All Chapters of Gairah Nakal, Sugar Baby: Chapter 71 - Chapter 80
229 Chapters
Ssttt..., jangan kuat-kuat.
Keduanya bergandengan tangan layaknya pengantin, Amel melangkah sambil tertunduk. Rasanya gugup dan malu diperhatikan oleh para tamu undangan. Kepala Amel yang tadinya tertunduk, tiba-tiba ia tegakkan setelah menyadari sesuatu. Amel mengerutkan kening, ia bingung melihat seorang pria paruh baya duduk di hadapan mereka."Bagaimana Pak, apa acaranya sudah bisa kita mulai?" tanya pria itu."Sudah Pak," jawab Bram."Baiklah." Pria itu menjulurkan tangan yang langsung disambut tangan Bram."Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara ananda Bram Pratama Wijaya bin Nicolas Pratama Wijaya dengan Amel Rahayu dengan mas kawinnya 40 geram emas, tunai""Saya terima nikahnya dan kawinnya Amel Rahayu binti Suharjo Abu dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.""Bagaimana para saksi?""Sah, sah, sah." Semuanya serentak mengatakan sah.Sementara Amel hanya tercengang, matanya membulat tanpa berkedip. Bahkan ia tidak sadar kalau Bram sudah menyodorkan tangannya."Sayang," panggil Bram dengan lem
Read more
Ow, ini sangat nikmat sayang.
Di bab ini sedikit panas, jadi bijaklah dalam membaca. Terima kasih.Jantung Amel dak dik duk saat Bram memeluknya. Pria tampan itu mendaratkan dagunya di pundak Amel, yang membuat wanita cantik itu bergidik akibat hembusan napas yang menembus telinganya."Amel, aku mencintaimu," ucap Bram dengan lembut tepat di telinga istrinya.Amel tersenyum sambil tertunduk, "Aku juga mencintaimu Bram," balas Amel dengan wajah malu-malu."Bisakah aku menyentuhmu?" Lagi-lagi Bram berbisik. Amel mengangguk untuk menjawab pertanyaan suaminya. Keduanya bersikap seolah-olah malam ini adalah malam pertama mereka. Entah mengapa Amel merasa canggung, padahal sebelumnya mereka sudah sering melakukan hubungan suami istri, bahkan seorang bayi telah terlahir dari hasil hubungan itu.Bram membuka kancing dan pengikat gaun Amel. Menanggalkannya lalu menaruhnya di lantai, kini wanita cantik itu hanya mengenakan lingerie berwarna merah cerah.Begitu juga dengan Bram, pria tanpa itu sudah menanggalkan seluruh pak
Read more
Enggak Pah, Mamah gak keberatan.
Sepanjang perjalanan dari rumah sakit menuju kediaman Wijaya, Bryan tidak berhenti membahasa tentang harta warisan. "Apa Papah akan segera membagi warisan?" tanya Bryan yang duduk di bangku depan, di samping pengemudi."Iya, Papah akan membaginya setelah kamu sembuh total," jawab Bram."Aku sudah sembuh Pah, jadi tidak masalah jika Papah membaginya dalam waktu dekat." Bryan benar-benar mendesak Ayahnya untuk segera membagi harta."Iya, nanti Papah hubungi Notaris dan Pengacara," sahut Bram.Mobil itupun kembali hening hingga mereka tiba di kediaman Wijaya. Amel yang duduk di balkon, segera menuruni tangga setelah melihat mobil Bram masuk dari gerbang.Wanita cantik itu menunggu di teras, bibirnya tersenyum lebar menyambut kepulangan anak sambungnya. Namun senyuman manis itu dibalas dengan tatapan sinis dari Bryan.Bram yang melihat hal itu, langsung melingkarkan tangannya di pinggang Amel. Mengajak wanita cantik itu masuk ke dalam rumah."Bagaimana keadaan kamu?" tanya Amel.Saat ini
Read more
Rencana sih, mau lanjut kuliah.
"Selamat sore Tuan Alex," sapa Lukas saat melihat Alex turun dari mobil."Sore Pak Lukas," sahut Alex dengan ramah, "Apa Bram ada di rumah?" lanjutnya bertanya."Ada Tuan, beliau sedang ada tamu.""Ow, kalau begitu aku menunggu di sini saja." Alex menjatuhkan bokongnya di sofa teras, ditemani oleh Lukas.Setelah 30 menit berlalu, akhirnya Notaris dan Pengacara ke luar dari pintu utama. Alex segera masuk, bergegas menaiki tangga menuju ruang kerja Bram di lantai tiga."Tok...tok...tok...""Masuk." Terdengar suara bariton dari dalam."Selamat sore Bro," sapa Alex sambil menjulurkan kepala dari balik pintu.Bram yang sedang menulis sesuatu, refleks memutar kepala ke arah datangnya suara."Alex, ayo masuk," sahut Bram, sembari mengajak sahabatnya untuk masuk.Alex melangkah dari pintu, duduk di sofa tamu yang ada di sana. Begitu juga dengan Bram, ia meninggal kursi kerjanya lalu menghampiri Alex ke sofa."Tumben, enggak biasanya," ucap Bram."Iya Bro, ada hal penting yang ingin aku bicara
Read more
Itu yang membuatku takut.
"Ada apa Mbok? Ada apa?" tanya Bram setelah tiba di lantai dua.Begitu juga dengan Tania dan Bryan yang juga ke luar dari kamarnya, ikut bertanya."Di...di...di...kamar Tuan," sambil menunjuk ke arah kamar Ramel.Mbok Inem terlihat ketakutan, tangannya gemetar, wajahnya pucat seperti mayat, bahkan bibirnya sulit untuk bicara.Bram berlari, ia mendorong pintu membukanya lebar-lebar. Keningnya mengerut melihat setiap sudut ruangan itu, tak ada yang aneh dan tak ada apa-apa. Di sana hanya ada Ramel yang tertidur pulas di atas tempat tidur.Tentu Bram dan yang lainnya bingung! Kenapa Mbok Inem berteriak dan ketakutan, sedangkan di kamar tidak ada yang aneh. Bram dan Amel segera mengangkat Ramel dari tempat tidur, membawanya ke ruang tamu yang terletak di lantai dua, begitu juga dengan yang lainnya.Bram menyodorkan air minum kepada Mbok Inem, memintanya untuk menenangkan diri. Setelah itu baru Bram bertanya, apa yang sebenarnya terjadi hingga membuatnya berteriak dan ketakutan."Mbok ken
Read more
Kasih jatah ya, Mah?
"Aku takut Bram tidak memberinya warisan. Karena tak mungkin Bram memberi hartanya kepada yang bukan darah dagingnya, sedangkan dia sudah punya anak kandung," jawab Tania."Jangan berpikir seperti itu, walupun Ramel anak kandung Bram! Bukan berarti semua harta warisan Wijaya jatuh kepadanya. Bram pasti berbuat adil terhadap kedua putranya." Tentu Amel bicara seperti itu, karena dia sendiri lah yang meminta Bram untuk memberikan hak Bryan."Apa kamu yakin?" Tanya Tania."Iya, aku yakin. Bahkan Bram sudah meminta Notaris dan Pengacara untuk mengurusnya." Amel bicara yang sejujurnya."Apa kamu tahu berapa persen yang akan Bram berikan kepada Bryan?" Tania benar-benar tidak sabar untuk mengetahui seberapa banyak warisan Wijaya jatuh ke tangan putranya.Amel menggeleng, "Aku tidak tahu, karena aku tidak berhak menanyakan itu," jawabnya."Iya sih, secara kan kamu baru dua Minggu menjadi istri Bram. Sebenarnya yang lebih berhak itu aku, karena akulah yang menemani Bram mengembangkan perusaha
Read more
Apapun alasannya, itu tidak adil bagiku.
Keduanya sedang asik bercumbu, tiba-tiba Amel membuka mulut."Stop Pah, tunggu sebentar," ucap Amel untuk menghentikan gerakan suaminya."Ada apa sayang," tanya Bram dengan napas menderu."Tunggu sebentar," sambil mendorong Bram dari atas tubuhnya.Amel menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, berlari masuk ke kamar mandi lalu menguncinya dari dalam."Ya ampun, dia benar-benar datang," ucap Amel sambil melihat cairan merah yang menempel di pakai dalamnya."Sayang, sayang," panggil Bram sambil mengetuk pintu kamar mandi."Tunggu sebentar Pah," sahut Amel dari dalam sana."Mamah kenapa?" Tentu Bram bertanya, karena Amel tiba-tiba saja berlari masuk ke kamar mandi lalu menguncinya dari dalam."Enggak kenapa-kenapa Pah." Suara lembut Amel dari dalam sana."Mah, bukan pintunya dong," desak Bram dengan rasa tidak sabar."Iya Pah." Amel membuka pintu setelah membersihkan tubuhnya, lalu melilitnya dengan handuk. "Kok mandi? Kan belum selesai! Masuk aja belum, baru gesek-gesek doang," uc
Read more
Yaudah, kalau cantik untuk kamu saja.
"Tidak sayang, kamu berhak mendapat warisan Wijaya. Karena kamu lah istriku saat ini sampai selamanya," bantah Bram."Iya, aku mengerti maksud Papah. Tapi aku ikhlas kok memberikannya kepada Bryan ataupun Tania." Amel memaksa ingin memberikan miliknya kepada Bram ataupun Tania."Yasudah, 10 persen dari milikmu akan saya berikan kepada Bryan," akhirnya Bram menerima permintaan istrinya."Sekarang Bryan mendapat 30 persen, sedangkan Mamah dan Tania mendapat 10 persen 10 persen. Sudah adil kan?" lanjut Bram."Tidak ada yang adil," geram Bryan.Ia bangkit dari tempatnya, bergegas menuju pintu utama lalu pergi meninggalkan kediaman Wijaya menuju kampus.Setibanya di kampus Bryan tidak sengaja bertemu dengan Riska di kantin. Pria tampan itu menatap Riska dengan tatapan tajam, yang membuat wanita cantik itu merasa risih dan langsung bertanya."Ada apa kak? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Riska.Bram bangkit dari kursinya, melangkah menghampiri Riska yang duduk bersama teman-temannya."A
Read more
Papah nakal, untung gak ada yang lihat.
"Itu ide bagus sayang. Ajak dia tinggal di rumah ini," jawab Bram."Yang benar Pah?" "Iya sayang," jawab Bram."Terima kasih Pah." Amel tersenyum bahagia.Setelah satu tahun terikat kontrak sebagai asisten rumah tangga, akhirnya Tia bisa bebas. Satu tahun yang lalu Tia menyodorkan dirinya sebagai asisten rumah tangga, untuk melunasi utang biaya pengobatan Ibunya. Dimana saat itu Amel pertama kalinya melarikan diri dari Bram, sehingga mereka tidak memiliki uang dan harus meminjam.Setelah Amel kembali kepada Bram, mereka sudah pernah berniat untuk mengeluarkan Tia dari sana dengan cara melunasi semua hutangnya. Tetapi ditolak, karena sang pemilik uang sedang membutuhkan asisten untuk merawat Ibunya yang sedang sakit.Akhirnya Tia pasrah menjalani sesuatu kontrak yang sudah ditandatangani. Bahkan wanita cantik itu tidak melihat Ibunya untuk yang terakhir kalinya, karena sang majikan tidak memberitahunya.Amel bergegas ke kamar, ia meraih ponsel dari atas meja rias lalu menghubungi adik
Read more
Satu milliar.
Amel baru saja menjatuhkan bokongnya di atas kursi, tiba-tiba terdengar suara alunan musik dari pintu. Seorang pria berkemeja hitam memainkan biola, saat itu juga Bram meraih setangkai bunga mawar dari atas meja, ia berlutut tepat di hadapan Amel. "Aku mencintaimu Amel Rahayu, sudi kah engkau hidup selamanya denganku?" ucap Bram sambil menyodorkan bunga kepada istrinya.Amel tersenyum sambil menutup mulut dengan tangan, matanya berkaca-kaca karena terharu mendapat surprise dari Bram. Sungguh Amel tidak menyangka Bram adalah pria romantis, ini kedua kalinya pria tampan itu memberinya kejutan.Amel bangkit dari kursi, jari lentiknya meraih bunga dari tangan Bram."Aku juga sangat mencintaimu Bram Pratama Wijaya, aku berjanji akan selalu ada untukmu dan putra kita. Baik itu dalam suka maupun duka, cintaku hanyalah untukmu seorang. Kamulah yang pertama, dan kamulah yang terakhir dalam hidupku." Amel mengatakan itu sambil meneteskan air mata.Bram bangkit dari lantai, dipeluknya Amel den
Read more
PREV
1
...
678910
...
23
DMCA.com Protection Status