Semua Bab My Boss Behavior: Bab 81 - Bab 90
110 Bab
81. Selamat Tinggal Rambut Pirang
Berjalan cepat menemui manajer yang sudah duduk di kantor agensi. Zara masih harus menerima telepon dari Alexa. Orang itu sampai menyempatkan waktu untuk menghubunginya, berarti kondisi kantor sudah lumayan membaik."Apa? Hampir bangkrut?!" Pekikan terlalu keras hingga angin serasa enggan mendekat. Dia sudah hampir dekat dengan gedung agensi. "Begitulah! Jangan khawatirkan kami, khawatirkan dirimu sendiri. Namun, tak disangka berkat dirimu yang memulihkan produk lama kami, perusahaan ini bangkit kembali. Terima kasih, Zara." "Heh?! A-apa benar begitu?!" Zara melotot dan menganga lebar. Berkedip pun susah. Tangannya gemetar memegang Handphone di telinga.'Astaga, aku membuat situasi berbeda-beda! Baiklah, ini takdir yang indah, Zara. Kau membantu mereka tanpa sengaja. Tenangkan dirimu. Jangan terlalu senang dulu! Ah, sial, aku sangat senang dan bingung!' batinnya berteriak. "Eee, apa manajerku sudah menghubungimu?" Meringis takut jika Alexa marah. 'Huft, aku tau pekerjaan bukan
Baca selengkapnya
82. Usaha Terakhir
Zara menolaknya. Melalui sang manajer, dia menolak permohonan janji temu dengan Mario. Tentu saja tahu laki-laki itu kesal setengah mati. Ternyata usahanya belum berakhir. Mario berkali-kali mengajukan surat dan permohonan melalui sang manajer agar Zara bersedia bekerja sama kembali, tetapi Zara tetap menolaknya. "Bodoh!" Memberi tatapan ikan busuk menembus pantulan cermin. Jahitan kain hitam dan putih membalut tubuhnya begitu ketat. Bando dan celemek putih khas pelayan kembali melekat sempurna. Rambut yang terurai indah tetap menawan dengan warna aslinya. Zara kembali sebagai Pelayan Khusus Reon Varezan Dailendra. "Aku ... masih penasaran kenapa kau bisa masuk ke perusahaan Reon, Tuan Mario." desisnya kuat dalam setiap kata. Zara akan pergi ke taman bunga Sakura. Ramai orang dengan kesibukan masing-masing. Penampilan Zara yang mirip cosplayer menarik banyak perhatian. Dia dimintai foto dan tidak ada yang mengenalinya sebagai selebriti dengan penampilan itu.Mendongak di depa
Baca selengkapnya
83. Hipnotis Pohon Sakura
Taman Sakura masih menghipnotis Zara. Dia tertidur di dekat pohon Sakura. Anehnya orang-orang banyak yang memotret tanpa izin. Telepon seluler di saku masih berdering. Gadis itu lemah tak berdaya dengan alam. "Eee, ada apa dengannya?" "Kenapa tidur di sini?" "Wah, cosplay yang sangat cantik!" Bisikan demi bisikan menghangat seiring kelopak bunga berjatuhan. Di sisi lain, Reon yang mulanya kesulitan menangani aksi gila Forin, dia terpaksa membebaskan diri membuat Forin terpana sekaligus takut. Hanya dengan melepas rantai borgol dengan tangan kosong tanpa bicara, Forin sudah pingsan. Hingga kini belum sadar. Sekarang Forin lah yang menjadi tahanan Reon. Diikat dengan rantai melilit tubuhnya bersandar tepian ranjang. "Hah?! Di mana aku?! Apa ini? Lepaskan aku! Lepaskan!" Tepat di jam yang sama, Forin sadar dalam kondisi kacau balau. Dress yang dikenakan sedikit kotor karena rantai itu. Celingukan panik juga meronta. Bahkan hampir ingin menangis. "Selamat datang, Tuan Putri. T
Baca selengkapnya
84. Tertangkap Pelayan Zara
Lepas kejadian itu, Forin tidak berani melakukan apapun terhadap Reon. Dia hanya memandang dari dekat. Menunggunya bangun untuk kembali dibius. Lalu, di tengah gebyarnya Sakura, Zara masih sendiri menunggu. Seseorang yang mampu membuat tangannya terkepal. "Aku akan pergi," berujar pada pohon Sakura di depannya. Berbalik badan dan memandang restoran yang lumayan jauh nan lumayan ramai. "Tetaplah indah seperti ini sampai aku datang bersama Tuanku, Pohon Sakura," lanjutnya sebelum melangkah. Sesaat lagi tiba di penghujung hari. Zara berhasil duduk di antara pelanggan yang sepi. Tanpa suara, tanpa pesanan, dan tanpa perubahan. Melamun menyangga kepala menatap jalanan dari jendela restoran. Bibir itu bungkam bahkan tidak menyentuh air gratis yang tersedia di meja. Orang-orang di restoran tersenyum dengan arti yang berbeda-beda kala menatapnya. "Siapa yang sedang ditunggu, ya?" "Manisnya! Aku juga ingin cosplay di tempat terbuka!" "Apa sedang akting menjadi dewasa? Ah, teduhnya!"
Baca selengkapnya
85. Alasan Keterlambatan Zara
"Cepat bergerak! Hari ini Zara menangkap Mario. Kita tidak punya banyak waktu!" Alexa sibuk menata barang dan mengotak-atik tablet hitam demi dapat terbang ke Tokyo sekarang juga. Jari-jemarinya sangat cekatan. "Hah, syukurlah semuanya selesai. Kita berhasil mengembalikan kepercayaan semua klien dan berkat kepopuleran Zara di kantor cabang membuahkan hasil besar. Aku sampai menerima suntikan amunisi ribuan kali! Mario keparat itu!" Zack membakar diri dengan semangat. Dia juga sedang mengemas barang ke koper. "Hei, tidak sebanyak itu, Tuan." Azuma menepuk udara dengan sebelah tangan. Keningnya bertaut heran. Teringin membantu, tetapi Zack dan Alexa melarangnya, sehingga hanya berdiri menjadi penonton di ruang tamu. "Sangat hebat Zara! Dia memang bisa diandalkan! Meskipun cukup lama juga. Eee, sudah berapa hari, ya? Dua hari? Tiga hari?" Bastian bahkan ada di sana. Dia sudah bersiap dengan kamera dan koper yang tertutup. Rumah itu menjadi sangat ramai. Setelah kobaran api memb
Baca selengkapnya
86. Pertarungan Zara dengan Forin
Malam telah menghiasi Tokyo. Tidak ada perbedaan antara langit dan permukaan tanah. Semua gelap di mata Zara. Dia berada di depan sebuah kamar yang nampak suram. Mario membawanya ke sana. Sontak Zara menendang pintu itu karena berpikir pintunya terkunci. Ternyata bisa terbuka dengan baik dan engselnya rusak. "Tuaaannn!!!" Terkejut dahsyat melihat Reon yang diborgol dan terikat rantai. Matanya tertutup, terpancar cahaya biru dari bulan di pantulan jendela. Segera lari mendekat, terpaksa Mario mengikuti langkahnya. Dia terduduk lemas. Teriakan itu tidak ada artinya.Seketika pandangan mengedar memeriksa kondisi. Deru napas yang stabil dan wajah segar tanpa ada tanda pucat sudah membuatnya bernapas lega. "Huft! Tidak ada luka lebam atau darah yang menetes. Tidak ada goresan sedikit pun. Tidak ada perubahan warna seperti makanan basi yang dikerumuni lalat karena ada dua lalat payah di sini. Syukurlah! Kau aman, Tuan! Aku di sini, aku datang untuk menyelamatkanmu. Ayo, pulanglah den
Baca selengkapnya
87. Aksi Teror Peluru
"Jadi, kita apakan mereka?" tanya Mario seraya memijat pergelangan tangannya. Forin menghela napas panjang memandang Zara. "Dibagi dua? Kau Reon dan aku Zara. Aku sangat ingin melempar Zara ke jurang agar wajah cantiknya rusak." "Oh? Sungguh kejam," kata Mario datar. "Benarkah?" Mulut Forin yang terbuka hendak bicara mendadak terhenti. Suara bariton itu melebarkan matanya. "Sayang sekali!" lanjutnya dingin. Mendadak malam semakin dingin. Forin dan Mario menoleh cepat ke arah Reon. Syok laki-laki itu telah terbangun. "Reon?" Forin mundur selangkah. "Sejak kapan kau bangun?" Mario mengepalkan tangan dan berdecih. "Sejak pelayanku bersimpuh luruh di sampingku." Reon berkedip dan menatap mereka tajam. "Huaaa!" Forin masih trauma, ketakutan bersembunyi di belakang Mario. "O-obat tidurnya pasti sudah habis. Dia bisa melepas borgol rantai itu sekarang juga," cicitnya. "Tidak selama Zara ada di sini."Forin melihat Mario bingung.Dia mengeluarkan senjata api dari dalam kemeja
Baca selengkapnya
88. Forin Menyerah
Melotot setelah pandangannya benar-benar jelas. Tanpa sadar mencengkeram lengan Reon kuat. Dua orang itu berdiri berdampingan seraya membawa senapan. Gelap nan hitam. Tanpa ekspresi terlihat begitu mematikan. Zara tak bisa berkata-kata lagi. Mulutnya tetap terbuka. "Karena kami telah meringkus anak buah yang kau bicarakan, jadi perlawanan ini sia-sia. Hentikan, Mario." sambung Zack. 'Me-mereka datang?' batin Zara. Keterkejutan Zara tidak lebih parah dari Mario. Dia berbalik seutuhnya membelakangi Reon dan Zara hanya untuk tidak percaya. "Ke-kenapa kalian bisa kemari?! Bukankah ada banyak pekerjaan yang menyibukkan kalian sampai lupa diri?!" berteriak sesuka hati.Mungkin hatinya remuk karena seluruh usahanya sia-sia."Bodoh!" jawab Alexa telak membuat Mario tersentak. Dia menyembunyikan senjata api dalam balik jas-nya, begitu juga Zack. Reon tiba-tiba menendang ranjang ke belakang hingga kembali ke posisi semula. Lalu, mendudukinya.Melihat sosok majikannya yang duduk bagai r
Baca selengkapnya
89. Canggung
Zara masih belum tenang. Kegelisahan yang melanda berasal dari pertanyaan. Dendam apa yang dimiliki Mario? "Waahh, Zara! Syukurlah aku bertemu denganmu lagi! Aku merindukanmu! Sangat-sangat merindukanmu!" Bastian mengambil alih atas Zara. Zara pasrah begitu saja ditarik dan diamati dari atas hingga bawah. Menatap tanah sambil mengetuk dagu, cenderung terlihat melamun. Bastian yang berbinar dicampakkan. 'Sshhh, kupikir aku akan tertembak tadi. Mario sudah gila. Eee, apa tidak masalah membiarkan mereka pergi dengan orang-orang suruhan Reon? Ini malam hari, semuanya bisa terjadi. Lagipula mereka licik,' pikir Zara panjang. Tanpa disadari, dahi berkerut aneh. "Lihat, Zara, lihat! Lihat kemari! Foto pertama di Tokyo adalah dirimu. Ah, berpose lah seperti saat kau membintangi parfum Pak Reon, ayo!"Bastian masih gencar menunjukkan kasih sayang dan rindu, tetapi Zara membatu di dunianya sendiri. Sementara, Reon dan kedua orang kepercayaannya ada di sana. Di trotoar yang begitu ramai t
Baca selengkapnya
90. Keharuman Sakura Bermekaran
Zara menggaruk pelipis dengan jari. Senyumnya kaku sampai terlihat gigi taring. 'Yang begini bagaimana cara memulainya, ya?' tawa kering dalam hati. Pasalnya dia tinggal berdua dengan Reon di trotoar lebar nan dingin ini. Rasanya ingin sendiri sepi. Apa mungkin dia tidak sanggup berhadapan dengan Reon setelah berpisah cukup lama? Perlahan Zara menoleh menatap Reon yang terus terpusat padanya. Napasnya tercekat. 'Kenapa dia melihatku terus? Apa ada sesuatu di wajahku?' pikirnya.Lalu, angin dingin yang lebih besar melintas menerpa wajah menggoyangkan rambut mereka. Zara terbuai. Alis terangkat dengan mulut membulat. 'A-apa ini? Aku ... kembali terpesona padanya?' hati sudah bicara. Wajah lelah itu, tatapan tajam nan redup yang menyiratkan sesuatu, apakah Zara terbuai karenanya? Atau kah angin yang menerpa wajah tampan itu membekukan dirinya? Mata Zara tersihir dan dia tidak bisa membantah. Sekarang tidak tahu harus bagaimana. Bertanya kabar atau mencampur segala emosi yang in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status