All Chapters of Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan: Chapter 41 - Chapter 50
177 Chapters
Bab 41 ( Semakin Tersesat )
PLAK!Aku memegangi pipiku yang terasa perih. Belum reda rasa sakitku atas hadiah tamparan keras yang dilakukan oleh Papa, kini Mas Akbar menambahkan kembali rasa luka itu. Dadaku terasa berdenyut perih mendapati bahwa suamiku sudah berani menyakiti diriku karena tidak mau melakukan hal yang menurutku begitu menjijikkan.Bukan hanya aku yang terkejut dengan polah tingkah Mas Akbar yang keterlaluan. Pria di hadapanku ini juga nampak begitu terkejut dengan perbuatannya sendiri. Mas Akbar bergegas memperbaiki resleting celananya dan mencoba untuk menyentuh pipiku yang aku rasa sudah berganti berwarna kemerah-merahan."Jangan sentuh aku!" aku menepis tangan Mas Akbar."Mawar, maafkan aku.""Kau sudah berani menyakiti diriku mas dengan menyakiti hati dan tubuhku." Aku membalikkan badan, bersiap untuk melangkahkan kakiku keluar dari kamar. Namun, dari arah belakang Mas Akbar Kembali merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya."Jangan pergi Mawar, aku mohon. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan
Read more
Bab 42 ( Merasa Tak Memiliki Harga Diri )
"Beri satu alasan, mengapa Paman harus mengirim Akbar ke luar kota." Ucap Paman begitu penasaran dengan permintaanku agar Mas Akbar dapat dipindahkan ke luar kota."Paman pernah berkata padaku, jika aku membutuhkan sesuatu, paman akan membantu apapun permintaanku."Paman Hamzah tidak langsung menjawab. Beliau terlihat tampak berpikir sebelum menjawab permintaanku."Apa kau tidak ingin bercerita hal lebih spesifik lagi, alasannya kenapa Paman harus…"aku mengubah posisi duduk menjadi berdiri."Sepertinya paman tidak bisa memenuhinya." Potongku tanpa memperdulikan ekspresi wajah tidak Suka Paman dengan sikapku yang telah memotong pembicaraannya."Duduklah Mawar, Paman belum selesai bicaranya.""Paman hanya memiliki dua jawaban. Setuju atau tidak." Akhirnya Paman Hamzah menyerah. Kepalanya mengangguk setuju dengan permintaan dariku."Paman setuju?" kembali aku menduduki Sofa."Iya, tapi Paman butuh waktu. Agar Akbar tidak terlalu mencurigai ini semua. Biarkan Akbar bekerja sementara di
Read more
Bab 43 ( Bawa Aku Bersamamu, Mas...)
Hari berikutnya, aku bertemu dengan Abian untuk membahas mengenai Restoran yang akan kami dirikan. Merasa perlu berhati-hati, akhirnya Abian membawa Siti dan Aslan untuk janji temu kali ini agar tidak ada lagi kesalahpahaman antara diriku dan Mas Akbar. Walaupun Jujur, aku sama sekali tidak terpengaruh dengan kecemburuan atau tuduhan yang telah dilontarkan kepada diriku. Tapi, mungkin berbeda dengan Abian yang merupakan seorang pembisnis muda, Ia pasti sangat membutuhkan image yang baik untuk membangun citra dirinya tetap baik Dimata dunia."Mawar, kenapa Pipimu merah sekali? Sepertinya kau terlalu banyak menggunakan blush on sehingga warnanya tampak begitu mencolok!" komentar Siti saat duduk di sebelahku.Aku dapat melihat raut wajah Abian yang ikut memperhatikan wajahku. Ia adalah saksi mata saat Papa menamparku, namun Saksi kedua penamparan yang dilakukan oleh Mas Akbar hanyalah tembok rumah yang hanya dapat diam membisu."Benarkah? Mungkin karena aku terlalu bersemangat untuk mel
Read more
Bab 44 ( Aku Menunggu Talak Suamimu! )
Meski kadang Abian sering bersikap tidak ramah pada diriku, tapi pria berwajah tampan itu tetap mencoba untuk mengambil hatiku. Buktinya saja, sekarang tidak hanya ada aku dan Siti, Abian juga membantu diriku untuk memilih beberapa busana gamis brokat favoritku.Beberapa kali Siti mengedipkan matanya, memberi kode dirinya merasa risih dengan keberadaan Abian. "Apa kalian risih dengan keberadaanku?" tanya Abian Seperti paham dengan situasi tak nyaman ini."Sedikit. Lagian, seharusnya dirimu ikut pergi dengan Aslan." Jawab Siti terdengar tidak formal. Mungkin karena keduanya sedang berada di luar kantor. Terlebih, kami bertiga merupakan teman seangkatan semasa kuliah."Aku lebih penasaran dengan kata-kata yang kau pertanyakan pada Mawar ketimbang harus pergi bersama dengan Aslan. Lagi pula, hari ini jadwalku tidak terlalu padat."Aku menutup mulutku, terkejut mendengar jawaban Abian."Kau menguping!" sentak Siti tak terima dengan apa yang sudah Abian perbuat. Beberapa pengunjung mall y
Read more
Bab 45 ( Abian, Kau Menyebalkan! )
"Jangan bicara tidak-tidak Abian, karena sampai kapanpun Mas Akbar tidak akan menceraikan diriku!" sahutku kesal dengan sikap Abian yang terlihat begitu berharap aku dan Mas Akbar bercerai.Pria itu terlihat menyilangkan kedua tangannya di dada dan memandang ke arah orang-orang yang sedang melewati kami. maklumlah, Mall semakin ramai dikunjungi oleh para ibu-ibu yang terlihat begitu bersemangat. Mungkin ingin memburu barang diskonan."Aku selalu menjalani kehidupan ini dengan kehati-hatian dalam melakukan sesuatu. Selalu memikirkan bagaimana konsekuensi yang akan aku dapatkan jika sampai salah melangkah."Aku hanya diam mendengarkan perkataan Abian. Pria itu seperti sedang menyindirku agar tidak salah dalam melangkah. Beberapa detik kemudian, ponselku bergetar dan Sepertinya ada panggilan masuk. Saat melihat layar ponselku, ternyata Paman Hamzah yang sedang menghubungi diriku."Hallo, assalamualaikum Paman." Sambutku saat meletakkan ponsel pada telinga kananku. Entah mengapa, ada ras
Read more
Bab 46 ( Kepergian Mas Akbar)
Saat memasuki rumah, suasananya masih sepi. Sepertinya Mas Akbar belum pulang dari Hotel Paman Hamzah. Aku memilih untuk duduk santai di ruang tamu sambil menyalakan layar televisi. Pikiranku melayang membayangkan bagaimana cara Mas Akbar akan meminta izin pada Mulan, selingkuhannya itu. Pasti mereka akan bertengkar hebat dan Mulan meminta untuk tidak ditinggalkan. Jika tidak, setidaknya Mulan akan meminta agar Mas Akbar mengikutsertakan dirinya ke Jakarta."Kau sudah pulang?" Aku menatap ke arah pria yang merupakan Suamiku sedang berjalan santai menuju ke tempatku duduk.Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Mas Akbar. Wajahnya terlihat begitu kelelahan. Mungkin keduanya habis melakukan kegiatan olahraga suami istri sampai-sampai terlihat kelelahan Seperti itu.Mas Akbar duduk tepat di hadapanku."Besok aku akan ke Jakarta,""Kenapa mendadak?" aku berharap ekspresi wajahku tidak terlihat begitu datar."Paman Hamzah yang memberikan perintah agar aku bisa melihat langsung cara ke
Read more
Bab 47 ( Menjadi Sahabat Selingkuhan Suamiku)
"Apa yang kau lakukan disini, Rose?" kembali Mulan mempertanyakan hal yang sama. Lidahku terasa begitu kelu saat ingin menjawabnya. Kedatangan Mulan yang secara tiba-tiba membuat diriku sangatlah terkejut."Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?" pertanyaan yang dibalas dengan pertanyaan. Sebenarnya itu adalah ciri-ciri orang yang sedang dalam keadaan susah untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang pertama."Mencari suamiku…" jawabnya terdengar begitu memilukan. Wajahnya yang tadinya tampak berseri-seri berubah menjadi memerah seperti menahan air matanya."Lalu, dimana suamimu?" aku berpura-pura mencari sosok suami Mulan."Sepertinya sudah berangkat dengan istrinya," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu masuk keberangkatan bagi para penumpang."Maaf Mulan, bukankah kau istrinya?" Mulan menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku hanya simpanannya. Walaupun dia telah menikahiku secara agama, tetap saja aku adalah wanita simpanannya."Dadaku terasa berdenyut
Read more
Bab 47 ( Rahasia Abian Dan Paman Hamzah)
Aku hanya dapat diam mendengarkan percakapan dua orang pria berbeda generasi itu. Setahuku, Abian dan Paman Hamzah adalah dua orang yang tidak terlalu akrab, bahkan dalam urusan pekerjaan. Tapi, kali ini aku dapat mendengar sendiri bagaimana tawa renyah terdengar keluar begitu saja dari mulut keduanya.Kepalaku lama-kelamaan terasa sedikit pusing karena terlalu lama berada di dalam toilet yang memiliki wangi lavender. Jujur saja aku tak suka dengan wangi ini."Baiklah, kalau begitu. Ini sudah waktunya makan siang, Paman pamit pulang."Samar aku mendengar suara Paman Hamzah yang terdengar pamit untuk meninggalkan kantor Abian."Mawar, apa yang…"Pandanganku tiba-tiba saja begitu gelap. Setelah menahan rasa mual dan sakit kepala yang tak tertahankan akhirnya tubuhku tumbang juga. ***Aku merasa mencium aroma wangi minyak kayu putih. Kedua mataku terasa begitu berat untuk sekedar membuka dan melihat sekitaran. Cahaya yang masuk kedalam mataku terasa begitu menyilaukan."Kau sudah
Read more
Bab 49 ( Aroma Bangkai Yang Telah Tercium )
Selagi melewati jalanan yang masih belum terlalu ramai kendaraan, Abian kembali memelankan laju kendaraannya. Ingin rasanya bertanya, tapi aku merasa tak enak sekaligus masih merasa kesal dengan sikap Abian yang masih menyimpan rahasia tentang pertemuannya dengan paman Hamzah."Kalau ada yang ingin kau tanyakan, katakan saja. Bisa-bisa kau mati penasaran dengan isi pertanyaan di kepalamu."Aku menoleh melihat ke arah Abian. Pria itu nampak membuka kaca jendela mobilnya dan dengan cekatan mengeluarkan sebatang rokok dan korek api. "Mulutmu Seperti seblak pedasnya kalau bicara!" aku ingin sekali mengomentari tentang hal yang baru saja aku lihat. Karena setahuku, Abian bukanlah seorang pecandu rokok. Tapi, hal itu urung kulakukan. Aku bukanlah siapa-siapa bagi pria berbulu mata lentik itu, jadi tak sepantasnya diriku melarang atau menegurnya.Aku membuang pandangan ke arah jendela. Segera aku membuka jendela mobil agar asap rokok Abian dapat bebas keluar bersamaan dengan angin yang berh
Read more
Bab 50 ( Akulah Orangnya! )
Siti ingin sekali menghindari pelukan hangat yang dilakukan oleh Mulan. Tapi, Ia tahu jika hal itu dilakukannya, rencana Mawar akan berantakan karena ulahnya."Apa kabar?" tanya Mulan sambil melepaskan pelukannya."Baik. Kau?" hanya dua kata itu yang mampu Siti ucapkan."Ini Suamimu?" Mulan menatap Aslan sebentar lalu kembali memandang wajah Siti."Dia…""Perkenalkan, Saya Aslan. Tunangannya Siti." Aslan menyodorkan tangannya dan disambut dengan hangat oleh Mulan.Siti nampak begitu terkejut, namun beberapa detik kemudian Ia mampu menetralisir rasa terkejutnya dengan sebuah senyuman."Kalian baru datang ya, tapi sayang sekali aku harus bergegas pulang. Dan memakan ini sendirian di rumah." Ucap Mulan sambil memamerkan sekantong kresek yang berisi makanan."Tak masalah," sahut Aslan terdengar begitu cueknya."Baiklah, mudahan kapan-kapan kita bisa berjumpa lagi Siti. Jujur, selain dengan teman baruku yang bernama Rose, sepertinya kau juga mampu menarik perhatianku."Setelah Kepergian Mu
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status