All Chapters of Gairah Nakal, Sugar Baby: Chapter 201 - Chapter 210
226 Chapters
Jangan panggil aku Ibu, panggil Mbak aja.
Ramel baru saja membuka pintu mobil, tetapi wanita itu tiba-tiba membuka pintu belakang dan langsung masuk."Tolong bantu aku Pak, tolong bantu aku," ucap wanita itu sambil menagis.Tentu Bella dan Ramel terkejut, "Kamu kenapa?" tanya Ramel."Aku mohon jalankan mobilnya, nanti aku jelaskan." Bibir wanita itu berbicara, tetapi matanya tertuju ke arah luar.Di sana terlihat dua orang pria sedang melangkah ke arah mobil Ramel."Ayo Pak, aku mohon," desak wanita itu."Ayo Mas," timpal Bella.Ramel menginjak gas mobil, melaju kencang meninggalkan tempat itu. Setelah berjarak 2 kilo meter Ramel menghentikan mobilnya di parkiran sebuah kafe. Ia menghidupkan lampu, memutar tubuh untuk melihat wanita yang duduk di bangku penumpang."Terima kasih ya Pak, Bu," ucap wanita itu disela-sela tangisan sambil tertunduk tampan melihat lawan bicaranya."Tunggu dulu." Ramel menghentikan wanita itu yang akan membuka pintu, "Apa kedua pria itu mengejar kamu?" lanjutnya bertanya.Wanita itu mengangguk, air
Read more
Itu tidak mungkin.
Satu bulan telah berlalu, hubungan Ramel dan Bella semakin romantis bahkan Ramel sering mengajak istri ke kantor."Mas, aku gak jadi ikut ya," ucap Bella yang duduk di kursi meja rias."Kenapa gak jadi sayang?" tanya Ramel, pria tampan itu sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel."Kepalaku tiba-tiba pusing Mas," keluh Bella sambil memijat keningnya.Ramel bangkit dari sofa, melangkah menghampiri istrinya, "Pusing lagi ya?" ucapnya sembari bertanya.Memang akhir-akhir ini wanita hamil itu sering pusing. Ramel sudah beberapa kali mengajaknya untuk periksa ke dokter, tetapi Bella selalu menolak. "Iya Mas," seiring bersama anggukan kepala.Ramel menuntun Bella bangkit dari kursi, lalu membawanya duduk di sisi ranjang."Kita periksa ke Dokter ya?" ajak Ramel dengan nada membujuk."Enggak usah Mas, ini pasti bawaan hamil." Lagi-lagi Bella menolak."Gak ada salahnya kita periksa sayang, mana tahu ada obatnya." Ramel berusaha membujuk Bella."Nanti aja Mas, sekarang aku mau istirahat,"
Read more
Aku juga siap untuk melayani Bapak.
"Iya Pak, Nyonya Bella saat ini tidak bisa melihat." Dokter mengulang ucapannya."Lakukan apapun yang membuat istriku bisa melihat kembali," perintah Ramel."Untuk saat ini kita tidak bisa melakukan apapun Pak, karena Nyonya Bella sedang hamil. Kita harus menunggu sampai Nyonya melahirkan," ucap Dokter."Menunggu sampai melahirkan?" tanya Ramel dengan nada kesal, "Usia kandungan istriku baru 7 bulan, jadi harus menunggu 2 bulan lagi! Oh tidak, itu terlalu lama.""Iya Pak, kita harus menunggu 2 bulan lagi," sahut dokter dengan lembut."Aku tidak bisa, hari ini juga aku akan membawa Bella ke luar negeri." Ramel bangkit dari kursi."Tunggu dulu Pak," panggil Dokter.Ramel menghentikan langkahnya lalu memutar tubuh menghadap Dokter."Sebenarnya kita bisa melakukan operasi hari ini juga, tapi aku ragu Pak," lanjut Dokter."Ragu apa?" desak Ramel."Aku ragu, apa yang terjadi kepada Nyonya adalah bawaan hamil. Itu sebabnya kita harus menunggu sampai Nyonya melahirkan, jika memang karena baw
Read more
Kita tunggu Tuan sampai pulang.
"Gak repot kok." Sinta menjatuhkan bokongnya di kursi yang terletak di hadapan Ramel."Oh iya Pak, ba....""Mas, kamu masih kerja." Tiba-tiba terdengar suara Bella dari pintu, yang membuat Sinta berhenti bicara."Iya sayang," sahut Ramel yang langsung bangkit dari kursinya, melangkah menghampiri Bella.Ia menuntun wanita hamil itu duduk ke sofa, "Sayang, tunggu di sini ya? Mas matikan laptop dulu," ucapnya."Tunggu Mas," panggil Bella yang membuat Ramel berhenti, "Tadi bukannya ada suara Sinta?" lanjutnya."I...i...iya Mbak, saya kemari untuk mengantar berkas," sahut Sinta terbata-bata sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Ramel."Oh," jawab singkat Bella sambil tersenyum."Saya duluan ya Mbak." Sinta bangkit dari kursi, ia berusaha menyentuh punggung tangan Ramel yang terletak di atas meja, tetapi Ramel dengan sigap menariknya."Saya duluan Pak," lanjut Sinta yang langsung pergi."Kenapa sih, Bella selalu datang setiap aku berduaan dengan Ramel?" ucap dalam hati Sinta sambil menu
Read more
Perang yang sesungguhnya sudah dimulai.
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Bella sudah menunggu suaminya di teras bersama Mbok Inem, keduanya refleks menoleh ke arah gerbang. Di sana terlihat sebuah mobil hitam memasuki gerbang istana Wijaya, mobil siapa lagi kalau bukan mobil Ramel."Nyonya, yang turun Sinta," ucap Mbok Inem dengan lembut, yang hanya bisa didengar olehnya dan Bella.Memang benar, yang turun dari mobil hanyalah Sinta. Sedangkan Ramel tidak terlihat sama sekali, entah ke mana pria tampan itu?"Hay Mbak Bella," sapa Sinta sambil menjatuhkan bokongnya di kursi kosong, di samping Bella."Kamu udah pulang Sin?" tanya Bella berpura-pura, "Oh iya, Mas Ramel di mana?" lanjutnya bertanya."Oh, Pak Ramel masih ada pertemuan dengan klien Mbak. Mungkin sebentar lagi pulang," jawab Sinta.Memang benar, Ramel kedatangan tamu dari luar kota. Pria tampan itu sejak pukul 4 sore sudah meninggalkan kantor, dan menemui kliennya ke sebuah tempat.Sinta baru saja selesai berbicara, ponsel Bella tiba-tiba berderin
Read more
Staminanya dari Mas aja ya?
"Mas, hari ini kita jadikan belanja perlengkapan bayi?" tanya Bella setelah selesai sarapan."Jadi sayang, tapi Mas ke kantor dulu ya? Ada klien yang ingin bertemu, sebentar kok," sahut Ramel dengan nada membujuk."Ok Mas, tapi jangan lama ya," ucap Bella."Iya sayang." Ramel sambil bangkit dari kursinya.Bella mengantar suaminya ke teras, memberangkatkan pria tampan itu ke kantor. "Tunggu Pak." Terdengar suara Sinta dari pintu utama.Wanita bertubuh mungil itu menghampiri Ramel yang berdiri di depan pintu mobil."Aku ikut sama Bapak ya?" ucap Sinta yang langsung masuk ke dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari Ramel.Keduanya pun meninggalkan kediaman Wijaya dengan menaiki mobil yang sama. Sepanjang perjalanan menuju kantor Pratama Grup, Sinta tidak berhenti bicara. Wanita licik itu menghasut Ramel untuk membawa Bella operasi."Tapi Dokter melarangnya Sin," ucap Ramel."Terserah Bapak saja, aku hanya kasihan melihat Mbak Bella. Apalagi kondisinya saat ini sedang hamil, tentu Mbak Be
Read more
Aku cemburu Mas.
"Sayang, sayang, bangun dong. Jangan buat Mas khawatir." Ramel mengusap telapak tangan Bella, untuk memberi kehangatan."Mbak Bella, Mbak." Kali ini Sinta yang membuka mulut."Sin, tolong minta Pak Bara untuk menyiapkan mobil," pinta Ramel yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan dokter keluarga Wijaya.Sinta bergegas menuju pintu untuk mencari keberadaan Bara. Saat itu juga Bella tiba-tiba membuka mulut, wanita cantik itu memanggil-manggil suaminya."Mas, Mas, Mas," panggil Bella.Dengan sigap Ramel menjawab, "Iya sayang, ini aku."Ramel menggenggam telapak tangan Bella dengan erat, menempelkan bibirnya di kening wanita cantik itu.Perlahan Bella membuka mata dengan lembut, lalu kembali menutupnya, "Mas, aku gak bisa buka mata," ucapnya."Kenapa sayang? Kita ke rumah sakit ya?" bujuk Ramel dengan nada khawatir."Mas," panggil Bella sambil berusaha membuka matanya, "Kenapa aku merasa silau ya?" lanjutnya.Ramel tersenyum mendengar ucapan Bella, bulu kuduknya seketika berdiri. Jika B
Read more
Mas takut kamu salah paham.
"Aku sangat percaya padamu Mas, itu sebabnya aku memintamu untuk mengeluarkan Sinta dari rumah ini," sahut Bella yang juga menatap kedua manik mata Ramel.Pria tampan itu menarik napas lalu membuangnya perlahan, "Baiklah sayang, beri aku waktu untuk memikirkan bagiamana caranya meminta Sinta meninggalkan rumah tanpa merasa tersinggung."Ramel sebenarnya tidak tega untuk meminta Sinta ke luar dari kediaman Wijaya. Ia merasa tak enak, karena Sinta teman dekatnya waktu sekolah dasar. Apalagi Sinta tinggal di rumah itu atas permintaannya dan Bella. Tetapi demi kenyamanan istrinya! Ramel pasti memalukan apapun. Satu malam Ramel tidak bisa tidur, tubuhnya berbaring di samping Bella tetapi otaknya berpikir ke mana-mana. Ia bangkit dari ranjang, menurunkan kedua kaki dengan lembut lalu bergegas ke luar. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga menuju dapur. Otaknya yang berpikir sejak tadi membuat perutnya terasa lapar."Sinta," ucapnya dalam hati saat melihat wanita licik itu ke lu
Read more
Kebohongan kalian akan menghancurkan rumah tanggaku.
"Aku tidak apa-apa," sahut Sinta."Baguslah," timpal Bella dengan singkat, lalu mengajak Ramel kembali ke kamar.Sebelum pergi, matanya berputar melihat dua mangkuk yang terletak di atas meja. Tanpa bertanya, Bella sudah tahu kalau Sinta pasti sengaja membuatkan mie instan untuk Ramel."Sayang, kamu gak cemburu kan?" tanya Ramel setelah tiba di kamar.Pria tampan itu merasa tak enak hati, ia takut Bella cemburu dan salah paham. Apalagi Bella sudah memintanya untuk mengeluarkan Sinta dari rumah itu.Bella tidak langsung menjawab, ia melangkah menuju tempat tidur lalu mendaratkan bokongnya di sisi ranjang. Begitu juga dengan Ramel, ia mengikuti istrinya lalu duduk tepat di sampingnya."Mas, tidak ada seorang istri yang tak cemburu melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Aku tidak marah, hanya karena tidak ingin berdebat di depan Sinta," ucap Bella sambil menatap suaminya dalam-dalam."Ma...maaf sayang, tadi Sinta....""Aku tidak mau mendengar tentang Sinta, aku hanya meminta Mas
Read more
Nyonya sudah pergi.
Tentu Ramel dibuat bingung! Bella menegaskan bahwa Bara dan Mbok Inem tahu semuanya. Sedangkan sopir dan pelayan itu membantah mengetahui tentang Sinta."Kami benar-benar tidak tahu Tuan." Hanya kata-kata itu yang selalu ke luar dari mulut keduanya.Bella yang kesal, segera meraih pas bunga yang terletak di atas meja lalu melemparkannya ke lantai. Orang yang dipercayainya selama ini telah berkhianat, padahal ia sudah menganggap Mbok Inem dan Bara seperti keluarga.Tubuh keduanya seketika gemetar melihat Bella mengamuk, wanita yang tengah mengandung delapan bulan itu tidak hanya menghancurkan pas bunga saja, ia juga menyasar semua benda yang ada di atas meja rias.Amarah Bella yang tak bisa dikontrol membuat Ramel meminta Bara dan Mbok Inem segera pergi dari sana. Setelah itu ia berusaha menenangkan Bella."Sayang, kamu tenang ya," ucap Ramel dengan lembut.Bella memutar kepala, ditatapnya pria tampan itu dengan tatapan tajam. Ia yakin, Ramel tidak akan percaya dengan apa yang ia kata
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status