All Chapters of AKU TANPAMU: Chapter 91 - Chapter 100
152 Chapters
91
“Namun, akhirnya saat kamu dan Khanza pergi meninggalkanku bahkan mengatakan ingin mengajukan perceraian. Aku baru menyadari jika tangisan dan air matamu jauh lebih berarti dari tangisannya. Maka aku yang sudah putus asa melampiaskan emosiku pada Nasya dan juga Indah. Aku baru berhenti ketika Nasya memohon dan mengatakan jika ia sedang hamil. Ternyata bukan Nasya, tapi kamulah yang menjadi kelemahanku, Tania. Aku sungguh gelap mata saat membayangkan kamu akan mengajukan gugatan cerai. Aku sanggup kehilangan jabatan dan karirku, aku tak lagi peduli akan itu semua. Tapi aku tak sanggup membayangkan jika harus kehilanganmu dan Khanza.”Ia berhenti, menatapku dan kembali mengusap pipiku.“Kemarin setelah keluar dari tahanan, aku akhirnya berpikir jika hidupmu akan lebih aman dan lebih baik tanpaku. Meski aku sendiri masih belum tau bagaimana hidupku tanpamu, tanpa Khanza. Aku berpikir jika rasa sakit yang kuberikan padamu tak akan terhenti sampai di sini. Urusanku dengan Nasya masih akan
Read more
92
Aku menggeliat ketika mendengar bel pintu berbunyi, sedangkan Mas Fahry masih memeluk tubuhku erat di sofa. Ia benar-benar melakukannya di sofa, melakukan aktifitas penuh peluh yang membuatku dan Mas Fahry akhirnya tertidur pulas di sofa setelahnya.Lagi-lagi bunyi bel membuatku terpaksa membuka mata yang masih terasa berat.“Kenakan pakaianmu, Sayang. Aku akan membuka pintu.” Mas Fahry menyodorkan pakaianku dan tadinya teronggok di lantai bersama pakaiannya.“Siapa yang datang, Mas?”“Entahlah.”Aku bisa mendengar samar-samar percakapan Mas Fahry dan tamu yang menekan bell tadi. Rupanya itu adalah Roy yang kembali datang dan mengantarkan mobil Mas Fahry sesuai perintahnya tadi.“Mas Hasan baru aja hubungin gue, Ry. Dia sedang menyusun rencana menyekap Nasya setelah Nasya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Gue masih pura-pura berada di pihaknya agar dia tak curiga. Gue mohon beri gue kepastian secepatnya, apa Mbak Tania mau nolongin gue buat nitip Nasya di rumah lu. Gue kasian nge
Read more
93
“Bu, Mas Fahry tak berbuat sejauh itu. Ibu tak usah khawatir. Lagi pula kalau lapor polisi pun tak semudah itu, apalagi Nasya tak punya bukti jika suaminya mencancamnya.”“Tapi, Nak ....”“Kali ini percaya pada Tania, Bu. Siapa tau setelah Nasya melihat ketulusan kita melindunginya, dia juga bisa menyadari kekeliruannya selama ini yang masih menginginkan Mas Fahry.”***Hari ini, Roy benar-benar membawa Nasya ke rumah kami setelah dengan susah payah aku meyakinkan ibu. Khanza sendiri juga sudah pulang ke rumah setelah dinyatakan sudah sehat oleh dokter, juga Mas Fahry, pasien yang bahkan meminta sendiri infusnya dilepas dan bahkan sempat mengajakku pulang ke rumah garden saat ia masih berstatus pasien.Menurut Roy, awalnya Nasya menolak ketika yang menjemputnya adalah Roy yang diketahuinya hanya sebagai rekan kerjanya satu perusahaan. Nasya pun sempat marah saat Roy berterus terang padanya bahwa selama ini ia adalah orang kepercayaan Hasan Lukman yang disuruhnya untuk memata-matai Nas
Read more
94
Tak banyak yang berubah sejak kehadiran Nasya di rumah selain tatapan matanya yang selalu mengikuti ke mana Mas Fahry. Namun Mas Fahry tak sekalipun mempedulikannya. Sehari-harinya ia hanya menghabiskan waktu bersama Khanza, dan lebih banyak berada di dalam kamar. Sesekali ia masih menerima panggilan telepon membahas masalah pekerjaan.Aku tau, sebenarnya Mas Fahry merasa tersiksa ketika aktivitasnya terbatas seperti ini. Keputusan perusahaan belum lagi keluar mengenai hukuman apa yang akan diterimanya. Sedangkan dari Roy, kudengar jika Nasya sudah kembali mengajukan surat pengunduran diri. Dari Roy pula aku mendengar jika saat ini Hasan Lukman sudah kembali ke Bandung dan mengurus perceraian juga pembagian harta mereka. Ia sendiri masih mempercayakan pengawasan Nasya pada Roy, tanpa tau jika saat ini Roy telah berbalik arah dan memihak pada Nasya.Malam ini, tak tahan terus menerus berada di dalam kamar, aku mengajak Mas Fahry keluar. Kami bertiga memilih menghabiskan waktu di taman
Read more
95
Mas Fahry memilih es krim yang dibawa ibu tadi, aku pun memilih salah satunya. Tak ada pembicaraan lagi antara kami karena asyik menikmati es krim. Namun saat aku membuka bungkus es krim yang kedua yang ternyata sudah mulai meleleh, aku menangkap tatapan tak biasa dari Mas Fahry saat aku menjilati es krim yang hampir meleleh. Lelaki itu meringis seperti sedang menahan sakit.Aku menautkan alisku menatapnya heran, sambil terus menjilat es krim rasa coklat di tanganku ketika tiba-tiba saja Mas Fahry merebut kasar es krim ku lalu membuangnya ke sembarang arah.Baru saja aku hendak protes ketika lelaki itu telah menciumiku dengan membabi buta dan membuatku kehabisan napas. Mas Fahry pun seperti kehabisan napas namun ia sama sekali tak menghentikan ciumannya. Tangannya meremas rambutku dan menahan kepalaku agar tetap berada pada posisi yang diinginkannya.“Mas!” protesku saat memperoleh sedikit oksigen.Namun ternyata protesku justru membuatnya semakin menggila. Lidahnya menerobos berkali-
Read more
96
Kami chek out dari hotel tepat di saat cuaca kota Denpasar sedang tak bersahabat. Hujan deras disetai angin kencang membuat beberapa petugas hotel terlihat ragu saat Mas Fahry meminta fasilitas pengantaran ke Bandara Ngurah Rai. Guide tour pun sudah dicancel semua oleh Mas Fahry, padahal masih ada 2 hari tersisa dari paket bulan madu yang sudah dibayarnya. Mas Fahry terlihat sedikit bersitegang dengan pihak hotel ketika mereka menyarankan menunda ke bandara mengingat cuaca sedang sangat buruk.Namun Mas Fahry bersikeras dengan alasan sedang ada urusan yang sangat penting yang tak bisa ditunda lagi, sementara aku hanya menatapnya dari sofa yang ada di lobby hotel dengan tatapan kosng. Pikiranku tak lagi fokus karena memikirkan keselamatan putriku.Berkali-kali aku harus mengusap sudut mataku, yang kemudian membuat Mas Fahry makin terlihat panik dan menuntut untuk segera berangkat ke bandara.“Kamu tenang dulu, ya, Sayang. Mereka sudah setuju mengantarkan kita sekarang juga. Jangan pan
Read more
97
Beberapa kali terdengar pengumuman dari petugas bandara yang mengumumkan jika kemungkinan tak akan ada penerbangan lagi hari ini karena beberapa fasilitas bandara dan beberapa antena juga roboh diterpa angin kencang. Aku semakin panik, sementara penampilan Mas Fahry makin terlihat acak-acakan.Hingga akhirnya kami benar-benar tak bisa terbang, lalu kembali terdampar di salah satu hotel yang berada di area bandara.“Mas, aku takut.” Kali ini tangisku makin kencang.“Ssshhh. Kamu tenang, ya, Sayang. Insya Allah Khanza tidak apa-apa.”Dia menenangkanku, padahal aku tau lelaki itu pun sedang merasakan hal yang sama. Tadi kudengar ia menelepon Mas Gufron dan meminta bantuannya untuk mencari Khanza. Aku juga mendengar ia menelepon Gibran, namun yang membuatku semakin khawatir ketika aku mendengar pembicaraannya dengan Gibran.“Tolong kamu awasi gerak-gerik Hasan Lukman di sana. Aku curiga dia berada di balik semua ini.”Degg!! Jantungku serasa mau copot. Jika dugaan Mas Fahry benar, aku be
Read more
98
PoV Nasya.Sudah beberapa minggu ini aku tinggal di rumah Mas Fahry. Awalnya aku terkejut ketika Roy, salah satu rekanku sesama arsitek di perusahaan mengatakan akan membawaku ke rumah Mas Fahry saat aku sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah menjalani perawatan akibat penganiayaan yang dilakukan Mas Fahry padaku.Keberadaan Roy sendiri masih menjadi tanda tanya besar bagiku. Aku tak terlalu akrab dengannya, meski dulunya kami juga satu kampus ketika kuliah. Memang tak jarang aku menangkap tatapan tak biasa darinya jika kami sedang bekerja. Aku merasa Roy sering diam-diam memperhatikanku, namun aku tak terlalu ambil pusing karena duniaku dan fokusku hanya selalu pada atasanku sekaligus mantan kekasihku, Fahry Aditama.Aku juga tau jika Mas Fahry dan Roy berteman, Roy bisa dengan santainya saling menyapa lu gue dengan Mas Fahry yang notabene adalah atasan kami di perusahaan.Maka kedatangannya ke rumah sakit dan mengurus semua administrasi kepulanganku sempat membuatku her
Read more
99
Awalnya kehadiran bayi dalam rahimku ini ingin kujadikan alat untuk menjebak Mas Fahry, namun ternyata semua tak berjalan sesuai rencanaku. Tindakan Mas Fahry yang menganiayaku dan Indah membuatku membuka mata bahwa lelaki itu sungguh tak lagi menginginkanku. Selama mengenalnya, aku belum pernah melihat lelaki yang kucintai itu semarah itu, apalagi menyakiti fisik wanita. Maka aku merasa sia-sia semua yang sudah kurencanakan.Benih yang tertanam di rahimku, benih hasil affairku dengan Mr. Adam ternyata tak dapat kujadikan alat untuk menjebak Mas Fahry. Meski aku sempat merasa senang saat beberapa kali Mas Fahry diam-diam mengunjungiku ke rumah sakit, memberi perhatian dengan menyuapiku. Namun ternyata itu semua dilakukannya hanya karena perasaan bersalahnya padaku karena telah mengangaiayaku.“Terima kasih atas perhatianmu, Mas,” ucapku saat itu sambil berkaca-kaca.Namun jawaban Mas Fahry sungguh membuat hatikun terluka.“Tak perlu berterima kasih. Jika saja kamu tidak dalam kondisi
Read more
100
Aku membanting ponselku ketika Mas Hasan sengaja memprovokasiku lewat telepon. Suara isakan tangis dari ruang tengah membuatku membuka pintu kamar. Di sana, di sofa itu, ibu Mas Fahry terlihat mengangis terisak-isak. Kurasa ia begitu menglhawatirkan Khanza, cucu kesayangannya. Rasa bersalah seketika memenuhi dadaku, jika benar Mas Hasan yang telah menculik Khanza, maka bagaimana pun aku adalah penyebabnya. Mas Fahry dan Tania sendiri belum terlihat, padahal tadinya kupikir mereka akan segera pulang dari Bali begitu mendengar berita mengenai hilangnya Khanza.Sosok wanita tua renta yang sedang menangis itu sungguh membuatku merasa sangat bersalah. Ibu Mas Fahry adalah satu-satunya orang yang terlihat tulus menerima kehadiranku di rumah ini. Tania dan Mas Fahry sendiri terkesan sangat cuek dan tak pernah menganggapku ada. Perlakuan dan perhatian Ibu Mas Fahry selalu mengingatkanku pada ibuku.Perlahan kuhampiri beliau.“Ibu istirahat dulu, ya,” ucapku ragu.Ibu menoleh padaku.“Tidak, N
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status