All Chapters of Istri Pura-Pura Direktur Kejam: Chapter 41 - Chapter 50
123 Chapters
Bab 41 - Dzaka dan Masa Lalunya
“Kita tidak bisa seperti ini terus, Sa.”“Maksud kamu apa, Ay. Apa kamu sudah memutuskan untuk menikahiku?” Clarissa menyunggingkan bibir tipisnya. Ia mendekati Dzaka yang berdiri di dekat jendela apartemen milik Clarissa. Sejam yang lalu, dia mendapat telepon dari Fikri bahwa traumanya Clarissa kambuh. Dia sempat histeris dan mencari-cari Dzaka. Dzaka memutuskan untuk datang, meski sebenarnya sangat tak enak hati kepada istrinya yang sedang sakit. Namun, beruntung karena Kirana mengizinkan walau sebenarnya Dzaka tahu istrinya sangat berat untuk sekadar mengiyakan, meski Dzaka sudah menjelaskan permasalahannya.“Aku sudah lama menunggu saat itu, Ay.” Clarissa memeluk Dzaka dari belakang. Dzaka yang diperlakukan seperti itu sangat risih. Dia melepaskan tangan Clarissa dari tubuhnya dan berjalan menjauh. “Kamu tau, Sa, kita sama-sama tau bahwa orang tuaku tidak pernah merestuiku bersamamu. Hubungan kita hanya gini-gini saja, bukan?”“Senantiasa kau minta kepastian, sedangkan aku tida
Read more
Bab 42 - Tanda-Tanda
Kirana turun dari ranjang dan membantu suaminya melepas jaket. Namun, lagi ... ia mencium bau parfum wanita yang beberapa hari ini kerap menganggu indra penciumannya ketika Dzaka pulang telat ataupun izin keluar meski malam merangkak. “Ada banyak kerjaan di kantor, Sayang,” ucap Dzaka, tak lupa memberikan kecupan singkat di kening istrinya. Kirana mengernyit, entah kenapa ia merasa ada dusta di antara mereka. Ada sesuatu yang tersembunyi seolah tidak boleh diketahui olehnya. Kirana tak tahu, apakah ini hanya ilusinya karena beberapa hari belakangan ia merasa badannya tak enak? Emosinya tidak stabil, bahkan kerap mual dan pusing, atau mungkin memang suaminya yang menyembunyikan sesuatu darinya?“Yakin?” Kirana menaikkan kedua alisnya. Beberapa saat, ia berjalan ke arah keranjang kotor. “Tapi, bau parfum wanita di bajumu itu seolah menolak semua perkataanmu, Mas.”Dzaka spontan mencium bau badannya sendiri. Benar saja, baunya tercium san
Read more
Bab 43 - Kepergok
Setelah mendapat telepon dari Fikri, Dzaka langsung bertolak ke apartemen Clarissa. Kabarnya, gadis itu mencoba melukai dirinya sendiri mengunakan silet dan pecahan kaca. Fikri dan Wina tak bisa menenangkan, malah semakin histeris. Mau tidak mau, Dzaka yang harus turun tangan. Pasca Dzaka memutuskan untuk jujur tentang pernikahannya kala itu, Clarissa mulai uring-uringan. Mentalnya kembali down dan kerap menyakiti dirinya sendiri. Ia merasa sudah tak ada yang sayang dengannya lagi. Sebab, Dzaka juga meninggalkan dirinya. Itulah sebab, mengapa Dzaka sering pulang telat, keluar malam, bahkan jika di kantor sekalipun ia akan menyusul Clarissa jika mendapat kabar kalau gadis itu mengamuk sampai histeris. Sebenarnya ia tak enak hati berbohong pada istrinya, tetapi dia juga tak ingin Kirana sakit hati dengan kejujurannya. Namun, ternyata dia salah, kebohongan justru sama saja. Membuat istrinya kecewa dan sakit. Sejujurnya Dzaka merasa bersalah karen
Read more
Bab 44 - Haruskah Menyerah?
“Mas, tolong jangan katakan apa pun sama Mas Dzaka. Tentang aku ke rumah sakit dan termasuk kalau aku sedang mengandung anaknya.” Raut wajah Kirana penuh permohonan. Ludahnya tertelan sesekali, sorot teduh netranya berkaca-kaca. Laksana seperti orang yang punya terlalu banyak kebimbangan. Semua tampak jelas dari tatapannya. “Tapi kenapa, Nona?” tanya Fikri bingung. Kirana menunduk diam. Ia bahkan sampai lupa bahwa ada seorang kakak di sebelahnya sedang berjuang mengendalikan jiwanya dari rasa takut nan gelisah yang tengah terpontang-panting dengan kehadiran Fikri.“Aku tidak mungkin merahasiakan hal sepenting ini pada Tuan Dzaka, Nona. Dia akan marah besar,” ungkap Fikri semakin membuat Kirana nelangsa.Hatinya yang remuk redam mengantar air mata yang jatuh tanpa diminta. Dengan sigap, Kirana menghapusnya, kemudian membayarnya dengan sebuah senyum palsu. “Aku tidak ingin Mas Dzaka berat menceraikanku jika tau sedang hamil.” Ia menghela napas berat. “Jadi, tolong berjanjilah padaku,
Read more
Bab 45 - Selingkuh?
“Bunda,” sapa Kirana menghampiri Bunda Andari yang Bunda Andari yang sedang duduk di sofa khusus untuk menunggu.Pandangan wanita paruh baya itu yang semula fokus ke layar ponselnya langsung mendongak, memandangi Kirana.“Hei, Neng Geulis.” Ia berdiri, kemudian memeluk wanita itu. Tak lupa mencium pipi kiri, kanan, dan kening menantunya. “Bunda ke sini, kenapa nggak ngomong?” tanya Kirana. Dia memasang wajah cemberutnya. Lalu, mengikuti Bunda Andari, duduk di sampingnya. “Intentional atuh, Sayang. Ada urusan” Andari mencubit pipi Kirana gemes. “Oh, ya? Kamu teh keliatan pale, are you sick?” Andari menelisik setiap inci wajah Kirana. Seketika keringat dingin mulai mengucur, darahnya berdesir hebat. Jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana ini? Ia belum ingin mertuanya tahu tentang kehamilannya. “Perasaan Bunda aja kali. Aku nggak apa-apa, kok,” ucapnya tersenyum sumir.Andari tak percaya
Read more
Bab 46 - Mencari Tahu
Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dzaka. Kirana yang baru membuka pintu sedikit membulatkan mata. Ia seketika langsung beku di tempat. Tak jadi masuk. Tadi, seharusnya ia datang bersama Dzaka, tetapi pamit ke toilet terlebih dahulu, sementara Dzaka langsung menyusul sang bunda di ruangannya. Kirana meneguk liurnya susah payah, ia sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Bunda Andari menampar putranya. “Terang teu, apa kesalahanmu?” tanya Andari pada Dzaka yang memegangi pipinya. Tanpa menunggu jawaban, Andari merogoh ponsel dari tasnya. Ia menunjukkan sebuah foto tepat di depan wajah Dzaka. “Ini naon?” tanya Andari lagi. “Mau ngawadul sama Bunda?”“Bun, ini tidak seperti yang Bunda pikirkan.” Dzaka membela diri. Andari menggeleng. “Sudah sabaraha kali, Bunda teh bilang, jangan berhubungan sama dia, Dzaka. Don't get close to her!” bentak Andari.Kirana yang masih mengintip
Read more
Bab 47 - Cinta Buta
Kirana dan Dina saling berpandangan. Mereka ketahuan sedang ngobrol santai di waktu kerja. Dina baru mendongak saat menyadari kalau cctv ada di mana-mana. Ia spontan menutup wajah dengan satu tangan. “Mampus,” lirihnya.“Maaf, Pak Dzaka yang terhormat. Kita lagi ada anu ... e ... itu.” Kirana tak tahu harus beralasan apa. Kini, ia hanya mampu menggigit bibir.Sepersekian detik, layar ponselnya kembali menyala, terlihat Dzaka yang ingin melakukan panggilan video dengannya. Kirana menerima dan menghadapkan ponsel ke wajahnya. “Bunda udah pulang, Mas?” tanya Kirana basa-basi. Ia tahu tadi Dzaka hanya bercanda, tetapi Dina malah kelihatan panik. Ah, mungkin Dina lupa dengan siapa tadi berhadapan. “Udah, kamu kenapa nggak ke ruangan tadi? Bukannya cuma pamit ke toilet?” tanya Dzaka dari balik layar. “Emm ....”“Aku tidak terima alasan, makan siang nanti wajib makan bareng. Oke?”“Iya, deh, iya,” simpul Kirana yang menjadi akhir dari obrolan virtual mereka. Tiba-tiba saja, saat hendak
Read more
Bab 48 - Bertengkar
“Berhentilah untuk meracuni pikiran mamaku.” Clarissa menoleh ke arah lain, tak sedikit pun ingin memandang wajah memuakkan Danial.Danial tertawa pelan. Dia mendekatkan wajah ke arah Clarissa. Kemudian berbisik, “Mamamu yang tergila-gila padaku, Nak.”“Karena kau yang menggodanya,” timpal Clarissa emosi. Dia berusaha menetralkan suaranya yang mulai bergetar. “Aku hanya kasian melihatnya kesepian.” Danial tersenyum menyeringai. Lalu, beralih masuk ke rumah. Namun, baru beberapa detik ia kembali keluar. “Oh, ya. Nak, berhentilah untuk mendekati putraku karena dia sudah menikah,” ujar Danial. Satu tangannya berada di saku celana.“Atau kalau tidak, kau akan dicap pelakor seperti mamamu,” imbuhnya penuh penekanan.Tangan Clarissa kian bergetar. Degub jantungnya mulai tak stabil. Namun, ia berusaha kuat dan berdiri tegar di hadapan pria itu. Dia tidak ingin lagi terlihat lemah meski semua orang pada tahu bahwa ia pengidap depresi. “Kau memintaku menjauhi putramu, tapi kau tidak ingin m
Read more
Bab 49 - Kirana Hilang
“Aku sangat takut Om Danial akan merencanakan hal buruk untukku, Ay.” Clarissa tersedu-sedu. Mereka kini berada di sebuah cafe terdekat dari kantornya. Mendengar cerita Clarissa yang tiba-tiba datang dan sesenggukan di pelukannya. “Aku takut kejadian itu terulang,” ucap Clarissa. Tangannya tetap bergetar, meski terlihat berusaha melawan ketakutannya. Wina berupaya menenangkan.“Dzaka ... Fikri, tolong bantulah aku untuk mencari bukti kuat pembunuhan Randy,” pinta Clarissa. Di matanya hanya ada sirat permohonan.Dzaka melongo kaget. Ia tak menyangka Clarissa akan sejauh ini. Bagi Dzaka, itu hak dia untuk menuntut keadilan, tetapi prosesnya tidak akan mudah. “Itu akan sulit, Clarissa,” ujar Dzaka diikuti Fikri mengangguk membenarkan pernyataan Dzaka.“I see, tapi aku hanya ingin menuntut keadilan. Kalaupun tidak berhasil, setidaknya aku sudah menyuarakan hakku,” tutur Clarissa. Dzaka menghela napas panjang. D
Read more
Bab 50 - Perseteruan Dua Sahabat
Angin petang mulai berembus kencang, menampar lembut pipi wanita yang sedang berjalan sembari sesekali mengusap perut datarnya. Isi kepala berkecamuk disertai dengan perih pun pilu organ lunak bernama hati dalam tubuhnya. Rasa nyeri dan sesak sedari tadi juga menusuk-nusuk di dada. Alhasil, membuat pertahanannya membuncah tanpa ragu meski susah payah ditahan. Ia tak peduli pandangan orang-orang yang melihatnya berjalan bak tak punya tujuan. Saat ini, dia hanya butuh ketenangan. Menghindar dari orang-orang yang membuatnya terluka cukup lebih baik baginya. Terlepas dari rasa sakit, ia juga kecewa dengan Dzaka yang tidak mengikutinya tadi. Padahal, meski marah, dia masih berharap Dzaka punya inisiatif untuk membawanya pulang ke rumah.Namun, apa? Dzaka tak datang. Tentu, hal itu membuat praduga miring Kirana bermunculan. Menurutnya, suaminya pasti menemui Clarissa. Ya, tidak salah. Lantas, bukankah selama ini memang hanya persoalan Clari
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status