Semua Bab SUAMIKU DI RANJANG SANG NYONYA : Bab 61 - Bab 70
87 Bab
bab 61. Awal Mula
Setahun yang lalu, Herman dan istri nya dalam perjalanan ke luar kota untuk berlibur. Mereka duduk di jok kursi belakang mobil. Sedangkan sopir mereka duduk di belakang kemudi. Suasana malam yang lengang membuat Herman dan istri nya terkantuk-kantuk. Istri Herman bahkan telah terlelap di samping bahu suami nya. "Sayang, apa kita perlu menginap di hotel saja malam ini? Aku kasihan pada mu yang harus tidur di mobil. Kita bisa kan istirahat di hotel dulu lalu melanjutkan perjalanan lagi besok pagi?" usul Herman membangun kan sang istri yang sudah terlelap.Istri Herman membuka mata perlahan. Perempuan yang masih terbilang cantik walaupun sudah berkepala lima itu mengucek mata dan tersenyum sekilas pada suaminya."Nggak usah, Mas. Aku memang ingin menikmati perjalanan malam ini. Nanggung lho. Sebentar lagi kan sudah sampai vila."Istri Herman meraih ponselnya dari dalam tas dan melihat layarnya."Kurang 1,5 jam lagi kita sampai di vila. Aku sudah tidak sabar untuk tidur di sana dan mema
Baca selengkapnya
bab 62. Pernyataan Cinta
Lelaki itu itu mengaku tidak sengaja menabrak mobil Herman karena anaknya yang terkena serangan asma. Dan orang itu pun mengebut untuk segera sampai di rumah sakit. Dan duda itu sangat menyesali perbuatannya serta meminta Herman agar memaafkannya. Awalnya, hati Herman bercabang dan bingung antara memaafkan penabrak itu atau meneruskannya ke jalur hukum.Tapi melihat anak perempuan berusia sekolah dasar yang sedang terbatuk-batuk karena asma saat dia cemas melihat sang ayah yang akan dipenjara, hati Herman pun luluh. Lelaki itu memilih memaafkan lelaki yang dijadikan kambing hitam penabrak istri nya. Berbulan-bulan Herman masih belum mengetahui kejadian sebenarnya. Hingga akhirnya fakta terungkap dari mang Udin, saat Herman bertemu dengan Larasati pertama kali, bahwa Larasati lah yang terakhir dilihat oleh mang Udin sebelum dia pingsan karena kecelakaan. Herman segera mencari tahu tentang penabrak mobil nya setahun yang lalu dengan mencari lelaki yang telah menjadi kambing hitam un
Baca selengkapnya
bab 63. Kerusuhan di Rumah Aksara
Beberapa saat sebelumnya, Anak buah Herman mengangguk memahami saat Herman baru saja menjelaskan tentang tugas baru mereka. "Sudah paham semua tentang apa yang saya jelaskan?" tanya Herman menegaskan. "Sudah, Pak!""Kalau begitu lakukan sekarang. Ingat, jangan meninggalkan jejak. Kacaukan acara tasyakuran peresmian klinik dokter Aksara. Lalu esoknya tabrak dokter itu. Awas kalau kalian sampai ketahuan!""Siap, Pak!"Tiga orang preman bayaran Herman langsung melesat pergi dan meninggalkan Herman. Herman tersenyum menyeringai ke arah anak buahnya pergi. Tangan orang tua itu terkepal. "Tidak ada yang boleh menyakiti Larasati selain aku. Apalagi sampai mempermalukan aku di hadapan para klien," gumam Herman. "Tak peduli kamu adalah calon ipar dari anakku, kamu juga harus mendapatkan pelajaran, Aksara!"***Anak buah Herman menaiki satu motor. Mereka mengenakan baju hitam, masker, sarung tangan, dan topi yang sewarna dengan bajunya. Tak lupa mereka merekatkan lakban hitam di plat nomor
Baca selengkapnya
bab 64. Pertemuan Kedua Damar dan Larasati
Aksara menatap Riska dengan serius. "Ris, masalah nya di klinikku hanya ada pengobatan dan perawatan luka dasar. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus dan foto Rontgen. Kalau menurut ciri-ciri fisik kamu, saat ini kamu sehat dan normal, dalam keadaan sadar penuh. Tidak menunjukkan tanda atau gejala cedera kepala. Hanya luka luar yang tidak terlalu dalam dan bisa dijahit. Tapi nanti kamu akan kuberikan pengantar ke rumah sakit untuk foto Rontgen ya," sahut Aksara. Riska hanya mengangguk kan kepala nya dengan patuh. Dalam hati, diam-diam Riska bertekad ingin memperjuangkan perasaan nya walaupun dia tahu Aksara sudah mempunyai kekasih. Selama janur kuning belum melengkung, kamu masih punya banyak kesempatan, bukan?***Sementara itu, Larasati sedang duduk memeluk lutut lengkap dengan piyamanya di dalam kamar mandi dengan mengguyurkan air hangat dari shower ke seluruh tubuh nya. "Aku sudah nggak kuat lagi dengan Mas Herman! Lebih baik aku minggat saja! Aku akan pergi sejauh mungki
Baca selengkapnya
bab 65. Tawaran Kerjasama
Larasati mendekati Damar yang sedang memungut dan memakan sisa makanan dari tong sampah yang ada di samping nya. Keduanya bertatapan dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat teringat saat mereka berbagi kehangatan di ranjang, lalu mendadak kondisi mereka sekarang yang berubah 180 derajat. Sampai Damar harus mencari makan di tempat sampah serupa gembel. "Kamu Damar, kan?" tanya Larasati menegaskan. Dia bahkan mengucek matanya karena tidak percaya dengan pemandangan mengenaskan yang ada di hadapannya. "Iya, aku Damar. Kamu, Larasati kan? Kurus sekali kamu sekarang, Bu!" sapa Damar kikuk. Larasati tersenyum kecut. "Ya, sekarang aku memang kurus dan mungkin tidak cantik lagi. Aku bertemu psikopat sial*n!" sahut Larasati kesal. Mereka lalu terdiam lagi. Saling memandang dan memindai kemalangan yang menyapa nasib mereka. "Kamu kenapa sekarang bernasib menyedihan seperti ini?" tanya Larasati memecahkan keheningan. Damar berpikir sejenak. "Hm, aku dipecat dari peru
Baca selengkapnya
bab 66. Penculikan anak Herman
"Anggap saja hal itu sebagai pembalasan karena kamu telah selingkuh dengan istri kedua saya. Ya kan?"Andi lalu menoleh ke arah kerumunan orang di sekitarnya yang penasaran dengan kelanjutan perkelahian antara Damar dan Andi. Dan memberi isyarat pada kerumunan orang itu agar membubarkan diri. Sementara itu, wajah Damar berubah. Lelaki itu terdiam setelah mendengar kan ucapan Andi. Dia menurunkan kedua tangannya dan menghela nafas. Beberapa orang yang ada disekeliling mereka mulai melanjutkan aktivitas nya tanpa mempedulikan tiga orang itu lagi. "Gimana? Kamu pasti merasa kalau ucapan ku benar kan? Karena itu anggap saja kita sudah impas. Ada hal penting yang membuat ku harus membahas tentang Herman padamu. Tapi aku keberatan kalau ada istrinya di sini," sahut Andi melirik ke arah Larasati. Dia belum mengetahui bahwa Larasati minggat dari rumah. "Kenapa dengan Herman? Apa kamu akan ngadu sama dia kalau aku minggat dari rumah dan sekarang sedang ada di sini bersama Damar? Kalau kamu
Baca selengkapnya
bab 67. Jebakan
Damar dengan memakai masker dan topi hitam mengamati halaman parkir bandara dari dalam mobil milik Andi. Lelaki itu melihat Herman bersama supirnya menuju ke mobil mereka. Dengan cepat dia menelepon Andi dan Larasati yang telah menunggu di tempat nya masing-masing sesuai rencananya. "Halo, Herman sudah keluar dari bandara. Sekarang dia masuk ke dalam mobil," ucap Damar tegas. "Oke, bagus! Larasati, kamu ingat kan tugas kamu?""Tentu saja aku ingat!""Bagus, ayo kita lakukan."Andi pun menutup telepon grup dan segera mempersiapkan lakban dan tali rafia tebal dan panjang. Sementara itu Larasati segera mengirim pesan pada nomor kontak Riska yang tertera di layar ponselnya. Dia memang sempat menyalin nomor telepon di ponsel barunya dari ponsel lama. [Riska, apa kita bisa bertemu? Aku memang sengaja minggat dari rumah papa kamu!][Kalau kamu ingin tahu sebab nya, tolong datang ke rumah kontrakan ku di perumahan Xxx, jalan Yyy. Tolong rahasia kan hal ini dari papamu, Ris. Aku takut dan
Baca selengkapnya
bab 68. Saling Menyerang
"Sial*n!" Herman meremas kertas yang ada di tangannya. "Siapa yang melakukan hal ini padaku?" desis Herman kesal. "Mbok Sri, mbok Nah, mbok Inem!" Dengan suara keras, dia memanggil semua asisten rumah tangga nya. Semua asisten rumah tangga nya tergopoh-gopoh menghampiri. "Ya, Pak?"Herman menatap semua asisten rumah tangga nya dengan kesal. "Apa ini?" tanya Herman sambil menunjuk kan kertas ancaman di tangan nya. Sontak saja wajah ketiga asisten rumah tangga Herman memucat. "Kalian semua kan ada di rumah untuk menemani anak saya? Kenapa anak saya bisa diculik?" tanya Herman geram. Ketiga asisten rumah tangga nya berpandangan dengan takut-takut. "Maaf, Pak. Kami tidak tahu," sahut Mbok Sri. "Hah! Percuma saja aku menggaji kalian kalau pekerjaan kalian payah seperti ini!" seru Herman kesal. Tangannya terkepal dan diapun segera naik ke tangga dan menuju kamarnya.Lelaki itu lantas membuka brangkas yang berisi emas batangan, uang tunai dan beberapa kartu ATM. Dimasukkan nya semua
Baca selengkapnya
bab 69. Mengatakan yang Sebenarnya
Herman terhuyung ke belakang dan koper nya terjatuh. Damar merengsek maju, melompat dan mendorong tubuh Herman sehingga jatuh berdebum di lantai kamar. Herman seketika merasakan kepalanya pusing dan badannya ngilu karena badannya menghantam lantai yang keras. Tapi sekuat tenaga Herman mencoba untuk tidak mengaduh karena dia tidak ingin membuat Riska khawatir. Lagipula jika dia terlihat kesakitan, hal itu akan membuat musuhnya semakin senang. Damar segera bangkit dan menduduki perut Herman. Dicengkeram nya baju Herman sampai kepala Herman mendekat ke arah Damar. "Kenapa? Sakit? Itu belum seberapa dibandingkan perbuatanmu pada keluargaku, brengs*k!" Damar memukulkan kepalanya ke wajah Herman. Hidung Herman menjadi berdarah dan berwarna kebiruan. "Hm, hmm, hmmm!!!" Riska berseru panik. Dia menggerak-gerakkan tangan dan kakinya yang terikat. Air mata mulai menderas di pipi. Walaupun Riska ingin berteriak dan meminta tolong, tapi hanya suara geraman dari mulut nya yang terdengar. Andi
Baca selengkapnya
bab 70. Kematian Andi
Larasati berpandangan dengan Andi dan Damar. Andi dan Damar serempak menggeleng kan kepalanya. Sebenarnya mereka telah berencana untuk membebaskan Herman dan Riska begitu uang berada di tangan dengan membius dan membuang bapak dan anak itu ke luar daerah lalu mereka bertiga akan langsung kabur keluar daerah dulu lalu keluar negeri. Tapi kalau mereka melepaskan Herman dan Riska saat mereka belum kabur ke luar negeri, bisa-bisa mereka dilaporkan ke polisi dan ditangkap. "Jangan banyak omong! Kami akan melepaskan kalian kalau uang sudah lengkap lima milyar ada di tangan kami!" seru Andi. Herman tertawa. "Lalu setelah uang lima milyar itu di tangan kalian, pembagian nya bagaimana? Apa kalian bisa adil membaginya? Aku tak yakin jika kalian tidak ada yang iri-irian soal uang itu. Atau bahkan setelah uang lima milyar itu lengkap, kalian akan langsung membunuh saya dan Riska, bahkan kalian mungkin juga akan saling membunuh satu sama lain untuk mendapatkan bagian yang lebih besar. Iya kan?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status