Azhar POV Satu-satunya cara yang dilakukan untuk meredam kemarahan Alisha dengan menuruti kemanapun dia pergi hari ini. Tapi, yang aku temukan saat berjalan bergandengan tangan dengan Alisha di mall adalah Mita dan Tisa melihat kami. Bahkan yang membuatku nyaris pingsan teriakan anakku. "Mama...itu Papa, papa...papa !" Aku tertegun, kulihat wajah Mita yang memucat dan gelagapan, aku tak bisa mendalami apa isi hatinya saat ini, disaat ia melihatku bergandengan tangan dengan Alisha. Selama bertahun-tahun aku meninggalkannya maka hari ini aku merasa telah melukai hatinya, oh Tuhan pilihan apa ini ? Pilihan apa yang telah kau berikan padaku ? Jujur, aku tak bisa berbuat adil. Bisa di pahami kalau kedua isteriku bertemu seperti sekarang ini, maka aku harus bisa menahan diri untuk tidak berpihak pada keduanya, walau sebenarnya hati ini terlalu berat pada Mita. Rasa cinta ini begitu sangat dalam padanya. Cukup lama aku menatap kepergian Mita dan Tisa sebelum memutuskan untuk berbalik da
Read more
24. Malu-malu tapi mau
Aku melihat Tisa sangat bahagia dengan boneka beruangnya. Dia bahkan tak perduli aku yang terus menatapnya dengan rasa iba. Perjalanan menuju rumahku terasa semakin jauh saja, mungkin ini karena hatiku yang entah terluka atau merana, aku bahkan tak tahu. Mengapa aku harus terluka ? Bukankah ini pilihan yang harus ku jalani ? Kenyataan bahwa aku sekarang sebagai isteri kedua mantan suamiku, sebenarnya juga hal yang aneh. Aku bukanlah jenis perempuan biasa yang merebut suami orang atau yang sekarang ini di juluki pelakor. Benarkah aku pelakor ? Biarlah orang yang akan menilainya, karena aku sendiri tak bisa mengatkan jika aku adalah wanita yang baik. Yang namanya menikah dengan suami orang tentu saja bukan hal yang diinginkan semua wanita di belahan dunia manapun. Ketika aku menyetujui pernikahan ini juga ada alasannya, walau aku tak boleh munafik jika sebenarnya aku masih mencintai Azhar di balik kebencianku padanya. "Mama, tadi Tisa lihat papa loh, papa sedang menggandeng tangan se
Read more
25. Rumah Mewah
Menjelang subuh, aku mengendap-endap ke kamar mandi untuk keramas, entah mengapa aku sangat malu dengan situasiku sekarang. Aku terus berdoa di dalam hati agar semua penghuni rumah belum bangun.Setelah mandi dan berwudhu, aku bergegas masuk ke dalam kamar. Kulihat Azhar menggeliat, aku buru-buru mengeringkan rambutku dan memakai daster dan meraih mukena, lalu menunaikan sholat subuh.Aku melipat mukena dan mengambil alat pengering rambut, aku akan ke dapur setelah kupastikan rambut ini kering.Mungkin karena deru alat pengering rambut membjat Azhar terbangun. Aku masih sangat malu menatapnya."Kau terlihat sangat cantik pagi ini," puji Azhar membuatku tersipu malu."Bangunlah, apakah kau tak sholat subuh ?" Azhar tersentak bangun, sebelum dia meraih handuk, dia masih sempat mencium pipiku."Terima kasih, kuingin kita terus seperti ini selamanya," bisiknya.Masih terbayang sisa-sisa kemesraan kami semalam, aku tersenyum. Entah sampai kapan aku menjalani kehidupan sebagai isteri kedua
Read more
26. Mengadu
Alisha POVEntah mengapa aku mulai meragukan suamiku, aku merasa ada sesuatu yang Azhar dan Erwin sembunyikan dariku. Kemarin saat kami berdua bergandengan tangan, aku mendengar suara anak kecil yang memanggil papa. Aku tidak begitu memperhatikannya, namun kulihat Azhar tertegun sesaat.Aku menepis rasa penasaranku tatkala Azhar meringis kesakitan menahan sakit perut. Aku yang merasa mendongkol karena tak jadi belanja menjadi sedikit panik. Aku ingin menemaninya ke dokter tapi dia menolak.Aku berusaha untuk memakluminya, ku pandangi kepergiannya dengan doa di dalam hati kiranya dia dalam keadaan baik-baik saja. Aku kembali masuk ke dalam rumah, tapi seketika hatiku tak tentram. Ada apa ini ?Untuk menghalau ketidak nyamanan di hati ini, aku segera menghubungi ayahku di Jakarta. Setelah berbasa basi sebentar, aku menyampaikan semua uneg-unegku kepada ayahku."Tunggulah, ayah dan ibumu akan datang ke rumahmu hari ini. Bicara melalui telepon tidak sama dengan berhadapan langsung."Akhir
Read more
27. Wanita Idaman Lain
Aku membanting pintu kamarku dengan keras, tak perduli dengan maid di luar sana mungkin saja mengusap-usap dadanya karena terkejut menerima perlakuan kasar dariku. Aku sadar jika aku bukanlah sosok wanita yang baik, maid yang bekerja di rumahku sangat takut padaku di banding Azhar.Aku bergegas meraih ponsel dan segera menelpon Azhar. Ternyata panggilanku kali ini tersambung."Hallo, kau dimana ? Mengapa kau tak membalas pesanku ? Apa yang kau lakukan diluar sana hah ? Ku hubungi berkali-kali ponselmu tidak aktif, atau jangan-jangan kau bersama wanita idaman lain ?" Aku memberondongnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus.Aku merasa lega setelah melepaskan semua uneg-uneg yang selama semalam menggumpal di dada. Kutajamkan pendengaranku berharap apa yang aku tuduhkan benar adanya. "Bos, sepertinya hari ini kita harus lembur lagi."Itu suara Erwin, aku merasa sedikit lega mendengar suaranya."Azhar, mengapa kau tak menjawab pertanyaanku ?" suaraku sedikit melunak setelah mendengar sua
Read more
28. Penelusuran Alisha
Aku muak melihat tingkah Azhar, tanpa banyak bicara aku segera meninggalkan ruangan itu. Aku berniat ingin menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan Azhar. Aku meminta beberapa teman sosialitaku untuk menjadi mata-mata. Aku sudah harus menyiapkan mentalku daris ekarang jika memang ku temukan Azhar berselingkuh dariku. Aku dan Erina teman sosialitaku duduk di cafe depan gedung kantor perusahaan, tak ada pembicaraan berarti antara kami berdua. Kami sedang menunggu mobil Erwin keluar dari gedung kantor. Setelah memastikan tak ada mobil Azhar di parkiran, aku sudah bisa menyimpulkan jika dia menggunakan mobil Erwin. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Mataku tak lepas dari gedung bertingkat di seberang jalan.Sekitar satu jam kemudian ku lihat mobil Erwin keluar dari gedung, aku segera menyuruh sopir untuk mengikutinya, sedangkan aku sendiri naik di mobil Erina. Aku tak takut jika akan kehilangan jejak, karena sopir yang sudah ku sewa sekarang sedang membuntu
Read more
29. Kepindahan mendadak
Azhar POV Hampir enam tahun aku hidup bersama Alisha, jadi aku tahu apa yang ada dalam pikirannya. Aku tahu dia merencanakan sesuatu saat keluar dari ruanganku. "Kita ke hotel N, aku yakin Alisha pasti akan mengikuti mobilmu." "Apa kau yakin ?" tanya Erwin lalu menatapku. Aku hanya tertawa tanpa suara. Aku kini bukanlah pria yang tunduk begitu saja di kaki ayahnya seperti dulu, aku bukanlah suami yang diam saja ketika isteriku berkuasa seolah-olah aku adalah suami yang patuh terhadap semua perintahnya. Aku adalah pria sejati yang akan memperjuangkan cinta sejati sampai titik akhir hayatku. "Buka satu kamar saja, lalu aku akan keluar menggunakan mobil hotel, aku ingin melihat apakah Mita sudah mengangkut semua barang-barang ke rumah baru." "Baiklah, tapi hati-hati. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti." Aku dan Erwin lalu keluar menggunakan mobil Erwin, karena mobilku ku tinggalkan di rumah baru kami. Aku tak melihat sesuatu yang mencurigakan selama dalam perjal
Read more
30. Keributan
Salsa POVAku merasa lega tatkala tuan Azhar dan Mita pergi dari perumahan ini. Aku masuk kembali ke dalam rumah. Aku membiarkan pintu rumah terbuka. Aku memindahkan pakaianku ke kamar Mita. Tuan Azhar sudah mengatur semuanya untuk kami berdua, kami di bayar setiap bulan untuk menjaga isteri dan anaknya. Awalnya aku tak menyadari jika seseorang sedang mengawasi rumah ini. Ketika kami kembali dari perumahan elite, aku tak langsung turun dari mobil. Aku dan Nabila sedang berbincang tentang bagaimana tugas kami selanjutnya jika mereka pindah besok.Tak sadar mataku melihat sebuah mobil yang lalu lalang di kawasan perumahan ini. Kulihat seseorang menurunkan kaca mobilnya dan mengamati rumah ini. Karena ini masih bagian dari tugasku dan Nabila akhirnya kami berusaha untuk mengalihkan perhatian mereka dan aku memberitahu tuan Azhar apa yang telah aku lihat.Kini aku tengah menunggu kedatangan Nabila yang tengah mengalihkan perhatian mereka. Aku menarik nafas lega setelah melihat Nabila tu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status