Semua Bab Kaulah Jodohku: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
MENGADU
Safa kembali tak berdaya, sejak tadi mundar-mandir ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu di dalam perutnya, tetapi tidak ada apa-apa. Wajahnya tampak lemas seolah tenaganya habis terkuras.“Sayang, kita tunda kepulangannya ke rumah Ayah, ya?” Azril tidak tega melihat Safa yang lemas seperti itu.Safa menghela napas, lalu melangkah yang dibantu olehnya. “Tapi, Mas, kamu sudah berjanji untuk mengajakku pulang bertemu dengan Ayah.”Perasaannya sedikit kecewa. Sekarang hari libur dan Safa ingin pulang sekaligus memberitahu kabar bahagia pada ayahnya secara langsung. Tatapannya memandang Azril agar bisa menego tawarannya.“Iya, tetapi keadaannya berbeda, Sayang. Lihat, kamu lemas begini dan aku nggak tega. Bagaimana nanti jika di perjalanan mualnya semakin tambah parah?” Azril tidak ingin mengambil resiko. Semua demi keselamatan istri juga buah hatinya.“Tapi aku nggak apa, Mas, ‘kan ini memang wajar terjadi,” timpal Safa berusaha meyakinkan sang suami.Azril bingung sendiri melihat ant
Baca selengkapnya
TENTANG HAZIMA
Selama perjalanan, Safa hanya diam. Otaknya terbayang dengan nama wanita yang Amih katakan, tampaknya sangat akrab bahkan respon suaminya pun begitu senang.“Kenapa, Sayang, ada sesuatu?” tanya Azril melihat istrinya yang tak berbicara.“Ah, tidak ada, Mas.” Safa mengalihkan pikirannya. Mungkin saja wanita itu masih saudara dengan Azril dan Safa sangat percaya pada suaminya.“Eh, A Azril ayeuna mah aya nu bisa dicekel nyah,” sapa para tetangga.Azril pun tersenyum ramah. Ia memang tak melepaskan genggaman Safa, sengaja ingin merasakan nikmatnya bergandengan bersama pasangan halal.“Muhun, Bu, alhamdulillah.”Safa juga ikut tersenyum tersipu. Berada bukan di lingkungannya memang terasa asing, tetapi tampaknya mereka semua orang baik dan Safa mulai merasa nyaman.“Bade ka mana kitu? Mampir sakedap.”“Hmm, hatur nuhun, Bu. Abdi bade ka tempat Neng Hazima sareng hoyong jalan-jalan si Neng.” Azril melirik Safa yang terdiam kaku.Safa tertegun saat Azril mengatakan wanita tersebut dan seper
Baca selengkapnya
MEMBANDINGKAN
Azril mendekatkan tubuh Safa ke dalam pelukan. Wanita itu diam seolah tebakannya memang benar. “Aku tahu kamu sangat mengenal dirimu sendiri daripada aku, Safa. Aku niat menikahimu bukan karena jabatan ataupun yang lain, tetapi dari akhlak dan paras hatimu yang mengagumkan. Lagipula, Allah juga yang telah memilihmu untukku.”Azril tak pernah memandang harta atau jabatan. Ia memperistri Safa murni karena hatinya juga Allah. Tidak sedikit pun terpikirkan jika harus memiliki istri yang wah sekali.“Rasanya percuma jika memiliki istri pintar, tetapi tidak pandai melayani suaminya. Terlebih jika kamu jadi wanita karir justru waktumu untukku akan sedikit,” ujar Azril memberi perumpamaan.Ia tak pernah menuntut Safa karena memang doanya ingin memiliki istri yang penurut dan salehah seperti Safa sekarang.“Dan yang harus kamu tahu jika kita mencari pasangan yang sempurna tidak akan dapat. Justru kita ditakdirkan bersama untuk saling menyempurnakan.”Setiap insan memiliki kelebihan dan keku
Baca selengkapnya
KEDATANGAN TAMU
Safa mengerjap saat mendengar suara salawat yang menggema. Kepalanya menoleh, memerhatikan Azril yang masih terlelap pulas.Ia turun perlahan tanpa mengusik dan berjalan menuju kamar mandi. Usai itu, Safa membangunkan suami yang ternyata sudah lebih dulu terbangun.“Baru mau Safa bangunkan, Mas,” ujar Safa mendekat melihat Azril yang masih malas untuk bangkit. “Eh, mau ngapain?”Safa terkejut saat suaminya tiba-tiba menyerang, tetapi dengan segera Safa mundur dan menjauh dari sang suami.“Mau peluk, Sayang. Aku masih ngantuk tahu, tetapi kamu sudah bangun duluan,” kata Azril sedikit memejamkan matanya.“Aku sudah punya wudu, sebentar lagi Subuh,” jawab Safa.Tanpa memedulikan ucapan Safa. Pria itu justru nekat dan berhasil merengkuh tubuh Safa dengan nyaman.“Nanti wudu lagi, Sayang, hmm.” Azril tak ingin melepaskan Safa.Sedangkan Safa hanya bisa diam dan menghela napas pasrah. Suaminya begitu manja seperti bocah. Safa pun tak bisa menolak yang akhirnya setelah lima menit menyadarkan
Baca selengkapnya
DIUSIK
Hati Safa bagai tertusuk belati. Ia baru saja merasakan kebahagiaan, tetapi seolah hilang oleh fakta Azril yang ternyata memiliki rahasia besar.Kini, dirinya termenung di dalam kamar, menangis dalam diam dan pikirannya kalut tak karuan. Tidak seharusnya Azril mengabaikan sesuatu yang sudah menjadi rencananya.“Kamu jahat, Ril!” lirih Safa pelan.“Neng, Neng Safa.”Terdengar suara panggilan yang dipastikan itu Amih. Dengan segera menghapus air matanya yang mengalir, tidak ingin membuat Amih khawatir.“Iya, Mih, ada apa?” jawab Safa dengan suara serak. Ia berusaha tersenyum, meski tidak sesuai pada hatinya.“Ayo makan dulu,” kata Hamidah lembut. “Mata kamu sembab, kamu habis menangis?”“Ah, enggak, Mih, mungkin karena terharu tadi lagi baca buku soalnya,” ujar Safa berbohong sembari mengusap wajahnya.Hamidah mengangguk, kemudian mengajak Safa menuju ruang makan. Di sana sudah ada adik bersama keponakannya yang menunggu. Sedangkan Safa semakin merasa tidak enak dan rasanya tidak mau ma
Baca selengkapnya
SAFA TERTEKAN
“Kamu sabar dulu. Bibimu memang orangnya begitu, dia selalu berpikiran buruk pada orang lain sebelum mengetahui faktanya.”Azril menghela napas. Ia tahu itu, tetapi tidak harus Safa juga bahkan saat ini Safa sedang mengandung. Bagaimana jika nantinya akan berakibat pada kandungannya.“Apa yang Bibi katakan pada Safa, Mih?”Pandangan Azril serius, ia ingin Amih berkata jujur tanpa harus ada yang ditutupi. Namun, belum juga menjawab sang empu hadir hingga membuat keduanya mengerjap kaget.“Serius banget, lagi ngomongin apa?” tanyanya tak sopan. Lisa menghampiri dan menuangkan air minum di meja.Sedangkan Hamidah memberi kode pada putranya untuk menahan emosi. Ia tahu putranya kesal, tetapi tidak bisa dibalas dengan kasar.“Oh iya, Ril, Meli dan Raisa minta ditemeni jalan-jalan katanya. Kamu bersedia?” Lisa menoleh memandang sang keponakan.“Maaf, Bi, Azril tidak bisa karena ada janji sama Safa,” kata Azril menolak secara halus.Perbuatan ibu beserta anak memang sudah terbiasa seperti it
Baca selengkapnya
BERITA PERJODOHAN
“Kalian kenapa?” Hamidah terkejut melihat putra beserta menantunya yang saling berlarian.Azril terdiam, kemudian matanya mengerjap saat mendapati Balqis di rumahnya. Seketika pikirannya menerka mengenai sikap Safa tadi. Apa mungkin istrinya cemburu?“Maaf, Mih, Azril duluan,” kata Azril pamit. Ia bergegas menyusul Safa yang menangis.Hamidah ikut cemas melihat menantunya seperti itu. Pikirannya tidak tenang dan berharap dia tidak salah paham dengan pembicaraan tadi.“Maaf, Nak, tadi istrinya Azril.” Hamidah merasa tidak enak. Niatnya ingin memperkenalkan Safa kepada Balqis, tetapi melihat Safa yang menangis mengurungkan keinginannya.Azril pun memasuki kamarnya perlahan, dadanya nyeri melihat Safa sesegukan yang kian kentara.“Safa,” panggil Azril lembut, jaraknya belum mendekat khawatir Safa berontak.“Kenapa kamu tidak berkata jujur padaku?” tanya Safa tanpa menoleh. Air matanya masih mengalir seiring rasa sesak yang terpendam.Azril diam, ia tidak tahu di mana letak kesalahannya.
Baca selengkapnya
TIDAK ADA DUANYA
“Lain kali tanyakan padaku, ya, jangan dipendam sendiri seperti ini. Apalagi sampai mengambil keputusan yang nantinya akan merugikan.” Azril mengingatkan, tidak ingin kembali terulang lagi.“Iya, salah kamu juga tidak beritahu aku,” timpal Safa memanyunkan bibirnya.“Iya kamunya tidak mau tanya. Coba tanya, terus bicarakan baik-baik, aku juga nggak akan marah ko.” Ia akan senang jika Safa menanyakan tentang dirinya. “Ini malah diam nggak jelas, terus nangis.”Azril menyindir sikap Safa yang membuatnya bingung. Safa sendiri sadar dan ia ingin Azril peka dengan keterdiamannya. Namun, Safa salah dan segala sesuatunya memang harus dikomunikasikan bersama.“Iya lagian siapa yang nggak kaget dengar suami sendiri mau dijodohin.” Safa masih tidak terima bahkan rasa emosi masih tersisa sedikit dalam dadanya.“Cie cemburu cie,” ledek Azril terkekeh.“Ish, ngeselin.” Safa pun bangkit dan berjalan meninggalkan Azril.“Mau ke mana?” tanya Azril cepat sebelum Safa benar membuka pintu.Safa menghela
Baca selengkapnya
KEMBALI DIHINA
Hari semakin berlalu, semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Safa yang mundar-mandir di dapur berbeda dengan Azril yang terlihat ramah menyambut para tamu yang datang. “Neng Safa sudah biarin, biar orang dapur saja yang bereskan.”“Tidak apa, Bu.” Safa tersenyum ramah sembari membawa nampan berisi cemilan.Sebenarnya tidak terlalu berat dan Safa juga tidak masalah. Daripada hanya diam memandang para tamu, terlebih ia tidak mengenalinya.“Ya ampun Mba Safa biar Ayu saja yang bawa. Mba Safa ditunggu sama Bu Hamidah di depan,” kata wanita yang usianya lebih muda.Mau tidak mau, Safa pun mengiyakan dan memberikan nampan tersebut kepada Ayu. Dengan langkah perlahan, Safa menghampiri ibu mertuanya yang sudah berkumpul di depan.Terlihat seluruh sanak keluarga memenuhi ruangan kecuali Safa yang merasa asing. Ia lebih memilih bekerja di belakang layar daripada ikut duduk tanpa ada suami di sampingnya.“Neng Safa sini, Nak,” panggil Hamidah pada Safa yang baru saja keluar.Safa p
Baca selengkapnya
SAFA HILANG?
Seorang wanita muda tengah duduk bercengkerama bersama anak kecil tanpa senyum kepalsuan. Bibirnya melengkung indah menanggapi ocehan demi ocehan yang menggemaskan.“Ma syaa Allah, kamu gemas sekali,” ujar Safa sembari mencubit pipinya yang gembul.“Loh, Neng Safa ada di sini?” tanya seorang wanita yang usianya lebih tua dari Safa.Safa tersenyum. Wanita itu merupakan ibu kandung anak kecil yang sedang bersamanya. “Ah, iya, Teh.”“Nggak bisa istirahat, ya?” tebaknya cepat. “Ya sudah kamu istirahat di kamar Fateh saja.”Bibir Safa kembali melengkung. Ia merasa tidak enak dan niatnya ingin mengajak bermain Fateh. Di rumah, Safa merasa tak nyaman dengan kehadiran bibirnya yang terus mengusik.“Ayo masuk, Neng,” kata wanita tersebut. “Ayo, Nak, ajak auntynya masuk.”Seperti mengerti, Fateh pun menarik lengan Safa dan membawanya masuk ke dalam. Mau tidak mau Safa mengikuti dan mungkin keadaan hatinya bisa lebih baik.Kehadiran Safa sudah dianggap sebagai keluarga. Padahal, belum genap satu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status