All Chapters of Gairah Nakal, Sugar Baby: Chapter 181 - Chapter 190
226 Chapters
Siapa yang sakit? Mas sakit apa?
Satu Minggu telah berlalu, hubungan Ramel dan Bella masih dingin seperti es. Pria tampan itu sudah 2 malam tidur di kamar Sarah, walupun mereka di kamar yang sama Ramel tidak sedikitpun menyentuh Sarah. Pria tampan itu memilih tidur di sofa sedangkan Sarah di atas tempat tidur.Ramel tidur di sana bukan untuk berbuat adil antara kedua istrinya, tetapi karena beberapa hari ini Sarah sering mengeluh sakit di bagian perut. Hal itu membuat Bella meminta Ramel untuk menemaninya.Bella memang sangat membenci Sarah, tetapi tidak dengan janinnya. Wanita cantik itu tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kandungan Sarah. "Tok....tok...tok..." Terdengar suara ketukan pintu."Masuk." Suara bariton Ramel dari dalam."Permisi Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap sang sekretaris."Suru dia masuk," perintah Ramel yang langsung dilaksanakan oleh sekretarisnya."Selamat siang Tuan Ramel."Sapaan itu membuat Ramel memutar mata, tadinya pria tampan itu sedang fokus menatap layar lap
Read more
Kamu kan minum vitamin sama susu.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Sarah tidak berhenti mengoceh. Ia protes karena Ramel tidak pernah menyentuhnya, padahal mereka sudah satu Minggu menikah."Kekebalan tubuh anak kita akan lemah jika kamu tidak menyentuhku," gerutu Sarah."Kamu kan minum vitamin sama susu," ucap Ramel yang fokus menyetir mobil."Itu saja tidak cukup Ramel! Apa kamu tidak tahu, wanita hamil itu memiliki nafsu lebih tinggi." Tanpa malu Sarah bicara seperti itu."Jadi maksudmu?" tanya Ramel."Ya, kamu harus menyentuhku, setidaknya 3 atau 4 kali dalam satu Minggu," jawab Sarah."Untuk saat ini aku belum bisa, aku harus menjaga perasaan Bella." Tolak Ramel."Jadi kamu tidak menjaga perasaanku? Aku juga istrimu Ramel, seharusnya kamu lebih perhatian padaku karena aku sedang mengandung anakmu." Nada Sarah sedikit meninggi karena kesal.Untuk apa dia menikah dengan Ramel jika pria tampan itu tidak menyentuhnya dan tidak menganggapnya istri. Janin yang ada di dalam kandungannya saat ini tidak lah begitu
Read more
Selama kamu bersyukur memiliki istri sepertku.
Tepat pukul 1 siang Bella sudah tiba di kafe begitu juga dengan Rara. Kedua sahabat itu tersenyum karena sebentar lagi rahasia Sarah akan terbongkar. Ramel akan mencampakkannya dari kediaman Wijaya."Hari ini aku akan menunjukkan kertas ini kepada Ramel," ucap Bella dengan penuh keyakinan."Jangan lupa, katakan tentang noda darah itu." Rara mengingatkan sahabatnya."Iya, aku tidak mungkin lupa," sahut Bella sambil tersenyum.Keduanya berbincang-bincang sambil menikmati cemilan dan minuman dingin."Kring....kring...kring..." Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel.Mata Bella berputar, "Papah," ucapnya setelah melihat nama yang muncul di layar ponselnya."Iya Pah," ucap Bella setelah mengusap layar ponselnya."Bella, segeralah ke rumah sakit." Suara Bryan terdengar bergetar."Ada apa Pah? Apa yang terjadi?" Bella bertanya, tetapi sambungan teleponnya langsung terputus."Ada apa Bel? tanya Rara yang juga ikut panik."Aku tidak tahu Ra, papah hanya memintaku untuk segera ke rumah sakit,
Read more
Mati adalah pilihan yang tepat untukku.
Dua hari telah berlalu, saat ini Ramel sudah kembali ke kediaman Wijaya. Sebenarnya dokter belum mengizinkannya untuk pulang, tetapi Ramel memaksa dan meminta dokter untuk datang setiap hari memeriksanya.Saat ini Mansion megah itu sedang kedatangan tamu, orang tua Sarah dan klien Ramel yang lainnya datang untuk menjenguknya.Setelah beberapa menit berbincang-bincang dengan Ramel, satu persatu mulai meninggalkan kediaman Wijaya. Kini hanya tinggal Ramel dan Hendrawan di dalam kamar."Papah turut prihatin atas musibah ini." Kata-kata itu menghentikan langkah Bella untuk masuk ke dalam kamar. Wanita cantik itu berdiri di depan pintu untuk mendengar perbincangan antara suaminya dan Hendrawan."Papah benar-benar terkejut," lanjut Hendrawan."Aku masih bingung Pah, berlian tidak mungkin hangus terbakar, tetapi kenapa satupun tidak bisa ditemukan," sahut Bryan."Aku juga berpikir seperti itu, tapi kita tunggu saja informasi dari pihak kepolisian," ucap Hendrawan."Berlian terbakar?" tanya
Read more
Lepaskan aku wanita kotor.
Bibir pria tampan itu terasa kaku sehingga ia sulit untuk berbicara."Kenapa Kak?" desak Bella yang sudah tidak sabar lagi.Kevin menarik napas dalam-dalam, "Aku memiliki hubungan dengan Sarah, janin yang ada di dalam kandungannya adalah anakku."Bella menelan saliva dengan kasar, ia hanya bisa terdiam karena bingung harus bicara apa. Jujur saja Bella sangat kecewa kepada Kevin, ia tidak menyangka pria tampan itu tega berbuat sekeji itu. Padahal selama ini Bella sudah menganggapnya sebagai Kakak."Aku minta maaf Bella, semua itu aku lakukan hanya untuk mendapatkan cintamu. Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sudah jatuh hati." Kevin mengungkapkan perasaannya kepada Bella."Tapi bukan begini caranya Kak," protes Bella yang sudah berurai air mata."Iya, aku mengaku salah. Andaikan Ramel mencintaimu dengan tulus dan tidak menyiksamu! Mungkin aku tidak terpikir untuk merebut kamu darinya." Kevin memberitahu alasannya."Dia mencintaiku, dia menyayangiku. Hanya saja ada kesal paham di
Read more
Oke, aku setuju.
"Ramel, foto itu tidak seperti yang kamu banyaknya," ucap Bella.Ramel tersenyum sinis, ia mencengkram kedua pipi Bella, "Tidak seperti yang aku bayangkan?" ucapnya mencibir."Kamu membohongiku untuk menemui Kevin. Kamu hebat Bella, aku tidak menyangka kamu serendah itu," lanjutnya sambil melepaskan cengkeramannya dengan kasar."Aku memang menemui Kevin, tapi itu semua demi kebaikan rumah tangga kita," ucap Bella."Demi kebaikan apa? Bisakah seorang suami menerima istrinya berduaan dan berpelukan dengan pria lain?" Ramel bicara dengan nada lantang."Makanya dengarkan aku dulu," protes Bella."Cukup, jangan membuatku semakin kesal. Pergilah dengan kekasihmu itu, aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Sarah." Setelah mengatakan itu Ramel langsung masuk ke dalam kamar.Tubuh Bella terperosok jatuh ke lantai, ia sudah berusaha payah untuk mendapat bukti, tetapi semuanya sia-sia dan tak berarti. Hanya tinggal satu langkah lagi, semua sandiwara dan kebohongan Sarah akan berakhir.Namun us
Read more
Wao, ternyata kamu bergerak cepat.
Bella tiba dikediaman Wijaya tepat pukul 10 malam. Setelah menemui Hendrawan Bella tidak langsung kembali ke kediaman Wijaya, wanita cantik itu masih menemui sahabatnya Rara.Saat turun dari mobil, tiba-tiba mobil Ramel masuk dari gerbang. Bella sengaja mempercepat langkahnya agar tidak bertemu dengan pria tampan itu. Jujur saja, Bella sangat rindu ingin melihat dan duduk di samping suaminya.Tetapi rasa itu harus ia kubur dalam-dalam, karena beberapa hari lagi mereka akan resmi berpisah. "Par..." Pintu kamar Bella terbuka dengan kasar.Tentu membuat Bella yang sedang mengganti pakaian merasa terkejut, ia refleks memasangkan gaun piyama ke tubuhnya."Kamu dari mana Bella?" ucap Ramel dengan nada lantang, "Pulang larut malam seperti ini, apa kamu tidak menghargai aku?" lanjutnya sambil menghampiri Bella."Aku ingin bercerita." Bukannya menjawab pertanyaan Ramel, justru Bella membicarakan hal lain.Ramel tersenyum, "Apa kekasihmu itu mengajakmu menikah?" Nada itu seperti mencibir di t
Read more
Semua demi kebaikan bersama.
Satu Minggu telah berlalu, selama ini Bella memilih menginap di Apartemen Tania. Ia kembali ke kediaman Wijaya hanya untuk untuk mandi dan mengganti pakaian. Dalam satu Minggu ini Bella menyibukkan diri dengan kembali kuliah.Sedangkan Ramel menyibukkan diri di kantor, ia tidak jarang melihat Bella ke kampus. Tetapi Ramel memarkirkan mobilnya sedikit jauh agar Bella tidak melihatnya."Kring....kring....kring..." Suara dering ponsel membangunkan Bella di pagi hari.Ia membuka mata dengan malas, sambil tangannya meraba meja kecil yang terletak di samping tempat tidur untuk meraih ponselnya."Iya," ucapnya setelah mengusap layar ponselnya."Apa saya bisa bicara dengan Nona Bella?" suara dari seberang sana."Iya, saya sendiri. Ini dengan siapa?" jawab Bella sembari balik bertanya."Saya pengacara yang akan mendampingi Nona Bella dalam proses perceraian dengan pak Ramel."Mata Bella terbuka sempurna, perasaan sampai saat ini ia belum menghubungi pengacara untuk mendampinginya."Saya tidak
Read more
Sekali ini saja, sebelum kita berpisah.
"Ow...ini nikmat Bella."Sarah yang sedang melewati pintu kamar Bella seketika menghentikan langkahnya. Suara erangan itu mengundang rasa penasarannya, Sarah dengan lembut mendorong pintu yang tak tertutup rapat. Matanya terbelalak melihat sepasang mahluk Tuhan yang paling sempurna sedang bertempur di atas tempat tidur.Tanpa menutup pintunya kembali, Sarah bergegas menuruni tangga menuju dapur untuk menghampiri Bibi Inem."Bi," panggil Sarah dengan lantang.Bibi Mina yang sedang memotong sayur untuk persiapan makan malam, segera menghentikan gerakan tangannya."Iya Nyonya," sahut Bibi Mina sambil melangkah menghampiri Sarah yang berdiri di pintu dapur."Air mineral untuk tuan sudah diantar ke kamar?" tanya Sarah."Sudah Nyonya, tapi...." Bibi Inem menghentikan ucapnya, ia tiba-tiba mengigat kalau minuman itu telah diminum Bella."Tapi apa?" desak Sarah dengan wajah kesal."Di minum Nyonya Bella," jawabnya jujur, "Tunggu sebentar Nyonya, aku akan menggantinya. Tadi aku benar-benar lup
Read more
Apa kamu kurang puas dengan milikku?
Saat kedua wanita cantik itu saling lempar sindiran, tiba-tiba Ramel muncul. Pria tampan itu mengenakkan pakai santai, celana pendek setinggi lutut dengan warna cream pekat dan kaus oblong berawal putih terang."Hem...." Ramel berdehem membuat Bella dan Sarah berhenti bicara."Kita berangkat sekarang?" tanya Bella sambil tersenyum manis.Sebenarnya ia sangat malu untuk menatap mata Ramel, tetapi Bella memberanikan diri karena ada Sarah di sana."Ayo," ajak Ramel dengan lembut."Sayang, mau ke mana?" tanya Sarah yang langsung bangkit dari tempatnya."Antar Bella ke apartemen," jawab Ramel."Aku ikut," pinta Sarah dengan wajah cemberut."Kamu tinggal aja ya? Soalnya Mbok Inem dan Bibi Mina ikut juga. Kalau mereka tidak ikut siapa yang akan mengangkat barang-barang Bella?" tolak Ramel dengan berbagai alasan."Kan, kita bisa pakai mobil yang lain!" protes Sarah yang berkeras untuk ikut."Kamu sedang hamil Sarah, tidak baik sering berkendara. Apa kamu tidak khawatir dengan kandunganmu?" Ra
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status