All Chapters of Gairah Nakal, Sugar Baby: Chapter 81 - Chapter 90
229 Chapters
Tapi aku melihatnya dengan jelas.
Kata-kata Tania yang begitu meyakinkan membuat Amel percaya. Sehingga wanita cantik itu memberikan kartu kreditnya kepada Tania."Oh iya, password-nya," ucap Tania."Ya ampun aku lupa," sahut Amel setelah menyadarinya, "Sebentar, aku hubungi Papah dulu," lanjutnya sambil meraih ponsel dari meja."Tunggu sebentar Mel." Tania menghentikan Amel, "Jika Bram bertanya, jangan katakan aku yang menggunakan kartu kreditnya," lanjutnya."Kenapa?" tanya Amel dengan polosnya."Bram tidak akan mengizinkannya.""Tapi aku harus jujur Tania, aku enggak mungkin berbohong," protes Amel."Tolong Amel, untuk saat ini kamu menyembunyikannya dari Bram. Karena bagaimanapun Bram tidak akan percaya aku menggunakan kartu kreditmu untuk hal yang positif. Padahal aku benar-benar ingin berubah dan fokus berbisnis." Mohon Tania."Baiklah." Amel segera menghubungi Bram.Baru satu kali berdering, tiba-tiba terdengar suara bariton dari seberang sana, "Iya sayang, apa kamu merindukanku?" goda Bram.Amel tersenyum men
Read more
Aku ingatkan kamu, jangan bicara apapun kepada putraku.
Sepanjang malam Amel tidak bisa tidur, walupun ada Mbok Inem menemaninya di sana. Wanita itu dengan rasa tidak sabar menunggu matahari segera terbit.Bibirnya tersenyum setelah melihat benda bulat yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidur, menuju angka enam. Bahkan suasana di luar sana sudah terlihat terang."Mbok, nanti temani aku ke stasiun ya," ucap Amel."Baik Nyonya," sahut Mbok Inem yang sedang 000⁰000⁰0merapikan tempat tidur."Setelah ini Mbok siap-siap, soalnya Tia sudah hampir sampai. Kasihan dia kalau terlalu lama menunggu." Amel kembali membuka mulut."Siap Nyonya."Sebelum Mbok Inem ke luar dari sana, Amel terlebih dahulu membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. Ia tidak percaya meninggalkan putranya sendirian di kamar.Tepat pukul 8 pagi mereka sudah meninggalkan kediaman Wijaya menuju stasiun. Setibanya di sana, Tia sudah menunggu mereka."Kakak," panggil Tia yang langsung memeluk kakaknya."Aku sangat merindukanmu," ucap Amel."Aku juga sangat merindukan Kak
Read more
Di bab ini sedikit panas, bijaklah dalam membaca.
Tiga hari telah berlalu, pagi ini senyuman manis terukir indah di wajah Amel. Ia membersihkan tubuh ke kamar mandi, lalu mengenakan gaun fit body serta memoles wajahnya dengan riasan tipis.Tadinya Amel berniat untuk menyambut Bram di teras, tetapi karena terlalu sibuk mempercantik diri! Akhirnya Bram yang menunggunya sampai selesai dandan.Pria tampan itu sudah 10 menit berdiri di pintu kamar, ia tersenyum melihat Amel yang beberapa kali mengganti lipstik. "Itu sudah bagus kok," ucap Bram dari pintu."Tapi Papah gak suka warna merah, Papah lebih suka warna pink muda," jawab Amel tanpa menyadari siapa lawan bicaranya."Aku suka kok."Amel menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengoles lipstik. Kepalanya berputar ke arah datangnya suara.Bibirnya terangkat karena senyum, "Papah," ucapnya sambil berlari mengejar Bram yang juga melangkah ke arahnya.Keduanya berpelukan melepas rindu yang terpendam selama 3 hari ini. Walupun hanya berpisah tiga hari! Tetapi bagi keduanya sudah sep
Read more
Maafin Mamah ya, Pah?
Tanpa menjawab, Tania menaruh yang ia bawa di atas meja, tepat di hadapan Bram."Apa ini?" tanya Bram."Ini perhiasan, aku ingin mengembalikannya padamu," jawab Tania dengan wajah serius.Bram terdiam sesaat, ia menatap kotak kecil yang ada di hadapannya, lalu beralih menatap Tania."Perhiasan apa?" Bram kembali bertanya."Hem." Tania berdehem sebelum membuka mulut, "Amel memberikan perhiasan ini kepadaku 3 hari yang lalu," ucapnya."Amel? Untuk apa dia memberikannya kepadamu?" Tentu Bram bertanya! Sebaik itukah istrinya! Sampai memberikan perhiasan dengan harga fantastis kepada orang yang sudah memisahkannya dari kedua orang tuanya. Siapapun tidak akan percaya hal ini, begitu juga dengan Bram. "Aku tidak tahu kenapa Amel memberikannya kepadaku. Dia hanya mengatakan, akan memberikan lebih dari ini." Bram semakin bingung mendengar jawaban Tania. Ia meraih kotak perhiasan dari atas meja, bangkit dari sofa lalu pergi tanpa bicara. Sementara Tania hanya dia di tempat, bibirnya terangka
Read more
Ma, apa yang terjadi?
Tania mondar-mandir di dalam kamar, ia kesal karena rencananya gagal. Jika ia tahu Bram tidak akan terhasut! Tania tidak akan mengembalikan perhiasan itu kepada Bram.Perhiasan seharga satu milliar lepas begitu saja, padahal ia sudah bersusah payah membujuk Amel untuk mendapatkannya.Sedangkan di tempat lain, Bryan sedang duduk sambil menikmati minuman dingin bersama Rico, di kafe favorit mereka."Ri, teman kamu sudah sampai di mana?" tanya Bryan yang sudah bosan menunggu sejak tadi."Lagi di jalan Yan, tunggu sebentar lagi ya?" bujuk Rico."Dari tadi di jalan terus, apa dia jalan kaki?" Bryan benar-benar kesal.Sudah satu jam mereka menunggu di sana, bahkan kedua pria tampan itu sudah menghabiskan 2 gelas minuman dingin. Namun wanita yang mereka tunggu belum juga muncul."Sebentar lagi pasti sampai kok, tenang saja waktumu tidak akan terbuang sia-sia."Rico baru saja selesai bicara, tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk dari wanita yang mereka tunggu sejak tadi.[Kakak di
Read more
Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?
"Mama juga berpikir seperti itu," timpal Tania dengan wajah serius, "Atau sebaiknya kita bawa Amel ke Dokter psikiater?" lanjutnya bertanya."Nanti kita bicarakan ini dengan Papah." Tentu Bryan tidak berani membawa Amel tanpa izin dari Ayahnya.Tania dan Bryan kembali masuk ke dalam kamar, Tania duduk di ranjang untuk menemani Amel. Sedangkan Bryan melangkah menuju balkon, setibanya di sana matanya langsung tertuju ke sebuah benda yang terletak di lantai. Bryan menunduk untuk meraihnya dari sana, "Anting siapa ini? Apa ini milik Amel." Bryan bicara kepada dirinya sendiri.Ia memasukkan anting itu ke dalam saku celananya, lalu masuk ke dalam kamar. Bryan yang penasaran dengan pemilik benda kecil itu, lantas melangkah menuju tempat tidur.Bibirnya berbicara dengan Tania, tetapi matanya memperhatikan telinga Amel yang terbaring di atas ranjang. Tetapi Amel sama sekali tidak memakai anting-anting, telinga wanita cantik itu terlihat polos tanpa perhiasan.Bryan yang masih penasaran, te
Read more
Bagaimana? Apa kamu melihat sesuatu?
Malam semakin larut Amel belum juga tidur, sedangkan Bram sudah tertidur pulas di sampingnya. Mata Amel selalu tertuju ke balkon, ia sengaja tidak menutup pembatas kaca agar ia melihat wanita berambut panjang yang akhir-akhir ini selalu muncul di sana. Amel berencana, akan menunjukkannya kepada Bram, agar suaminya itu percaya. "Sudah jam tiga," keluh Amel setelah melihat benda bulat yang terletak di atas meja di samping tempat tidur.Amel bangkit dari tidurnya, duduk dengan posisi bersandar di sandaran tempat tidur. Ia yakin wanita itu pasti muncul lagi. Namun waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 10 menit, yang ditunggu tak menapakkan wujud."Setiap ada Papah, kenapa wanita itu tidak muncul ya?" tanya dalam hati Amel."Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Bram sambil membuka mata dengan suara khas bangun tidur.Bram menarik tangan Amel, memaksa untuk kembali berbaring. Dikecupnya kening wanita cantik itu sambil tangan kekarnya memeluk dengan erat."Bagaimana sayang, apa tidurmu nyaman?
Read more
Karena dia bukan gila.
Setelah 60 menit duduk di balkon, akhirnya Amel dan Dokter kembali ke kamar. "Tuan, apa kita bisa bicara sebentar?" ucap Dokter."Tentu saja." Sebelum pergi, Bram terlebih dahulu menitipkan Amel kepada Bryan.Ia meminta putranya untuk menemani Amel sampai ia kembali. Dan hal itu tidak ditolak Bryan, justru pria tampan itu memang sudah berniat untuk bicara secara berduaan dengan Ibu sambungnya."Silahkan duduk." Bram mempersilahkan Dokter untuk duduk, setelah tiba di ruang tamu lantai dua."Terima kasih Tuan." Dokter duduk di hadapan Bram, "Begini Tuan, sebaiknya Nyonya Amel dibawa ke Dokter Psikiater," lanjutnya."Maksudnya?" Bram merasa terkejut."Halusinasi Nyonya Amel harus segera ditangani ahlinya. Waktu duduk di balkon, beliau mengatakan melihat seseorang di kursi taman, saat aku melihatnya! Tidak ada siapa-siapa di sana. Mungkin seperti itulah yang terjadi kepada beliau selama satu bulan terakhir ini. Jadi Tuan harus segera mengambil tindakan." Bram menghela napas kasar menden
Read more
Penghianat tidak boleh berkeliaran di rumah ini.
Satu malam Bram tidak bisa tidur, begitu juga dengan Amel. Sepasang suami istri itu hanya diam dan tidak saling bicara. Amel merasa kecewa karena Bram akan membawanya ke tempat yang biasa ditinggali oleh orang yang tidak waras. Sedangkan Bram memikirkan hal yang sama, tadinya ia sudah membulatkan niat untuk membawa Amel. Tetapi setelah mendengar ucapan Bryan, ia menjadi ragu."Mah," panggil Bram dengan lembut.Ia memeluk wanita cantik yang sedang berbaring di sampingnya, dengan posisi memunggunginya."Mah, maafkan Papah ya?" Bram kembali membuka mulut, karena tidak ada jawaban dari Amel.Amel menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar. "Papah gak perlu minta maaf," ucapnya.Bram memutar tubuh Amel menghadap kepadanya, "Papah melakukannya demi kebaikan Mamah. Papah gak tega melihat Mamah selalu ketakutan setiap hari.""Terserah Papah saja," jawab Amel dengan pasrah namun tak rela."Mamah marah ya?" tanya Bram."Tidak, Mamah tidak marah." Dari wajahnya terlihat kekecewaan y
Read more
Aku yakin, ini pasti ulah Tania.
"Ponsel siapa yang berdering?" tanya Bryan. Salah satu pelayan mengangkat tangan ke atas, wajahnya terlihat pucat, keningnya berkeringat dan matanya meneteskan butiran bening. "Sa....sa....saya Tuan," ucap Bibi Mina. "Kamulah penghianat itu," todong Bryan. "Maksud kamu?" tanya Bram kepada Bryan. "Iya Pah, dialah pelakunya. Papa tidak percaya?" tegas Bryan. "Mina ikut denganku." Bram meninggalkan ruang tamu, menaiki tangga menuju ruang kerjanya di lantai tiga dan diikuti Bibi Mina. Sedangkan pelayan lainnya kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Kini hanya tinggal Tania dan Bryan. "Yan, kamu tahu dari mana kalau pelakunya Bibi Mina?" Akhirnya Tania membuka mulut setelah semuanya pergi. "Tadi aku melihatnya ke luar dari hutan lindung, sedangkan wanita yang dilihat Amel masuk ke hutan. Sudah bisa dipastikan, Mina lah pelakunya," jawab Bryan. Sebenarnya Bryan tidak melihat Mina ke luar dari hutan, pria tampan itu sengaja berbohong. Bryan tidak mungkin mengatakan yang se
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status