All Chapters of Unexpected Wedding: Chapter 101 - Chapter 110
206 Chapters
Bab 101
“Aku nggak mau mandi, nggak mau sekolah.” Rama bersedekap. Membalik tubuh, lalu membelakangi Raga. Masih memakai piyama tidur, dan tidak mau pergi ke kamar mandi walau sudah dibujuk sedemikian rupa. Raga yang sudah berjongkok sedari tadi, berusaha bersabar agar tidak memarahi Rama. Jika tidak, Lintang pasti akan memarahinya balik karena tidak bisa mengontrol emosinya. Sejak anak kedua Raga lahir, putra pertamanya itu semakin banyak bertingkat. Terlebih, ketika jenis kelaminnya tidak sesuai dengan permintaan Rama. Putranya ingin seorang adik perempuan, tetapi Lintang ternyata melahirkan seorang bayi laki-laki. “Terus maunya apa?” Akhirnya Raga bersila, karena lelah berjongkok sedari tadi. “Aku mau adek cewek!” Rama memutar sedikit tubuhnya, lalu memicing pada Raga. “Bukan adek cowok! Nanti kayak Papa.” Raga mengacak-acak rambutnya. Harusnya, Rama senang karena punya adik laki-laki, karena mereka bisa main bersama nantinya. Berbeda dengan adik perempuan, yang jenis mainannya jelas-j
Read more
Bab 102 (End Season 1)
Lintang baru saja meletakkan Mana di dalam box bayi, ketika pintu kamarnya di ketuk dengan perlahan. Jarum jam hampir menunjukkan ke angka sembilan, dan seharusnya Rama sudah terlelap di kamarnya. “Katanya Rama sudah tidur?” Lintang bertanya sembari melihat Raga yang berjalan ke arah pintu. Sejak ada Mana, Rama memang lebih sering menghabiskan waktu dengan Raga daripada dengan Lintang. “Tadi sudah tidur, Ma,” jawab Raga meyakinkan. Ia memegang handle pintu, tetapi belum membuka kuncinya. “Makanya aku tinggal ke kamar.” Setelah berucap demikian, Raga lantas memutar kunci dan membuka pintunya. Ia menunduk, dan melihat Rama memasang wajah cemberut di depan pintu. “Aku mau tidur di sini.” Belum dipersilakan, Rama langsung nyelonong masuk melewati Raga. Berjalan gontai menuju tempat tidur, lalu merebahkan diri dengan mapan tepat di tengah-tengah ranjang. “Bukannya tadi sudah tidur, Ram?” Raga menutup pintu, tetapi tidak menguncinya. Ia menghampiri Rama, lalu duduk di tepi ranjang. Dram
Read more
S2~103
“Mas … aku, hamil.” Intan tertunduk, dan tidak berani menatap Safir. Kedua tangannya saling meremas, menyembunyikan kegusaran yang sejak kemarin sudah menghantui. Bagaimana ini? Apa yang harus Intan katakan pada kedua orang tuanya nanti? Mereka pasti akan sangat kecewa dengan Intan, yang ternyata sudah melakukan sesuatu di luar batas pergaulan. Senyum Safir yang berada di belakang kemudi lantas memudar. Tidak jadi menginjak pedal gas, setelah mendengar kabar mengejutkan dari Intan. “Hamil? Kamu telat? Sudah dicek betul-betul?” Safir meraih tangan Intan dan mencengkram erat. “Su-sudah, Mas.” Intan mengangguk sembari meringis, karena cengkraman Safir yang tidak biasa. “Aku, aku bawa hasilnya kalau Mas Safir mau lihat.” “Nggak perlu.” Safir menghempas kesal tangan Intan, sembari menghela kasar. Ia mengusap wajah frustasi dengan amat perlahan, dan terdiam cukup lama untuk memikirkan beberapa hal. “Mas—” “Bukannya sudah aku ingatkan berkali-kali, jangan sampai lupa minum pil Kbmu, T
Read more
S2~104
“Safir!” “Raga!” Retno reflek menyentuh dadanya, ketika mendengar Raga berteriak saat memasuki ruang keluarga. Retno melihat Raga berjalan secepat kilat, melewatinya menaiki tangga. Dari wajah Raga, putranya itu sepertinya tengah marah pada Safir. Namun, seumur hidup Retno, ia tidak pernah melihat Raga semurka itu. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Mendadak diselimuti satu ketakutan tanpa alasan, Retno setengah berlari menyusul Raga menaiki tangga. Melihat kedua tangan Raga yang mengepal erat, Retno jadi khawatir sesuatu akan terjadi di antara kedua putranya itu. “Safir!” Saat tidak bisa membuka pintu kamar yang terkunci dari dalam, Raga langsung menggedor tanpa jeda. “Raga!” Retno menarik lengan Raga, agar berbalik menatapnya. “Kamu ini kenapa? Teriak nggak jelas, terus gedor-gedor pin …” Retno spontan menoleh pada pintu yang baru saja terbuka. “Kenap—” Belum selesai satu kata terucap dari mulut Safir, tubuhnya mendadak terpental kasar ke belakang. Karena tidak bisa menjaga ke
Read more
S2~105
“Berapa bulan?”Intan menggeleng, untuk menjawab pertanyaan Retno. Ia duduk seorang diri di sofa tunggal, menghadapi Retno dan Ario yang tampak gusar sedari tadi. Belum lagi, ada Lintang dan Raga yang juga ikut “menyidangnya” kali ini.Harusnya, Intan tidak terbujuk dengan segala kata-kata manis yang dimuntahkan Safir selama ini. Harusnya, Intan bisa menjaga diri dan tidak menyerahkan segalanya pada pria berengsek itu. Harusnya, Intan mendengar semua nasihat yang diberikan Raga, maupun Lintang kepadanya.Namun, semua itu tidak Intan lakukan.“Saya … baru tespek kemarin, Bu.” Intan tertunduk. Tidak berani menatap keempat orang yang ada di ruang keluarga saat ini. “Tapi … “ Intan segera mengusap air mata yang mulai mencair di sudut mata. “Mungkin … biar saya gugurin aja—““Intan!” Lintang langsung melempar protes tidak terima. Sebagai wanita yang sedikit susah, mendapatkan dua garis merah, Lintang tentu saja tidak setuju dengan keputusan Intan. Banyak wanita yang mungkin masih berjuang
Read more
S2~106
“Gimana, Tan?”Pagi-pagi sekali, Lintang segera menghampiri Intan di kamar tamu. Sambil membawa Mana yang sudah bangun sejak subuh tadi, tetapi belum dimandikan. Sebenarnya, Lintang hendak menitipkan Mana pada Raga. Namun, mengingat ada Rama yang juga harus ditemani, maka Lintang memilih membawa Mana untuk menemui gadis itu.“Sudah diputusin?” Dengan sengaja, Lintang meletakkan Mana di pangkuan Intan, untuk menggugah naluri keibuan gadis itu.Bagaimanapun juga, Lintang tidak ingin Intan menggugurkan bayinya dan berakhir menyesal di kemudian hari. Belum lagi, bisa saja ada resiko yang dialami Intan bila ada kesalahan dalam prosedurnya. Membayangkannya saja, Lintang sudah bergidik ngilu sendiri.“Aku masih bingung, Mbak,” jawab Intan yang memang sudah lihai membawa Mana. Selama tiga bulan bekerja paruh waktu di rumah Lintang, tentu saja Intan sudah cukup sering menggendong bayi lucu itu. “Mas Safir, kayaknya marah besar karena dipaksa nikahin aku. Makanya … aku kayaknya udah nggak mau n
Read more
S2~107
“Kenapa, harus buru-buru?”Orang tua Intan sontak saling melempar pandangan, ketika Ario mengatakan ingin menikahkan anak mereka dalam kurun waktu satu minggu lagi. Kedatangan keluarga Sailendra ke rumah saja sudah membuat syok, dan sekarang, mereka ingin menikahkan Intan dan Safir secepatnya.Sebagai seorang ibu, Jenny tentu merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Sejauh ini, Jenny tidak pernah mendengar putrinya memiliki hubungan dengan pria mana pun. Intan juga tidak pernah bercerita mengenai hubungannya dengan Safir, adik kandung dari Raga Sailendra yang dulu pernah tinggal di lingkungan mereka.“Intan masih kuliah, dan belum lulus,” tambah Jenny merasa tidak nyaman, dengan kehadiran keluarga terpandang tersebut ke rumahnya, yang ukurannya tidaklah seberapa.“Betul, Pak Ario.” Heru menimpali dan setuju dengan pendapat sang istri. “Atau, mungkin kita bisa tunangan aja dulu. Tunggu Intan lulus, baru kita nikahkan.”Retno tersenyum dan segera mengambil alih. Andai saja kedua orang tua
Read more
S2~108
Setelah mengetahui putrinya hamil di luar nikah, Heru sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Masalah pernikahan, sudah Heru serahkan sepenuhnya pada keluarga Sailendra. Ketika mereka mengatakan pernikahan tersebut akan digelar secara private dan terbatas, maka Heru hanya bisa mengiyakan.Pun ketika Retno meminta Intan tinggal di kediaman Sailendra, Heru dan sang istri tidak bisa menolaknya. Justru hal tersebut lebih baik lagi, untuk menghindari banyaknya pertanyaan yang mungkin dilontarkan pada tetangga. Apalagi, bila mereka nantinya menyadari perut Intan yang sudah membesar, dan menghitung-hitung tanggal pernikahan dan hari lahir bayi putrinya kelak.Terkadang, tinggal bertetangga bisa sangat merepotkan. “Kamu nggak kuliah?” tanya Jenni masuk ke kamar Intan yang tidak terkunci, setelah mengetuknya terlebih dahulu.“Aku bolos.” Intan yang masih rebahan di tempat tidur, segera berbalik menatap sang mama. “Mbak Lintang mau ke sini, habis ngantar Rama sekolah.”Jenny duduk di samping Inta
Read more
S2~109
Decakan Safir begitu keras, ketika sudah berada di area parkiran sebuah dealer mobil. Ia keluar, lalu menutup pintu mobilnya dengan kasar. Andai saja Raga tidak menelepon dan kembali memberi ancaman, Safir mana mau mendatangi Heru. Apalagi, pekerjaan pria itu adalah seorang satpam. Kenapa juga Safir harus berhubungan dengan Intan yang bodoh itu. Setelah Intan, Safir tidak akan lagi mau berhubungan dengan wanita yang polos, dan begitu naif seperti gadis itu. Ini akan jadi pelajaran pertama, dan terakhir kali, karena Intan benar-benar tidak berpengalaman seperti para wanita yang pernah bersama Safir sebelumnya. “Safir!” Suara itu, membuat Safir kembali berdecak. Namun, Safir segera memasang senyum ramahnya, saat berbalik dan menatap Heru yang berjalan ke arahnya. “Bapak kira, kamu nggak bisa datang,” sambuh Heru lalu membalik tubuh Safir, dan membawa pria itu terus berjalan mendekati gedung. “Bisa, Pak.” Andai tidak berada dalam ancaman Ario dan Raga, Safir pasti tidak akan mau bers
Read more
S2~110
“Sudah berani ngancam lo sekarang.”Safir berdecih. Menatap Intan yang baru saja memasuki mobilnya. Gadis itu memasang sabuk pengaman, dan tidak menatap Safir sama sekali.“Ini untuk pertama dan terakhir kali.” Intan menatap lurus. “Biar papa sama mamaku tahu, kalau mas Safir juga peduli dengan anak ini. Habis itu, aku nggak akan minta mas Safir temani aku periksa kandungan lagi.”“Terserah.” Safir mulai melajukan mobilnya, ke rumah sakit yang sudah Intan beritahu lewat pesan. Andai gadis itu tidak mengancam melaporkannya pada Raga, maka Safir tidak akan mau repot-repot menjemput Intan seperti sekarang. “Pokoknya, begitu anak itu lahir, gue mau tes DNA.”“Nggak perlu,” tolak Intan. “Setelah anakku lahir, mas Safir bisa ceraikan aku. Semuanya sudah aku bicarakan sama pak Ario, juga bu Retno. Hak asuh anak akan ada sama aku, dan mas Safir nggak perlu repot-repot bertanggung jawab untuk ngerawat dia kalau sudah lahir.”“Kenapa nggak perlu?” Safir memuntahkan satu tawa sinis. “Takut ketah
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status