Semua Bab Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Bab 161 - Bab 170
199 Bab
Part 161. Ruangan Penuh Bunga
Di sebuah restoran mewah, ruangan VIP dihiasi dengan indahnya. Penuh bunga mawar merah, putih, dan pink. Kombinasi yang begitu terasi. Lampu secerah bulan purnama semakin melengkapi kehangatan. Meja berbentuk lingkaran pun dihiasi pernak-pernik perlengkapan makan yang elegan. Lilin putih yang menyala semakin memperindah meja. Yang biasanya hanya ada sepasang kursi, berbeda dengan ini, ada tiga kursi yang siap di duduki oleh yang punya acara."Ma, mama udah selesai?" tanya Devina di depan pintu."Masuk aja, Na!"Devina membuka pintu kamar Ratna yang tak dikunci."Wah, mama cantik sekali pakai gaun peach ini." Puji Devina kagum. Matanya sama sekali tak berkedip saat baru masuk ke kamar perempuan yang melahirkannya itu.Dipuji anak semata wayangnya, Ratna pun menoleh ke belakang. Tampak gurat wajah tak percaya diri dari ibu satu anak ini."Mama keliatan lebay ya, Na?" tanya Ratna. "Mama ganti baju aja ya? Lagian 'kan cuma makan malam biasa.""Ma, sesekali nggak apalah dandan. Oom Arjuna
Baca selengkapnya
Part 162. Lamarannya Diterima atau Tidak?
Ratna menutup mulut dengan kedua tangannya, menatap cincin yang masih berada dalam kotak merah berbentuk love, detik kemudian dia menatap Arjuna yang tersenyum. Alunan musik instrumental semakin menambah haru di hati Ratna."Kalau kamu mau menerima aku sebagai ayah Devina, ambil cincin ini, tapi … kalau tidak kamu tutup kotak cincin ini!" Penjelasan Arjuna sedikit membuyarkan tatapan Ratna.Ratna tidak langsung menjawab, dia malah menoleh ke arah kanan, dimana sang anak tercintanya berdiri."Terima, Ma!" pinta Devina meski hanya dengan gerakan bibir dan disusul dengan senyum semringah.Ratna tampak menghela napas dalam-dalam kemudian dia lepaskan perlahan. Sempat juga memejam matanya beberapa detik.Jantung Arjuna terasa mau jatuh dari posisinya, kala melihat tangan Ratna perlahan mendekat ke kotak cincin yang ada di tangannya."Kalau aku ragu bagaimana?" tanya Ratna bersamaan dengan terhentinya tangannya yang hanya berjarak satu sentimeter dari kotak cincin tersebut."Kalau kamu ragu
Baca selengkapnya
Part 163. Penjelasan Via Telepon
Arjuna menepati janjinya menghubungi Ratna lewat sambungan telepon."Jadi gimana, Mas? Aku nggak mau kalau, kisah lama kejadian lagi," jelas Ratna membuka pembicaraan setelah mereka basa-basi hal lain saat telepon baru saja tersambung."Aku udah cerita semuanya ke mami, satu bulan yang lalu. Pas, pulang dari rumah sakit. Mami langsung nyodorin aku dengan berbagai macam pertanyaan. Apalagi dia juga melihat berita itu di televisi.""Terus apa tanggapan mami kamu?""Ya … aku jelasin semuanya, dari awal hingga bagaimana Bram begitu berniat untuk menghancurkan aku. Dan, aku juga kasih tahu, semua berjalan mulus atas dorongan Dara yang juga memberi Bram sejumlah uang.""Yang jelas, mami shock, wajar menurutku. Apalagi soal Dara. Jelas ada bentuk ketidakpercayaan mami soal itu. Tapi aku juga nggak maksa mami. Karena aku paham, pasti nggak gampang buat mami. Jadi, seminggu setelahnya, barulah mami tanya lagi. Apa motif Bram sampai nekat berbuat seperti itu.""Kamu jawab apa, Mas?""Dia sakit
Baca selengkapnya
Part 164. Flashback ....
Flashback …."Bagaimana keadaan si pengkhianat itu?" Dua hari setelah acara, Jayanto menyempatkan diri datang ke kantor sekaligus ingin memantau keadaan kantor secara langsung. Sudah lama rasanya dia tak berkunjung."Belum tahu, Pak. Masih ditangani dokter sampai saya pulang.""Kenapa nggak ditungguin?" tanya Jayanto sedikit heran. Karena dia juga meminta Arjuna untuk melihat kondisi Bram secara langsung. Apalagi pasca insiden kecelakaan itu, Jayanto langsung bergegas meninggalkan hotel."Mamanya ngamuk ke saya, Pak. Malah nuduh yang macam-macam. Bikin suasana rumah sakit kacau jadinya, sampai satpam turun tangan. Saya masih sempat nunggu setelah keributan itu, hanya saja takut mamanya heboh lagi. Akhirnya, saya putuskan untuk pergi.""Pasti ibunya akan laporkan ke polisi ya?""Katanya begitu, Pak. Ya … silakan saja, yang ada anaknya bakalan tidur di penjara. Untuk kondisi Bram, biar saya yang ke sana nanti pas jam makan siang. Gimananya, saya kabari bapak.""Oke, saya hanya ingin tah
Baca selengkapnya
Part 195. Berpura-pura Restu
"Kamu udah ngasih tahu Ratna kalau mami pengen ketemu sama dia?"Shanti menagih janji anaknya, yang katanya akan mencarikan waktu untuk bertemu dambaan hati."Aku sudah ngasih tahu kalau mami kasih restu. Cuma untuk waktunya belum."Mereka membicarakan ini tepat esok paginya setelah Arjuna melamar Ratna secara pribadi semalam.Dirinya pun menghentikan aktivitas makan roti bakar dan menatap lekat wanita yang melahirkannya itu."Semalam, secara pribadi, aku udah ngelamar Ratna ….""Apa?" Saking kagetnya roti bakar yang baru saja digigitnya jatuh ke piring.Tentunya, sikap kaget Shanti malah membuat Arjuna bingung, apalagi Shanti memotong pembicaraannya yang belum selesai."Kenapa, Mi? Kok kaget banget, sampai gigitan rotinya jatuh gitu," tutur Arjuna heran. Shanti berusaha mengontrol diri."Iya, ya kaget dong. Harusnya kamu lamar dia bawa mami dong.""Oh … kirain apaan tadi. Sebelum sama mami, tentu secara pribadi dulu.""Terus Ratna gimana? Nggak nolak 'kan?""Nggak, dia nerima. Lamara
Baca selengkapnya
Part 166. Digrebek di Kafe
Seminggu pun berlalu, hubungan antara Shanti dan Arjuna lebih dingin dari sebelumnya. Apalagi setelah Arjuna mengetahui jika maminya belum sepenuhnya hati menerima Ratna. Dan, malah memaklumi sikap Dara yang terbilang tak ada moral itu."Jadi gimana? Ini sudah seminggu lho dari waktu yang kamu tuduh mami itu lho?""Nanti-nanti ajalah ketemunya, Mi. Aku lagi sibuk di kantor," sahut Arjuna se lewat saat hendak berangkat kerja."Oh oke, nggak masalah. Mami terserah kamu juga. Mau cepat nikah atau enggaknya juga tergantung kamu," balas Shanti dengan nada ketus.Komunikasi Shanti dan Dara kian intens, Dara yang kemarin-kemarin itu sempat kual mahal, sekarang kembali menjilat ludah sendiri. Demi menarik hati Shanti, modal berapapun kembali tak jadi persoalan baginya. Dan, bagi Shanti, ini adalah kesempatan emas yang mustahil akan datang untuk kesekian kalinya. Akibat hasutan Dara yang meracuni pikiran Shanti, sekalipun Ratna kaya punya saham besar di perusahaan Arjuna bekerja, belum tentu R
Baca selengkapnya
Part 167. Hasilnya ...
Saat Dara dan Shanti digiring masuk ke dalam mobil. Pak Sobri pun langsung menghubungi Arjuna."Bagaimana bisa begini, Pak?" tanya Arjuna saat baeu sampai di kantor polisi."Saya juga tidak tahu, Pak. Tadi ibu cuma minta antar ke kafe ini. Awalnya saya juga tidak tahu jika ibu akan bertemu dengan Neng Dara."Berulang kali Arjuna menarik napas dalam dan melepaskannya perlahan. Wajah paniknya pun tak bisa dia sembunyikan.Di kantor polisi, Dara mengikuti tes urine serta beberapa introgasi lainnya. Sementara Shanti, diinterogasi beda ruangan, untuk meminimalisir informasi palsu."Saya cukup kenal dengan Dara serta keluarganya. Mana mungkin anak lulusan luar negeri seperti dia memakai barang haram itu," sanggah Shanti.Dia tak bisa menyembunyikan rasa geramnya setelah dicecar dengan beberapa pertanyaan."Segala kemungkinan bisa terjadi. Apalagi keadaan seperti ini sangat rawan.""Atur sajalah, Pak. Tapi yang jelas saya tidak percaya," balas Shanti tegas."Oke. Sekarang giliran ibu juga di
Baca selengkapnya
Part 168. Berkilah, Katanya Jebakan
Rasa kaget tak bisa dielakkan Arjuna."Apa, Pak? Pengedar?" tanya Arjuna tak yakin.Polisi itupun mengangguk, "Ini baru dugaan karena kami menemukan plastik kecil beberapa buah. Makanya, sementara kami menahan saudari Dara untuk pengembangan kasus ini. Kalau nanti kami butuh bantuan, apakah bapak bersedia untuk memberikan infomasi?""Siap, Pak. Saya bersedia."Arjuna pun pamit setelah polisi mengucapkan terima kasih."Langsung pulang aja, Mi. Dara ditahan." Arjuna menjelaskan secara singkat kala bertemu Shanti di teras luar."Ditahan kenapa? Jelas dia bukan pemakai, kenapa musti ditahan?""Nanti aku ceritakan di rumah."Shanti dan Arjuna berada dalam satu mobil, sedangkan Pak Sobri sendiri.Baru saja mobil melaju meninggalkan kantor polisi, Shanti sudah menagih penjelasan. Baginya Dara bukan sebodoh itu untuk mengkonsumsi barang haram tersebut."Dara itu pemakai, Mi. Malah kuat dugaan kalau dia juga pengedarnya.""Ah, nggak yakin mami kalau dia pemakai. Bisa saja hasilnya itu ditukar
Baca selengkapnya
Part 169. Kecelakaan yang Tak Terelakkan
Cukup aneh memang jika Arjuna langsung meng-klaim kalau Shanti akan bertolak ke Jogja jika ke bandara. Ini hanya tebakan dia saja, atau …Satu jam berlalu dari setelah telponan terputus Pak Sobri kembali menghubungi Arjuna."Kalau begitu bapak pulang saja ke rumah, baguslah kalau mami pulang ke Jogja.""Siap, Pak."***Di rumah sana, Ratna masih setia untuk menemani Devina yang tampak serius mengerjakan ujian akhir semester."Ma, liburan nanti Nana mau ke Bali ya?" tanya Devina setelah gurunya pulang."Boleh. Mau berapa lama Nana liburan di sana?""Semingguan boleh, Ma? Atau sampai habis jadwal liburnya aja?""Hmm … Emang kenapa tumben pengen lama di Bali, Na?""Bosan Nana disini, Ma. Sesekali ganti suasana.""Gimana ya? Kalau mama kasih syarat gimana?""Syarat? Kok pake syarat segala, Ma?""Nggak ada kenapa-kenapa juga sih.""Apa syaratnya, Ma?""Syaratnya, kalau mau liburannya lama di Bali, Nana harus mau kembali ke sekolah. Gimana? Nana mau 'kan?""Kenapa harus itu syaratnya, Ma? N
Baca selengkapnya
Part 170. Selamat Atau Tidak
Tanpa pikir panjang, Arjuna pun turun. Dan, langsung mengikuti langkah Teddy, yang kebetulan mobilnya terparkir di luar. Jarak kantor Arjuna dengan Bandara Soekarno Hatta sangatlah jauh. Menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, itupun kalau tidak ada halangan."Saya hanya bisa bilang sabar sama bapak, in syaa Allah semoga ibu baik-baik saja, dan selamat," ucap Teddy yang menjabat sebagai manajer divisi keuangan."Terima kasih."Tak banyak pembicaraan di antaranya. Dalam perjalanan, Arjuna tak putus memantau lewat siaran langsung melalui ponselnya. Sedangkan, Teddy fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi tapi cukup stabil. Apalagi setelah masuk jalan tol. Menuju area bandara, semakin dipadati lautan manusia. Terlebih setelah kasus pesawat tergelincir dan terbakar itu.Arjuna berlari sekuat tenaga setelah mobil berhenti di parkiran. Tak sabar rasanya ingin mengetahui kondisi Shanti. Tentu saja sebagai anak Bram berharap, Shanti selamat dan tak kurang satu apapun.Lobby bandara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status