All Chapters of My Boss Behavior: Chapter 91 - Chapter 100
110 Chapters
91. Lentera Menyambung Jiwa
Tidak bisa membiarkan wajah laki-laki itu terus murung, Zara mengambil sebuah korek api di sakunya. "Ah, aku masih membawa ini, ya? Kupikir akan membakar Mario dan Forin juga tadi. Habisnya mereka seperti sampah, haha. Emm, sayang sekali kalau kubawa tapi tidak ada gunanya. Apa sebaiknya kubakar pohon-pohon ini saja, ya?" Reon sedikit tertarik. "Bodoh sekali," ujarnya tanpa memaki. Zara yang meliriknya pun tersenyum, lalu menyalakan korek api itu. "Wah, apinya berwarna jingga!" Gemerlap mata Zara yang melebar membuat mulut Reon terbuka. "Sayangnya begitu kecil. Apa menurutmu api ini bisa menyinari satu pohon besar ini, Tuan? Agar lebih terang dan setiap kelopak yang berjatuhan bisa terlihat lebih jelas," lanjut Zara. Tangan itu hangat melindungi api agar tidak padam. "Tidak bisa," jawab Reon singkat. Namun, pandangannya turun sepenuhnya.Zara menoleh. Senyum itu berubah mengartikan sesuatu. "Jika aku bisa membuktikannya, apa kau mau memenuhi satu permintaanku, Tuan?" Alis
Read more
92. Aku Menyukaimu
Ekspresi Reon mengatakan segalanya. Zara melongo tak sanggup memandang sekeliling, hanya berfokus pada Reon yang diguyur hujan Sakura. Serta lentera itu meneranginya. Sangat cantik di tengah merah mudanya malam. "Indah sekali! Ini tidak buruk. Sangat menawan!" puji Reon alami nan tulus. Zara tersipu sekaligus berbinar dipuji bagai dihantam bunga Sakura.'Aaa, dia memujiku? Panasnya!' hati Zara merasa panas. Untuk saat ini, memandang Reon yang bagai malaikat di depannya cukup menghentikan waktu. Perputaran bumi seakan berhenti sesuai pikiran Zara. Senyum itu ingin dia pandang lebih lama. Bisakah ketulusan senyum Reon dia lihat di kemudian hari? Hingga Reon mengakhiri aksi kagumnya seakan mengubah pandangan tentang bunga Sakura. Sepertinya Zara berhasil menepati janji. Reon menoleh masih dengan senyuman yang sama. Zara yang terbuai pun begitu polos. 'Dia ... tampan sekali!' hatinya masih berseri-seri."Aku mengaku kalah," ucap Reon menyadarkan Zara. Gadis cantik itu mengerjap
Read more
93. Perintah Satu Malam
"Heh? Itu kah rasa terima kasihmu padaku? Jangan salahkan aku jika menyimpulkan asumsiku. Itu karena kau payah. Pada dasarnya Sakura itu tidak mengerikan. Lihat, api bukan hanya bisa membakar, tetapi menerangi juga, dan Sakura selalu menjadi saksinya." Berkacak pinggang tersenyum meneleng miring. Reon tersentak dalam hati. "Sakura?" gumamnya mengerti dalam tanya. Zara mengangguk. "Hmm, Sakura." Senyum itu tetap sama sampai Reon berhenti terdiam dan membalas senyumnya. "Baiklah, kalau itu maumu, Tuan. Ayo kita ke tempat selanjutnya!" Semangat meninju udara. "Eh? Tapi aku tidak punya rencana lain selain di sini." Patah semangat menjadi kikuk membuat Reon menghela napas berat. Terpaksa Reon lah yang memilih destinasi selanjutnya. Zara meringis pasrah kemanapun Reon pergi. Di tengah malam begini tidak jarang tempat-tempat yang terbuka. Namun, Reon selalu dapat mengejutkan Zara. Di taman hiburan, di laut, di atas gedung tinggi, lalu kembali ke taman Sakura setelah detik jam be
Read more
94. Meloloskan Diri
Penerbangan mereka pun dibatalkan. Diduga para tawanan masih berada di sekitar Tokyo.Mereka berpencar menjadi dua kubu. Alexa, Zara, dan Reon mencari di segala sisi, sedangkan Zack dan Bastian mencari informasi dari orang-orang yang bertugas. Mereka terus terkoneksi. "Kita akan ke mana, Tuan?" tanya Zara bingung. Reon melajukan mobil kantornya begitu cepat. Sementara Alexa sibuk bertelepon dengan seseorang. 'Bagaimana mereka bisa kabur? Ah, sudah kuduga akan seperti ini. Orang-orang Reon ditipu atau mereka lalai? Tapi tidak mungkin jika lalai,' pikir Zara kalut. Terlebih lagi Reon tidak menjawab. Dia terus bermain kemudi dengan sorotan setajam elang. Zara berdecak melihat dua orang di depannya.Dia menguasai bangku belakang. 'Astaga, aku masih tidak sanggup menatap aura mereka jika sedang bersama,' pikirnya lanjut. "Baiklah, teruskan mencari!" Alexa menutup teleponnya. Zara tidak sabar menunggu penjelasan Alexa. "Tuan, mereka hilang saat berhenti di toilet umum. Mario mene
Read more
95. Aoi
Zara bertekuk lutut luruh. "Apa ... kau bilang?" Matanya menatap Forin kosong. Reon panik, segera berlari menuju Zara. "Zara, jangan didengarkan!" teriaknya bahkan mengejutkan Alexa. Namun, Zara tetap memberi respon kekosongan. Reon pun berdecak dan beralih mendekati Forin."Kurang ajar kau, dasar tidak tau malu! Atas dasar apa kau bicara seperti itu?!" Zara sadar dengan amarah Reon. Dia celingukan bingung. "Eh?" Tiba-tiba Forin sudah berada di tangan Reon saja. CEO itu mencengkeram leher Forin hingga gadis itu terangkat. Zara melotot syok hampir lepas. Seketika berdiri pontang-panting. "Le-lepaskan aku!" Forin tertatih dan kesulitan bernapas. Alexa diam bagai tak melihat apa-apa. Kaki Forin sudah menendang udara ingin dilepaskan. Itu sangat menyakitkan. 'Astaga! Aku harus menyelamatkannya! Reon dalam kondisi marah!' hati Zara masih waras. Sayangnya, sebelum itu terjadi, peluru Mario sudah dilepaskan ke arah Reon. Zara terhenti dalam larinya. Seakan jantung juga ikut ber
Read more
96. Identitas Asli CEO
Rambut hitam lurus sebahu. Menutupi sebelah mata layaknya layaknya menyembunyikan sesuatu. Tubuh ramping nan tinggi itu, menghipnotis Zara. Mulutnya terbuka, masih bersimpuh lemas saat Alexa sudah berdiri di samping Zack dan Reon.'Siapa dia?' hati Zara bertanya-tanya.Mario dan Forin juga bertanya tentang hal yang sama. Gadis itu terlihat muda, kuat, dan cerdas. "Kau datang rupanya," ucap Reon semakin menambah teka-teki. Ekspresi sedingin batu. Pandangannya jatuh pada Forin yang takut menatapnya. Lalu, senyum aneh pun terbit walau sedikit. Mengambil sebuah gulungan kertas di saku jaketnya sambil berjalan ke arah Forin. Seketika Forin mati gaya. Dia ingin berhenti bernapas. Lalu, gadis itu membuka gulungannya. Ternyata sebuah surat."Aku datang untuk meringkus Forin Sazuma Nafari. Ini adalah surat pemberhentian seluruh kontrak kerjamu di dunia permodelan. Kau telah dibebaskan dari pekerjaan!"Wajah Forin pucat pasi. Mulutnya terbuka sembari menggeleng kuat."Tidak! Tidak mungkin!
Read more
97. Dilema Kehidupan
Suasana canggung tetap berlanjut.Memandang diri di cermin setelah mandi, Zara tak sanggup menghadapi kenyataan.Pandangannya redup seketika. "Aku harus bagaimana sekarang? Benar-benar terjebak di sarang Raja Iblis sungguhan. Ini ... tidak pernah kupikirkan sebelumnya." Namun, kostum pelayan yang kembali dia kenakan menjadi bukti bahwa semuanya nyata. Dia menunduk luruh. "Apa aku harus diam saja setelah ini? Hatiku tersakiti seperti habis dilempar dari tebing."Selesai berbenah diri, memilih menuju dapur untuk melakukan sesuatu. Sekaligus menghindari kontak mata dengan penghuni rumah selain pelayan. Aksi penyambutan mereka tadi juga luar biasa. Sangking luar biasanya Zara tak bisa menikmati karena dia melamun.Sibuk dengan nalar dan naluri sendiri. Sayang sekali di dapur justru teringat akan rencana keduanya. Menunduk menatap kompor yang bersih dan menepuk dahi. "Seharusnya aku membuatkan dia nasi goreng Seafood sebagai pemulih stamina. Itu rencana awalnya bukan? Kenapa jadi s
Read more
98. Dimensi Waktu Menjawab
Aroma harum tercium dari dapur. Para pelayan yang mengintip teringin sekali muncul dan mencicipi masakan Zara. Kemudian, kompor dimatikan. Piring berjajar-jajar memenuhi meja dapur. Dengan cepat Zara menyajikan semuanya. "Kemarilah semuanya. Sampai kapan kalian mau bersembunyi di sana? Aku membuatnya sangat banyak. Kalian pasti rindu padaku, 'kan? Haha, bilang saja tidak perlu malu-malu." Zara begitu riang menyajikan makanan itu smalai ke piring terakhir. Sontak para pelayan hampir terjatuh terkejut. Zara tertawa karenanya dan mereka tersenyum malu. Mereka pun menikmati makanannya. Zara mematung seorang diri di meja makan dengan sepiring nasi goreng Seafood di tangan.Bibirnya sedikit melengkung sedih. "Kenapa aku buat ini?" Bergumam pusing. Tanpa disadari, Reon berdiri di anak tangga terakhir. "Siapa yang mengizinkanmu memasak? Zara?" Bulu kuduk Zara merinding mendengar suara bariton itu. "Re-Reon?!" cicitnya kaku. Menoleh pun kaku. Lalu, Reon mendekatinya dengan tangan te
Read more
99. Ryo Mengetahui Kebenarannya
Keesokan harinya, Aoi menyuruh Bastian datang ke rumah Reon. Dia fokus mengerjakan pekerjaannya dari jauh. Laptop hitam di kamar bernuansa putih.Kemudian, Bastian pun datang dengan kikuk mencoba tidak memandang ke segala arah sembari menggaruk tengkuknya. "Eee, ada apa kau memanggilku?" "Tidak sopan! Beraninya masuk ke kamar gadis tanpa izin," tolak Aoi telak.Bastian mendelik. "Kau yang memintaku datang. Kau!" Entah mengapa dia jadi sangat geram akan Aoi."Tetap saja. Kau tidak bilang permisi." Bastian menghela napas panjang. "Baiklah, permisi." memalingkan wajah yang sedikit memerah. Dalam hati menggerutu banyak hal. Semuanya tentang Aoi. Sampai Aoi berhenti berkutat dengan laptop. Memandang Bastian membuat Bastian tercekat. 'Apa yang direncanakan gadis aneh ini?!' bahkan suara hatinya menjerit.Tiba-tiba Aoi menunjuknya."Foto aku, Tuan fotografer! Buat seluruh kamar ini menjadi seputih dan sesuci diriku. Jika hasilnya buruk, akan kugunduli kepalamu!" "Hah?! Permintaan
Read more
100. Permainan di Balik Layar
Keterkejutan yang mendalam bagi penghuni rumah Reon. Zara juga tidak bisa apa-apa. Pasalnya itu adalah kebenaran. Bukan hanya Reon, tetapi Alexa, Zack, dan Azuma juga ditangkap. Kabarnya anak buah Reon yang lain juga ditemukan. Mereka berjumlah sangat banyak. Di kantor polisi mereka hanya bisa menunggu. Kedatangan sang pelapor. "Bagaimana ini bisa terjadi? Kukira masalahnya selesai setelah Mario dan Forin mendekam di penjara. Kenapa sekarang Reon dan yang lainnya yang ditahan?" Mondar-mandir di depan Reon dan yang lainnya. Hanya dia yang tidak ditahan membuat Zara semakin pusing. Alexa yang tanpa ekspresi juga sangat tenang. Seakan tidak ada luka di pundaknya. Saat ini mereka memiliki pertanyaan yang sama. Identitas mereka kenapa bisa terbongkar? "Kenapa Aoi tidak tertangkap?" tanya Reon selirih hembusan napas. Alexa dan Zack dapat mendengarnya. "Terakhir kali ... dia bermain dengan Bastian," jawab Zack. Reon pun mengangguk. Lalu, seseorang datang dari pintu masuk. Langkah
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status