All Chapters of AKU TANPAMU: Chapter 101 - Chapter 110
152 Chapters
101
Aku menoleh pada sahabat Mas Fahry ini. Dulu, saat aku masih menjadi kekasih Mas Fahry, tak jarang ia mengajakku ketika sedang berkumpul bersama sahabat-sahabatnya, termasuk salah satunya Gibran, sahabat Mas Fahry yang tinggal di Bandung dan berprofesi sebagai dokter.“Kamu ada hubungan dengan Nilam, Gib?” tanyaku.“Iya, Sya. Aku bahkan sudah berniat menikahinya?”Entah kenapa ada rasa sesak di dadaku. Kenapa kedua kakak beradik itu dengan gampangnya bisa menaklukkan lelaki yang baik seperti Mas Fahry dan Gibran? Sedangkan aku? Aku kini bahkan dicap perempuan murahan karena mengandung anak dari pria lain.“Ada apa, Sya?” Gibran sepertinya melihat ekspresi terkejutku.“Apa kamu tau seperti apa latar belakang Nilam, Gib? Gadis itu pernah menjalin hubungan gelap dengan suamiku.”“Aku tau. Bahkan karena kasus menyekap Nilam lah suamimu kemarin berurusan dengan kepolisian dan ditahan.”“Tapi kenapa kamu masih menerimanya?”“Dia tak seburuk yang ada dalam pikiranmu, Sya. Dia hanya terjebak
Read more
102
PoV TaniaKeberadaan Khanza di apartemen Nasya membuatku yang tadinya meragukan jika Nasya terlibat dalam hilangnya Khanza meradang. Bukan karena keadaan Khanza yang diculiknya dari rumah. Bukan. Toh kulihat di sana Khanza justru sedang tertidur lelap di sofa bersama Nasya. Namun yang membuatku meradang adalah apa sebenarnya yang direncanakan wanita itu, perbuatannya menculik Khanza sudah membuatku dan Mas Fahry yang tengah berada di Bali sungguh dilanda kepanikan yang luar biasa. Belum lagi kesedihan dan kepanikan ibu ketika tau cucunya menghilang.Kurasa Nasya benar-benar tak punya perasaan, dia bahkan tak bersyukur bahwa aku masih mau menerimanya di rumah kami untuk melindunginya dari suaminya. Apa mata hati wanita itu sudah benar-benar dibutakan oleh cintanya pada Mas Fahry? Apa ia melakukan ini hanya untuk memancingku dan Mas Fahry untuk segera pulang dari bulan madu kami? Sungguh, apa pun alasan Nasya melakukan ini, aku sudah terlanjur marah pada wanita itu.“A-apa yang terjadi?
Read more
103
Ya, kami berdua memang masih dalam keadaan syok. Semalam, di tengah hujan badai yang terjadi di Kota Denpasar, kami berdua hanya bisa berpelukan sambil merapal doa berharap putri kami baik-baik saja. Mas Fahry bahkan dengan air mata berlinang meminta maaf berkali-kali padaku karena merasa tak bisa melindungi Nasya, berkali-kali juga kudengar ia menggumamkan kata maaf pada Mas Farhan atas kelalaiannya. Kami berdua benar-benar melalui malam panjang dengan pikiran masing-masing, dengan doa masing-masing.Maka, ketika aku tadi menangkap tatapan marahnya pada Nasya saat kami berhasil masuk ke apartemennya dan mendapati Khanza di sini, kurasa sangat wajar Mas Fahry marah. Bahkan mungkin jika Nasya tidak sedang dalam kondisi hamil, bukan tidak mungkin ia akan kembali menyakiti mantan kekasihnya itu.Aku tak ingin berlama-lama di sini. Keberadaan Khanza yang sudah aman dalam pelukan Mas Fahry kurasa cukup. Aku takut tak bisa mengendalikan emosiku jika Nasya masih saja berkilah. Seumur hidupku
Read more
104
“Sedang apa, Sayang?” Suara Mas Fahry mengejutkanku.“A-aku sedang membereskan barang-barang Nasya. Nanti akan kuserahkan pada Roy.”Mata Mas Fahry menatap ke arah tanganku yang sedang memegang ponsel Nasya.“Kamu membuka ponselnya? Untuk apa, Tania? Itu pasti akan menyakitimu. Nasya pasti masih menyimpan banyak hal tentangku di situ.”Rupanya Mas Fahry pun tau jika ponsel Nasya masih berisi semua tentangnya.“Tania, jangan pedulikan Nasya. Dia masih akan tetap seperti itu. Kamu hanya perlu percaya padaku. Jangan terpengaruh lagi dengan apapun yang dilakukan Nasya.”Aku mengangguk. Mbak Linda juga sudah pernah memperingatiku mengenai hal ini beberapa hari yang lalu ketika aku berkonsultasi padanya. Ya, aku masih intens berkonsultasi padanya agar hati dan mentalku bisa lebih siap menghadapi semua kegilaan Nasya, termasuk hal-hal seperti ini.“Tak mudah memang berada di posisimu Mbak Tania, tapi kurasa komitmen yang kuat di antara kalian lah yang akan bisa menguatkanmu. Tidak sedikit ko
Read more
105
Aku keluar dari kamar tamu setelah membereskan semua barang-barang Nasya. Ada rasa lega memenuhi hatiku mengingat aku telah menghapus video dan beberapa foto di galeri tersembunyinya tadi. Mas Fahry sendiri sudah lebih dulu meninggalkan kamar tamu setelah ulahnya tadi yang membuat bibirku terasa membengkak.“Itu apa, Nak?” Ibu bertanya saat melihat aku membawa paper bag keluar dari kamar Nasya.“Barang-barang Nasya, Bu. Tania akan menyuruh Roy, teman Mas Fahry, untuk mengantarkannya pada pemiliknya.”“Nasya enggak akan tinggal di sini lagi?”Aku menautkan alisku ketika mendengar ibu bertanya.“Tania tak akan mengizinkan dia ke rumah ini lagi, Bu. Apalagi untuk tinggal di sini.”“Tapi bagaimana dengan ancaman suaminya, Nak?”Alisku kembali bertaut. Kenapa ibu terlihat mengkhawatirkan Nasya?“Bukan urusan kita lagi, Bu. Tania dan Mas Fahry sudah berusaha membantunya, tapi ternyata dia malah membalas dengan menculik Khanza.”“Maafkan Ibu, Nak. Ibu bukan mau membela Nasya, tapi Ibu rasa a
Read more
106
“Karena Khanza anak istimewa, Nak. Allah memberikan Khanza dua orang ayah yang sama baiknya, yang sama hebatnya, yang sama-sama menyayangi Khanza.”“Tapi siapa yang duluan jadi ayah Khanza, Bun?”“Ayah Farhan adalah ayah pertama bagi Khanza, Nak. Kemudian saat ayah Farhan meninggalkan kita, ayah Fahry menggantikannya menjadi ayah bagi Khanza.”“Jadi ayah Fahry bukan ayah yang sebenarnya?”“Dua-duanya ayah Khanza, Nak. Maka Khanza harus bersyukur pada Allah. Khanza harus banyak mendoakan ayah Farhan yang sudah meninggal, karena hanya doa Khanza lah yang bisa menemani ayah Farhan di alam sana. Tapi Khanza juga harus berbakti pada ayah Fahry karena kini dia lah yang ada di samping Khanza dan melindungi Khanza. Kelak saat kamu sudah dewasa kamu akan mengerti dengan sendirinya, Nak.”Khanza masih berceloteh dan menggumam sendiri, seolah masih belum menerima jika Mas Fahry adalah ayahnya karena aku tadi mengatakan jika Mas Farhan lah ayahnya yang pertama.Dia ayahmu, Nak. Ayah yang selalu m
Read more
107
PoV NasyaHari ini weekend tiba, suara bell di depan pintu tak membuatku tergerak untuk membuka pintu. Aku memilih tetap duduk di sofa ruang keluarga rumahku sambil membaca novel roman yang belakangan kukoleksi demi membunuh waktu. Bukan tanpa sebab aku memilih bergeming dan menunggu Bik Inah yang membuka pintu, karena aku sudah tau siapa yang ada di sana, itu pasti Roy, rekan kerjaku di perusahaan yang belakangan ini rutin mengunjungiku di saat ia sedang libur.Dia adalah satu-satunya orang yang tersisa yang mau memberi perhatian padaku. Kuakui, dia lelaki yang baik, perhatian dan kepeduliannya disaat aku tak memiliki siapa pun terkadang membuatku terharu. Namun, hanya sebatas rasa haru. Tak ada perasaan apa pun selain itu. Meski telah beberapa kali Roy mengungkapkan perasaannya padaku, juga menawarkan hubungan yang lebih serius agar dia dapat menjagaku lebih intens lagi namun aku menolak semuanya. Hebatnya, meski telah berkali-kali kutolak, tapi lelaki itu tak pernah menyerah dan t
Read more
108
“Nasya, aku tak pernah mau ikut campur dengan masa lalu kalian. Aku tau kamu dan Fahry punya hubungan seperti apa dulunya, dan itu bukanlah urusanku. Namun sekarang menjadi urusanku ketika kamu masih menyimpan foto-foto mesra kalian dan bahkan video haram kalian di ponselmu. Lalu kamu akan selalu melihat itu, sementara Mas Fahry sekarang sudah menjadi suamiku. Kamu bahkan menggunakan videomu itu untuk mengancam suamiku dulu kan? Bagaimana mungkin aku tak ikut campur, Nasya?”Aku meraung, melempar ponselku ke dinding hingga benda itu pecah berkeping-keping. Tak ada gunanya berdebat dengan Tania yang selalu merasa dirinya benar. Tak ada gunanya juga aku masih memiliki ponsel itu, toh semua kenanganku yang ada di sana telah hilang.Saat itu Roy hanya menatapku iba. Roy, sekali lagi hanya Roy yang ada di saat aku merasa sudah tak sanggup lagi menghadapi semua masalahku. Ia dengan sabar membersihkan pecahan-pecahan ponselku. Bahkan beberapa hari kemudian membawakan ponsel baru untukku yang
Read more
109
PoV FahryJadwal pekerjaanku sangat padat hari ini. Setelah kembali memulai dari bawah karirku, aku tetap berusaha kembali menunjukkan prestasiku. Siang ini tim kami sedang melakukan survey lokasi pekerjaan yang dulunya adalah sebuah hotel bintang empat yang sudah menjadi rahasia umum jika hotel ini adalah tempat prostitusi yang banyak dihuni oleh para mahasiswi yang mencari pria-pria berkantong tebal. Hotel ini kemudian dibeli oleh seorang pengusaha yang kemudian ingin mengubahnya menjadi pusat perbelanjaan, tak lagi sebagai tempat bertransaksi maksiat.Setibanya tim kami di hotel yang ternyata masih beroperasi karena belum resmi berpindah tangan itu, beberapa gadis dengan pakaian minim segera menghampiri tim kami yang semuanya adalah lelaki. Memang tak ada lagi arsitek wanita di perusahaan kami sejak Nasya resign. Perusahaan pun bukan tak mencari tapi memang belum menemukan arsitek wanita yang secerdas Nasya. Harus kuakui, Nasya memang partner yang sangat menguntungkan dalam urusan
Read more
110
“Itu bukan salah gue, Roy. Gue juga udah minta Nasya untuk ngelupain gue.”“Tapi paling tidak bersimpati lah, Ry.”“Jadi mau lu gue harus apa?”“Hubungilah dia sesekali. Siapa tau dengan begitu jiwanya yang gersang bisa sedikit lebih segar. Gue benar-benar takut jika kondisi kejiwaannya makin parah.”Aku tetap berkelit, sementara Roy masih tetap membujukku untuk peduli pada Nasya. Sejujurnnya dalam hatiku ada perasaan tak tega mendengar cerita Roy, tapi aku juga tak mau salah melangkah lagi.Aku dan Roy serta beberapa rekanku menoleh saat pintu ruangan kami diketuk. Lalu sosok yang selalu kurindukan itu muncul di sana. Tania! Oh iya, aku baru ingat kalau tadi pagi aku menyuruhnya ke kantorku mengantar bubur kacang yang dibuatnya tadi pagi. Aku memang penyuka bubur kacang, namun belum sempat menikmati buatan Tania tadi saat atasanku menelpon dan menyuruhku datang lebih awal untuk persiapan kunjungan lapangan kami tadi. Maka aku meminta Tania untuk mengantarkan bubur kacangnya di jam is
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status