All Chapters of Ditinggal Suami Dinikahi Bos: Chapter 111 - Chapter 120
143 Chapters
#Season 2 Part 40
Pov AuthorTeo bukanlah pria bodoh yang tidak tahu apa-apa. Ia jelas sudah mengamati gerak gerik bawahannya beberapa hari ini. Setelah banyaknya rapat dan agenda perusahaan menyita waktunya, ia tersadar belum memberi kabar pada Amira."Kamu dari mana, Ga?" tanya Teo setelah Arga kembali ke kantor. "Emmmm tadi diminta nemenin Mbak Gea ambil berkas, Bos," jawab Arga gugup. Ia tak pandai berbohong."Berkas apa?" Teo yang sudah tahu tentang gelagat aneh Arga berusaha mendesak."Berkas soal investigasi kebakaran kemarin. Ternyata masih ada yang kelewat.""Boleh aku lihat?" Kini Teo tak mau kalah. Selagi Gea belum masuk ia ingin menggali lebih banyak."Emmm, anu Bos tadi dibawa ….""Ga, ini apaan di tasku?" tanya Gea tiba-tiba. Ia membawa berkas yang dirapikan di snelhecter."Aaa itu, Bos. Itu yang tadi saya ambil," kata Arga menutupi kebohongannya. Ia meraih berkas yang disodorkan Gea.Teo pun mengangguk. Meski menaruh kecurigaan, dia menutupinya. Dia tak serta merta menuduh Gea maupun Ar
Read more
#Season 2 Part 41
Awalnya aku ingin pergi sejauh mungkin ke tempat di mana tak ada seorang pun bisa menemukanku. Tapi anehnya langkahku justru terhenti di tempat ini. Adakah tempat yang bisa kutuju? Benarkah aku menyerah hanya karena mereka meminta? Beberapa panggilan juga pesan yang masuk ke ponselku, tak ku hiraukan sama sekali. Tetes demi tetes air mata berjatuhan. Menghangat di pipi kiri dan kanan. Tidak seharusnya aku seperti ini."Maaf, Mbak. Sudah dari tadi anda di sini. Anda tidak akan pulang?" Seorang perempuan berjilbab cukup lebar menegurku. "Maaf, apakah sudah waktunya tutup?"Perempuan itu menggeleng. "Belum, Mbak. Hanya saja sejak tadi anda tidak menyentuh makanan anda. Saya bertanya-tanya kenapa bisa begitu."Mataku beralih melihat sup yang tadinya hangat sudah dingin. Nasi beserta pelengkapnya juga masih rapi."Banyak orang datang ke sini hanya untuk melamun memang, Mbak. Tapi saya selalu menegur mereka. Seharusnya makanan tak dibiarkan dingin begitu saja. Kami menyajikannya dengan
Read more
#Season 2 Part 42
Pak Rama memberitahu kepada kami bahwa seseorang telah bersedia mendonorkan darahnya untuk Teo. Operasi yang dijalani Teo pun berjalan lancar."Kalau Ibu mau lihat orangnya bisa ikut saya," ujar suster setelah mendengar penjelasan Pak Rama."Yang jagain Teo?""Biar aku, Mbak. Bos Teo aman," sahut Arga.Akhirnya aku mengikuti Pak Rama dan perawat menuju tempat di mana orang tersebut berada. Aku harus mengucapkan terima kasih."Itu Bu Rosma yang tadi menelepon saya, Bu," terang Pak Rama seraya menunjuk perempuan berhidung bangir yang tengah tidur terlentang di brankar."Siapa, Pak?""Bu Rosma," ulang Pak Rama.Aku terkesiap. Benarkah Mbak Rosma yang baru kukenal hari ini? Sungguh? Segera aku berjalan demi memuaskan rasa penasaran."Amira ….""Mbak Rosma terima kasih banyak. Terima kasih sudah membantu suami saya."Rosma menggeleng. Ia menyeka sudut mata. "Saya yang berterima kasih. Makasih banyak Mbak Amira.""Loh, gimana ceritanya, Mbak. Mbak yang udah nolong keluarga saya."Rosma meng
Read more
#Season 2 Part 43
Sore ini semua hal yang berkaitan dengannya sudah tidak ada. Mau sekeras apa pun aku mencoba bersikap biasa, nyatanya aku tak bisa. Sesuatu yang memang sudah berlalu lebih baik tidak diingat lagi. Akan lebih baik jika dijauhi. Bahkan sampai tak terlihat sama sekali. Aku dan Mas Arhab memang tidak ditakdirkan bersama. Jalan kami jauh berbeda. Maka kuputuskan untuk menyudahi semua kenangan yang masih sedikit tersisa.Aku akan kembali ke jalurku. Meniti kasih bersama pria yang sudah memutuskan untuk membawa bahagia padaku. Walau ranjau tampak pasti akan menghadang kami, aku tak akan gentar. Seperti sekarang, Teo masih terbaring lemah. Meski Dokter bilang kondisinya sudah membaik, hanya butuh tekad dari pasien agar segera sadar, tak semudah yang dibayangkan. Rasanya menunggu dengan penuh cemas membuatku kian tak sabar. Berkali-kali kuusap punggung tangannya, meminta agar dia segera siuman. Dia harus tahu ada aku di sini yang jelas-jelas menanti.“Bu Amira,” panggil suster yang masuk ke ru
Read more
#Season 2 Part 44
“Saya beli ini saja, Mbak,” kataku setelah memutuskan satu barang yang akan dibeli.“Baik, Bu. Saya bungkuskan sekalian?”Aku mengangguk kecil. Rasanya akan lebih puas jika aku bisa memberikan kado ini langsung bersama Teo. Bagaimanapun Raline adalah keluarga Teo.“Berapa, Mbak?”“Totalnya dua ratus lima puluh lima ribu, Bu.”Aku pun melakukan pembayaran sesuai dengan yang disebutkan. Saat akan meletakkan kembali dompet ke dalam tas, ponselku bordering.“Ya, Pak Rama?” tanyaku. Belum lama aku bertemu dengan Pak Rama.“Pak Teo siuman, Bu.”Tubuhku melemas. Berita itu jauh lebih membahagiakan dari pada apa pun. Aku jelas sangat bersyukur. Terima kasih Tuhan.“Ibu baik-baik saja?”Aku mengangguk-angguk. “Suami saya siuman, Mbak. Suami saya sudah sadar.”“Alhamdulillah. Alhamdulillah, Bu.”“Makasih, Mbak untuk doanya. Makasih.” Tak kuasa aku menahan haru atas kebaikan allah hari ini. “Saya pamit dulu, Mbak.”“Iya, Bu.”Setelah mendapat tas belanja dari karyawan toko aku bergegas keluar. A
Read more
#Season 2 Part 45
Rumah dengan gaya minimalis kami terasa begitu sepi. Meski Akila dan Ibu sudah kembali, tetap saja ada kehampaan yang tercipta. Sang pemilik rumah sedang pergi dan belum memutuskan kapan akan kembali.Aku tak banyak bercerita pada ibu dan Akila. Aku takut mereka khawatir dan terbebani dengan kondisi Teo. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis soorang diri di kamar pengantin kami. Teo dengan segala keangkuhannya selalu senang saat kami bercengkrama bersama di ranjang ini. Teo yang tidak pernah mau mengalah dalam hal apa pun padaku selalu percaya diri cintanya untukku tak pernah terbagi. Tapi, apa yang bisa dilihat kini. Dia bahkan tak mengingatku. Tak mengenali istrinya sendiri.Sedu sedan tak terelakan. Sungguh ini terlampau berat. Takdir ini membawaku kembali ke titik awal. Manusia teramat lemah. Tak punya apa-apa saat Sang Maha Kuasa menuliskan takdir terbaik untuk mereka.Allahku … Allahku ….Dan aku teringat dengan panggilan telepon tadi sore dari nomor itu. Meski sudah menghapusn
Read more
#Season 2 Part 46
Setelah menceritakan semuanya pada Ibu perasaanku jauh lebih enteng. Tinggal membahasnya dengan Akila dan memberi pengertian. Tapi aku memilih untuk menundanya. Hari ini ibu dan Akila kuajak untuk melihat keadaan Setelah berkomunikasi dengan Mama Ajeng kami pun berangkat.“Maaf belum sempat mampir, Bu. Saya fokus di sini,” ujar Mama Ajeng begitu bertemu dengan Ibu.“Ndak apa-apa, Bu Ajeng. Saya paham betul kondisinya.”“Terima kasih sudah menyempatkan waktu buat jenguk Teo, Bu.”Ibu menggeleng. Beliau mengusap lengan Mama Ajeng beberapa kali. Seperti saling menyalurkan kekuatan. “Saya tau betapa beratnya. Tapi untung Teo masih ingat ibunya.”Mama Ajeng tersedu. Kaca-kaca di matanya kian kentara. “Dia bahkan lupa papanya sudah meninggal, Bu. Dia juga lupa sama Amira.”Ibu mengangguk-angguk. “Nggak apa-pa. Kita usaha sama doa yang kenceng buat kesembuhan anak kita.”Tak ada yang lebih mengharukan selain dua keluarga yang menyatu karena ikatan pernikahan. Keduanya saling membantu, mengas
Read more
#Season 2 Part 47
Wejangan dari Ibu kembali menguatkanku. Keresahan akan takdir yang tengah bergulir sedikit demi sedikit mulai hilang. Aku memantapkan diri bahwa ini bagian dari ujian rumah tanggaku dengan Teo. Aku tak akan terlalu egois mementingkan perasaanku sendiri tanpa melihat sisi kesehatan Teo. Ujianku sebagai seorang istri adalah mendampingi suami sampai beliau benar-benar pulih.Waktu berjalan cepat. Kegiatanku di rumah sakit menjadi semakin berkualitas. Tak lupa aku berkonsultasi dengan dokter dan mencatat hal-hal yang boleh serta tidak boleh dilakukan untuk membantu pemulihan Teo. Akhirnya setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Teo diizinkan untuk pulang. Sebelumnya keluarga dan Pak Rama sempat berdiskusi terkait kemana Teo harus tinggal. Dan semua sepakat untuk membawa Teo ke rumah kami.“Nanti Akila biar Mama yang jaga,” ujar Mama Ajeng setelah kami selesai berdiskusi.“Apa tidak merepotkan, Ma?”Mama Ajeng menggeleng. “Sama sekali tidak.”“Sementara nanti ibu juga di rumah mertua kamu
Read more
#Season 2 Part 48
Pertanyaan itu cukup mengusiku. Namun, memberi angin segar bagi hubungan kami. Aku tak bermaksud memaksa Teo mengingat semuanya segera, tapi aku berusaha sebisanya.Siang ini aku meminta Teo mengantarku ke suatu tempat setelah sebelumnya mengatur janji dengan seseorang. Aku berharap pertanyaan pembuka dari Teo tentang kehamilanku benar-benar sebuah awal yang besar.“Tidak salah?” tanya Teo saat kami menepi ke sebuah danau.Aku menggeleng. “Memang restonya dekat danau.”Teo melihat ke sekitar. Dia seperti tertarik dengan tempat ini. Tempat di mana kami sama-sama melepas masa lalu setelah banyak hal buruk menimpa kami. Di sini juga Teo membuang jauh satu-satunya kenanganya dengan Raline.“Wah di sana?” tunjuk Teo pada sebuah kafe yang dibangun di dekat danau.Aku mengangguk. “Pemiliknya baik. Makanannya juga enak.”“Aku pernah ke sini sebelumnya?”Pertanyaan Teo membuatku menghentikan langkah. Aku berbalik menatap danau. “Ke danau cukup sering. Kamu lihat Menara itu?”Teo mengikuti arah
Read more
#Season 2 Part 49
Teo dan Neymar bicara cukup banyak dalam bahasa Belanda dan itu membuatku cukup pusing. Aku yang memang tidak tahu sama sekali hanya bisa gigit jari."Waktu papanya masih ada kami tinggal di belanda," terang Mbak Reyna seperti paham dengan kebingunganku. "Baru setelah papanya tidak ada, aku ajak Neymar ke Indonesia.""Papanya pasti hebat banget ya, Mbak?" tanyaku. Melihat soror mata Mbak Reyna yang menerawang jauh seakan melihat kehidupan mereka.Mbak Reyna mengangguk. "Dia suami terbaik di dunia ini. Ayah terhebat dan kekasih sejati. Sampai sekarang aku belum bisa melupakannya." Melihat sampai sekarang Mbak Reyna masih sendiri bisa kupastikan sosok suami Mbak Reyna memang luar biasa. "Kamu harus kuat, Amira. Jangan menyerah hanya karena Teo lupa tentangmu.""Pasti, Mbak. Sudah kuniatkan tetap mendampinginya meski dia tak ingat apa-apa.""Minta sama Allah. Doa yang banyak. Dekatkan diri sedekat-dekatnya. Jika Allah berkehendak, tak ada yang tidak mungkin."Aku terdiam. Tidak ibu tida
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status