Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 91 - Bab 100
625 Bab
91. Sang pahlawan adalah
Pak Li mempercepat laju kendaraannya. Hal tersebut tentu membuat Nuha terkejut dan merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Didorong rasa penasaran, Nuha menggerakan bibirnya hendak bertanya. Namun Pak Li lebih dulu mengumpat.“Sial,”Pak Li memukul stir dengan keras. Melihat ekspresi Pak Li, membuat Nuha menduga pasti telah terjadi sesuatu.“Pak Li, ada apa? Kok bawa mobilnya ngebut, kayak lagi ikut tanding sirkuit F1?” tanya Nuha dengan memegangi sabuk pengaman dengan erat.“Mbak Nuha, sepertinya kita telah dibuntuti. Dua orang pengendara motor mengikuti mobil kita,” papar Pak Li dengan gelisah. Sudah lama dia tidak membawa mobil ugal-ugalan. Rasanya jantungnya berdetak tak karuan, antara takut dan gugup. Namun karena kondisi keterpaksaan, demi menyelamatkan majikannya, dia harus menjauhi dua pengendara tersebut.Mendengar penjelasan Pak Li, Nuha langsung menoleh ke arah kaca spion depan, sementara itu dia duduk di belakang.“Pak Li benar. Kita diikuti begal. Padahal aku hanya ta
Baca selengkapnya
92. Tamu malam hari
Aruni mengepalkan ke dua tangannya kesal. Seharusnya yang tengah bernostalgia dengan Nuha ialah dirinya, sang ibu karena tak lama tak bersua dengan putrinya. Namun justru yang terlihat saat ini ialah Nuha tengah asik bercengkrama di halaman depan rumah dengan pria yang menolongnya.“Wah, dunia itu sempit, Pak, eh … Om Naufal. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya. Kalau tidak ada Om, aku … “Nuha menunduk, dia trauma mengalami kekerasan seksual.Mereka kini duduk di atas kursi besi yang berjarak kurang lebih satu meter di halaman rumah yang luas. Nuha duduk sendiri sedangkan Naufal duduk bersebelahan dengan Pak Li.“Sudah jangan dibahas lagi. Lagipula secara tak sengaja saya berada di sana. Saya sedang melakukan survey untuk bahan baku di restoran,” jawab Naufal dengan sumringah.Tak ada angin dan tak ada hujan, akhirnya takdir mempertemukan mereka meski Naufal babak belur akibat terkena pukulan dan tendangan ke dua begal tadi. Sama seperti halnya Pak Lie, Naufal menola
Baca selengkapnya
93. Romantis
Hari ini Darren disibukan tak hanya urusan kantor tetapi urusan adiknya sekaligus. Dia bolak balik mendatangi kantor kepolisian.Di sana dia bertemu dengan Huda karena sengaja ingin mengorek informasi sesungguhnya yang terjadi di lapangan.“Mas Darren, tolong keluarkan aku! Papaku bahkan tak datang kemari, sepertinya dia murka karena kenakalanku,” ucap Huda yang tiba-tiba langsung memelas dengan mata yang berkaca-kaca. Penampilannya yang rapi kini berubah menjadi berantakkan, rambut acak-acakan dan wajah yang pucat pasi.“Mas, tolong bujuk Mama dan Papaku agar turun tangan. Khususnya Mama ‘kan seorang pejabat, pasti bisa membebaskan semua termasuk Daniel.”Darren menghela nafas panjang dan menatap intens Huda yang terlihat rapuh di hadapannya.“Aku ingin pilih rehab saja, Mas. Daniel sudah mengajakku mengonsumsi obat-obatan. Tapi … sungguh kami tidak melakukan aksi kriminal, pembunuhan. Itu semua fitnah. Apalagi menjual organ manusia, rasanya tak mungkin,”Darren menyimak dengan hati-
Baca selengkapnya
94. Ujian rumah tangga
Di sebuah masjid megah nan mewah, seorang pemuda keturunan Mesir tengah melantunkan ayat suci alquran dengan begitu merdu sehingga membuat para jamaah yang menghadiri acara tausiyah di masjid tersebut merasa terbawa emosi. Tangis haru menggema menyatu dengan kalam ilahi yang terpantul sangat indah.Hingga tanpa sadar saat bacaaan ayat berakhir, para jamaah masih terdiam menghayati bacaan yang telah tiba pada surat-surat pendek.“Masyaallah, sungguh indah sekali bacaanmu, Mas Attar,” seru salah satu pemuda yang merupakan seorang pengajar di pesantren.“Alhamdulillah,” jawabnya singkat. Dia memang tidak suka dipuji meski memiliki kemampuan yang mumpuni dalam suatu bidang. Merasa telah selesai menjalankan kewajibannya untuk mengisi bagian qiroat atau membaca Alquran, Attar menoleh dan memberi isyarat pada ustaz lain untuk meneruskan kegiatan tausiyah tersebut tanpa dirinya. Cukuplah Attar yang memiliki peran sebagai seorang qori.Attar mempercepat langkahnya keluar dari masjid tanpa men
Baca selengkapnya
95. Merajuk
“Honey, apa kau merasa haus?” tawar Kinan pada Jonathan yang kini tengah berbaring di ruang pemulihan.“Boleh, Sayang. Aku haus sekali,” jawab Jonathan dengan suara yang berat.Dengan sigap, Kinan langsung membuka tutup botol mineral dan menuangkannya pada gelas yang sudah diberi sedotan terlebih dahulu.Meskipun letih, Kinan adalah seorang istri yang begitu menyayangi suaminya. Dia rela terjaga saat malam demi baktinya merawat sang suami yang tengah sakit.Lukisan dua lingkaran hitam terlihat jelas di bawah matanya.Jonathan bangun dan bersandar. Dia langsung menerima segelas air minum dan menenggak nya perlahan. Sesaat kemudian, dia meraih tangan istrinya yang memegangi gelas bekas dirinya minum.“Sayang, maafkan aku yang selalu membuatmu kesusahan untuk merawatku,” lirih Jonathan dengan mata berkaca-kaca. Jonathan merasa bersalah, penyakitnya membuat istrinya menderita. “It’s okay, Honey,” jawab Kinan dengan melengkungkan senyum tipis. Dia terlihat kurang tidur.“Terima kasih suda
Baca selengkapnya
96. Pertandingan memanah
Saat ini Nuha merasa sangat malu. Bukan malu karena auratnya terlihat oleh adiknya. Namun ada lukisan abstrak yang dia sendiri baru pertama kalinya temukan di area leher dan tulang selangka.“Teteh ayo cepat buka kancing kemejanya, bagaimana bisa aku kerokin Teteh dan pijitin kalau Teteh tak mau membuka. Lagipula gak ada siapa-siapa.”Salwa menarik-narik kerah kemeja gamis yang Nuha pakai. Nuha masuk angin sehingga beberapa kali dia muntah dan pusing. Untuk meredakan masuk angin dia biasanya minta dikerok atau dipijat oleh umminya. Namun karena Aruni sedang ke kebun dan kebetulan hanya ada Salwa yang pulang sekolah lebih awal karena para guru tengah mengadakan rapat, Nuha meminta bantuan Salwa untuk mengerok bagian lehernya.Tak mungkin Nuha meminta bantuan Darren yang tak percaya soal pengobatan mujarab yang turun temurun tersebut. Darren pergi untuk menyelesaikan masalahnya dengan seseorang secara mendadak. Namun dia tak memberitahu masalah yang menimpa dirinya pada Nuha. Dengan ala
Baca selengkapnya
97. Aksi yang gagal
Para pelayan dan seorang coach yang menjadi juri pertandingan memanah menatap Attar dan Darren dengan raut cemas. Baik Darren Dash dan Muhammad Attar tengah beradu mulut di lapangan tersebut. Tentu saja tema yang mereka bahas ialah soal Mariyam Nuha.Meskipun Attar telah menikah dengan Maesarah Basri, rupanya dia masih memiliki keinginan untuk memiliki Nuha seutuhnya. Cintanya hanya untuk Nuha. Attar sudah tidak peduli tanggapan orang lain tentangnya. Attar tidak rela jika Nuha dimiliki oleh mitra bisnisnya. Dia merasa tersiksa setelah kehilangan Nuha.“Pak Zak, bagaimana ini? Jika mereka terus bertengkar tak menutup kemungkinan mereka akan beradu otot. Lihatlah ke duanya berbadan besar dan sama-sama menguasai ilmu bela diri, apa yang akan terjadi?”Salah satu pelayan menghampiri coach memanah dan mengutarakan kegelisahannya saat melihat Attar dan Darren.“Tapi ini akan menjadi perbincangan dan berita yang seru. Dua orang pengusaha tengah bertengkar …” kata pelayan yang lain.“Kalian
Baca selengkapnya
98. Mencintainya?
Sang ibunda begitu murka sangat mengetahui jika putranya yang begitu didamba-dambakan karena kecerdasan dan perangainya yang baik, Muhammad Attar bisa-bisanya melakukan sebuah taruhan demi mendapatkan apa yang disebut pepesan kosong, menurutnya.Muhammad Attar menangkup malu tatkala sang ibu menampar wajahnya di depan rivalnya, sang ibu telah berhasil menghancurkan harga dirinya sekaligus mempermalukannya.“Ummah …” lirih Attar tak terima mendapat perlakuan kasar dari ibunya. Sudut bibirnya berdarah saking betapa keras tamparan sang ibu padanya.“Ummah tak pernah mengajarimu untuk menjadi seorang pecundang! Ummah malu punya anak sepertimu!” ucapnya dengan geram dan memandang sang putra dengan tatapan yang tajam.Setelah menampar putranya Hj Rohana berbalik lalu tersenyum tipis pada Darren Dash.“Mohon maaf sebesar-besarnya Pak … um …”Hj Rohana mencoba mengingat nama asing, putra dari mitra kerja suaminya, Jonathan Dash.“Darren …” ucap Darren menimpali Hj Rohana.“Ah, ya, I am so sor
Baca selengkapnya
99. Tolong dia!
Seketika Nuha terkesiap mendapati sang suami tengah ikut tidur di sampingnya beralaskan karpet. Pasti Darren tak berani membangunkannya. Hatinya mencelos mengingat seorang pengusaha atau pimpinan perusahaan besar yang menjadi suaminya tengah tidur di sebuah rumah sederhana bahkan beralaskan karpet.“Aduh, Mas Darren ngapain coba ikut tidur di sini. Apa dari tadi bangunin aku tapi aku tak bangun-bangun?”Nuha menaruh jari telunjuknya pada pelipisnya.Nuha merasa iba melihat Darren, seorang anak sultan, pengusaha yang tak tanggung-tanggung kekayaannya yang melimpah, tidur di sana menemaninya.“Mas Darren,” lirih Nuha tetapi tak direspon.Nuha memposisikan tubuhnya agar sejajar dengan suami, tidur menyamping. Dia menjadikan kedua tangannya bantalan dan menatap suami berlama-lama.“Tampan …” gumam Nuha mengamati setiap inci wajah suaminya yang sudah tak bisa diragukan lagi ketampanannya.“Sudah menatapnya? Aku tampan dari lahir,” ucap Darren tiba-tiba membuka matanya dan menyematkan senyu
Baca selengkapnya
100. Kabar buruk
Suasana lapangan sebuah rutan yang terletak di Bogor terasa mengerikan setelah melihat salah satu tahanan yang tergeletak di atas lapangan berumput sintetis tersebut dalam keadaan bersimbah darah. Darah begitu mengalir deras menggenangi lapangan termasuk membasahi pakaiannya.Seorang pemuda berwajah kalem dan berambut pendek teriak panik tatkala melihat sosok yang bersimbah darah itu ialah sahabatnya. Tubuhnya seketika rubuh di dekat sosok itu dengan air mata yang saling berlomba menetes melewati ekor matanya.Beberapa detik kemudian kewarasannya muncul lalu dia kembali berteriak.“Tolong! Dia terluka …” pekiknya dengan suara yang lantang, bergetar dan penuh ketakutan.Sejatinya tak ada satupun yang bersedia menolongnya. Orang-orang yang tadi menjadi penonton acara pertandingan bola basket kini hanya bisa bungkam dan diam tergugu tanpa kata. Barangkali mereka takut atau tak berani menolongnya.Dengan perasaan yang berkecamuk, Huda berinisiatif menggendong tubuh sahabatnya tersebut mes
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
63
DMCA.com Protection Status