All Chapters of Menjandakan Istri Demi Selingkuhan: Chapter 61 - Chapter 70
183 Chapters
61. Senyum Bapak
Ku lihat Andin masih menundukkan kepala ketika ditatap tajam oleh Sardi, bapak angkatnya. Aku melihat interaksi yang cukup aneh yang terjadi diantara keduanya. Andin masih ingin memberi kasih sayangnya pada kedua orang tua angkatnya. Namun, yang aku lihat si Sardi sudah enggan menerima appaun dari hasil keringat Andin."Mau apa kau datang ke sini, Din?" tanya Sardi pada Andin.Aku terhenyak mendengar pertanyaan Pak Sardi. Lelaki itu sedikitpun tidak memandang wajah Andin, dia memandang tempat kosong membuat aku semakin yakin jika dia ingin membuang Andin dalam hidupnya. Satdi begitu kekeh menolak usaha Andin."Jika bentor itu kamu bawa ke sini untuk membuatku tersenyum, maka bawa lagi aku tidak butuh itu!" hentak Sardi.Kulihat air mata Andin mulai menetes perlahan, aku pun bergeser mendekat pada posisi gadis itu. Kemudian kurengkuh tubuh lelahnya. Andin bersandar pada lenganku sambil netranya memandang wajah sang bapak yang masih bergeming pada tempat lain.Aku mencari sosok adik-adi
Read more
62. Akhirnya
Aku masih dirumah orang tia Andin, disana kami masih menunggu keputusan apa yang akan diambil masalah bentor. Mengingat semua usaha Andin yang berpuasa hampir enam bulan menyisihkan uang jajan dari hasil kerja denganku menjual kue. Aku pun dengan sabar memberi tahu pada Jamilah agar mau membujuk suaminya. "Mbak, bujuklah Pak Sardi untuk menerima bentor ini toh tidak ada pajak," kataku." Sebenarnya saya sangat senang jika bentor ini bisa diterima oleh Mas Sardi. Dengan bentor ini akan memudahkan dia untuk mencari nafkah," jawab Jamilah."Nah itulah tujuan dari Andin selama ini hingga bentor ini terbeli, Mbak. Untuk itu bantulah Andin!" rayuku pada Jamilah.Jamilah akhirnya beranjak meninggalkan kami, aku memandang Andin dengan senyum agar gadis itu memiliki semangat akan diterimanya bentor itu. Andin pun membalas senyumku. Gadis itu terlihat mulai bisa menerima semua ini. "Apa sebaiknya kita pulang saja ke rumah Mbak Annas saja ya? Sepertinya di sini kita kurang mendapat perlakuan b
Read more
63. Ijin.
"Amir kelas berapa?" tanyaku pada anak lelaki kecil."Kelas lima sekolah dasar, Mbak," jawabnya."Kalau Adik ini, sudah sekolahkah?" tanyaku.Dahlia anak perempuan yang aku tanya itu hanya diam. Dia terlihat murung, lalu tangannya terangkat menjelaskan dengan menggunakan tangannya. Sejenak aku termangu, bibirku susah terkatup menyaksikan gerakan tangan Dahlia. Kemudian Amir menjelaskan jika pita suara Dahlia sangat tipis sehingga susah untuk mengeluarkan suara."Apakah Dahlia ingin Sekolah?" tanyaku.Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya tanda dia juga ingin menuntut ilmu. Dalam gerakan tangannya bisa aku artikan jika dia si Dahlia ini ingin menjadi guru tuna wicara. Gadis kecil itu begitu menikmati saat dia bercerita mengenai inginnya tersebut. Aku melihat jika Dahlia merupakan anak yang cerdas, hal itu bisa aku lihat dari cara dia menjelaskan semua.Sementara Amir menggenggam jemari tangan mungil Dahlia. Aku ikut terharu dengan kerukunan kedua anak kecil itu. Andin yang melihat ked
Read more
64. Kabar Dari Frans
Waktu terus berlalu, usaha kue yang aku jalankan semakin berkembang. Kehidupan ekonomiku juga mulai merangkak naik, semua hal itu juga membawa kebaikan pada ekonomi keluarga Andin. Sekarang keluarga Sardi menjadi terangkat hal ini membuat Andin semakin giat membantuku dalam bisnis kue yang sudah semakin maju.Sekarang kios kue yang aku miliki sudah memiliki cabang, dengan adanya cabang itu kesibukanku semakin bertambah. Aku hampir melupakan rasa rindu pada dua buah hatiku, sedang apa kalian di sana. Mengapa tiba-tiba rindu ini kembali menyapa? Aku pun tidak sanggup lagi untuk bisa mendengar suara kedua anakku."Kapan bunda bisa melihat kalian?" lirihku dalam kesunyian malam.Aku masih terus melamun membayangkan wajah Amelia yang imut dengan kulit kuning langsat membuatnya terlihat cantik. Namun, beberapa bulan yang lalu wajah itu terlihat lelah. Sedih hatiku saat ingat senyumnya yang seakan dipaksa agar aku terlihat lega dan bisa bebas bekerja demi untuk kelangsungan hidup kami kelak.
Read more
65. Bahan Kue
"Jika tertawa jangan terbahak seperti itu, nanti gantengnya hilang lho. Terus jauh dari jodoh," kataku pada Frans."Ini lagi ngobrol sama jodohku, jodohku dirimu hingga mati!" ucap Frans sambil berdendang lagu artis ibukota."Nah, nah lho!" balasku."Aku serius padamu, Ann. Bahkan jauh sebelum kamu kenal Jasen, kutu kupret itu," ucap Frans.Aku terdiam, bagaimana dia bisa bilang jauh sebelum aku kenal Jasen. Sedangkan aku sendiri tidak pernah melihat wajahnya sebelum perjumpaan saat Amel pingsan tahun kemarin. Sejak peristiwa itulah aku mulai dekat dengam Frans, meski saat ini aku ada di Madiun. Frans terkadang meneleponku seperti saat ini. Awal dia membicarakan mengenai kedua anakku, lambat laun berbicara mengenai rasanya padaku. Hal inilah yang membuat aku terkadang bisa lupa akan rasa pada Mas Jasen. Walau bagaimana pun, Mas Jasen adalah pertama bagiku. Hingga menancap begitu dalam rasa dan sakitku."Hai, Ann, apakah kamu masih di sana?" tanya Frans membuyarkan lamunanku."Masih,
Read more
66. Pingsan
Aku gegas berlari menuju tubuh Andin, tanganku meraba keningnya. Badannya terasa sangat dingin, aku menjadi sangat khawatir. Dengan lantang kupanggil salah satu karyawan lelaki yang aku miliki."Damaar!" panggilku.Orang yang aku panggil Damar kebetulan sedang bersiap untuk jualan keliling. Iya aku memang mempekerjakan satu orang laki-laki putra Pak Komar tetangga sebelah yang belum mendapat kerja setelah lulus dari SMK Negeri 4 Madiun dengan jurusan tata boga. Meskipun dia seorang pria, Damar sangat cekatan dalam bekerja. Ketika mendengar namanya aku panggil dengan segera dia meletakkan keranjang roti begitu saja dan berlari menuju ke arahku."Iya, Mbak!" jawabnya setelah sudah ada di depanku dengan napas ngos-ngosan."Tolong angkat tubuh Andin ke dalam kamar itu, Ya. Dan ini hari ini kamu beli bahan dulu, jika selesai boleh kirim roti juga boleh nunggu toko. Utamakan beli bahan dulu, ya!" ucapku."Siap, Mbak," balasnya.Kemudian dengan sekali hentak, tubuh Andin sudah ada dalam gend
Read more
67. Niat Frans.
Kulihat Frans sudah berjalan menuju ke ruamahku kemballi. Rumah yang belum lunas masa pembelianku itu sudah mampu menghasilkan sebuah ekonomi yang lancar. Aku sangat bersyukur, tetapi sekarang tubuh Andin terlihat lemah, untuk itulah aku beranikan diri memgajak Frans masuk rumah agar dia bisa memeriksa kondisi Andin."Aku sudah siap, Ann. Di mana pasien pertamaku?" tanya Frans.Tanpa bicara aku langsung balik kanan dan Frans mengikuti langkahku dari balakang. Sampai depan kamar dimana Andin terbaring aku berhenti. Frans menatapku sambil memberi kode agar aku lebih dulu masuk. Aku pun melangkah memasuki kamar yang sudah terbuka."Nah ini adalah karyawanku, tadi dia pingsan, suhu tubuhnya masih dingin," ujarku.Frans segera membuka tas prakteknya, lelaki itu terlihat serius dalam memeriksa keadaan Andin. Wajahnya yang tampan akan semakin terlihat tampan bila sedang serius memeriksa pasien. Hal ini sudah aku akui sejak pertama kali melihatnya memeriksa Amel.Aku masih memandang wajah ted
Read more
68. Inginnya
Aku termangu dengan ucapan Frans, dalam hati merutuki sikapku selama ini yang seakan memberi jalan masuk bagi lelaki di depanku ini. Sungguh aku tidak bermaksud menariknya dalam harapan yang aku sendiri sudah tidak mampu. Aku hanya seorang janda, sedangkan Frans seorang pria lajang dengan segala kenikmatan dunia. Frans seorang dokter muda yang tampan dan memiliki finansial yang cukup matang, hal ini membuat aku tidak berani melangkah bersama dengannya. Saat bersama Jasen hidupku cukup tersiksa oleh pergaulan keluarganya, sedangkan Frans yang memiliki segalanya semakin membuatku gentar."Jangan terlalu dipikirkan, Ann. Kita jalanibsaja dulu. Kamu hanya perlu kembangkan usaha ini agar bisa merebut hak asuh putra putri kamu," papar Frans."Jujur aku sangat ragu untuk melangkah bersama kamu, Frans. Bisakah kita untuk sementara hanya teman saja?" tanyaku. Frans kulihat sedih dan tanpa banyak kata lelaki itu melangkah meninggalkan aku yang masih memandang kepergiannya. Hingga tubuh lelaki
Read more
69. Kematian
"Hallo!" Sapa Andin sopan."Benar dengan Mbak Andin?" tanya dari seberang yang aku perkirakan seorang perempuan. Aku bisa mendengar percakapan Andin di telepon karena oleh gadis itu ponselnya diloudspeker sehingga aku bisa mendengar semua. Hal ini dilakukan oleh Andin karena dia tidak ingin jika si penelepon adalah salah orang. Aku meyakinkan bahwa si penelepon sepertinya membawa berita penting, dengan alasan itu akhirnya Andin mau menerima telepon tanpa nama."Maaf, Mbak. Ini di jalan Ahmad Yani terjadi kecelakaan yang mengakibatkan semua penumpang meninggal dan salah satunya bernama Sardi dengan alamat di jalan Mliwis no 40. Apakah Mbak Andin mengenal beliau?" ucap si penelepon dari seberang."Maaf, jika tidak merepotkan bisa foto wajah dari beliau!" pinta Andin masih dengan nada datar.Aku masih diam mendengar semua pembicaraan penelepon yang terdengar terbata dalam pendengaranku. Kemudian beberapa saat teleponku juga berdering. Gegas aku berjalan mendekati asal suara tersebut d
Read more
70. Kematian
Akhirnya aku memutuskan untuk langsung datang ke rumah sakit untuk memastikan jenazah keluarga Andin. Kulihat wajah Andin datar dan dingin, entah apa yang dia pikirkan. Aku hanya mengembuskan napas kasar berulang kali untuk meluangkan dada yang terasa sesak."Mbak, mungkinkah ini semua?" tanya Andin."Semua bisa saja terjadi, Din. Kamu harus iklas," ucapku.Kulihat Andin menunduk, kedua tangannya saling bertaut dan meremat erat. Sangat terlihat bila gadis itu sedang berusaha untuk iklas. Namun, Andin masih mau berbicara meski hanya sepatan dua patah kata. Mungkin bila hal itu terjadi padaku, entah apa yang aku perbuat. Sungguh gadis yang kuat."Mbak, jika semua memang seperti info apakah boleh Dahlia tinggal bersama kita? Aku janji dia akan nurut," ucap Andin dengan nada rendah."Aku justru sangat senang, dia bisa aku anggap sebagai anakku sendiri. Tidak apakah?" tanyaku.Andin termangu mendengar kalimatku. Gadis itu seperti bahagia bercampur terharu hingga kulihat bulir bening jatuh
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status