All Chapters of NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA: Chapter 31 - Chapter 40
131 Chapters
31. Suka atau Tidak Suka
"Ayah terlalu percaya diri. Aku dan nenek sama sekali tidak membicarakan ayah," kilah Sivia. Nenek hanya diam tak berkutik. Megantara masih tetap belum percaya, "Sivia, jangan sekali-kali berbohong pada ayah."Sivia hanya nyengir kuda. Dia tak ingin membuat ayahnya marah. Dia juga tak bisa membohongi ayahnya. Sang ayah datang menghampiri Sivia lalu segera menggelitik perut Sivia sampai Sivia kegelian dan mencoba kabur dengan berlari mengejar sang ayah. Merekapun berakhir kejar-kejaran. ***Malam ini, di teras rumah kontrakan, bu Rini, Mela dan Noni sedang berkumpul dan mengobrol. Nalini yang baru pulang berbelanja dari minimarket ikut duduk di sana. "Lin, tadi sore siapa yang mengantarmu pulang dengan mobil mewah?" tanya Mela langsung pada intinya. Tanpa berbasa-basi. Nalini yang ditanya secara mendadak jadi diam mematung beberapa detik lalu mengedarkan pandangan ke arah tiga teman kontrakannya bergantian. "Sebenarnya Noni yang melihat. Tapi Noni malu jika harus bertanya sendiri,"
Read more
32. Melalaikan Tugas
"Semua chef dan asisten chef, saya mengumpulkan kalian di sini karena ingin mengumumkan sesuatu," kata Kepala Chef di hadapan para pegawainya. Semua mendengarkan dengan seksama termasuk Nalini."Malam ini akan ada perjamuan rekan bisnis Pak Megantara dari luar negeri di restoran ini. Kita ditugaskan untuk menyiapkan hidangan yang super super istimewa untuk menjamu para tamu. Ini sebenarnya bukanlah sebuah kompetisi, tapi bagi koki yang menarik perhatian tamu istimewa kita pasti akan mendapatkan hadiah yang sangat istimewa dan menguntungkan," terang Kepala Koki. Semua antusias dan semangat serta bersorak mendengar pengumuman yang disampaikan kepala koki. "Saya sudah memilih tiga orang koki yang akan mengkoordinasi timnya. Saya memilih berdasarkan kinerja kalian dalam satu bulan terakhir ini dan testimoni dari pelanggan. Koki yang bertugas mengurus menu appetizer adalah Vero, menu main course saya percayakan pada Robert, dan Nalini bertugas mengurus dessert. Silakan siapkan masing-mas
Read more
33. Kejujuran Megantara
"Dimana Nalini?" tanya Megantara saat dia sudah memasuki restoran hotelnya. Saat ini dia benar-benar sudah geram dan harus bertemu dengan Nalini. Semua pegawai terlihat ketakutan melihat ekspresi marah sang bos. Ini seperti situasi gawat. Nalinipun juga belum ditemukan sampai saat ini dan tak bisa dihubungi. "Pak, maaf jika saya lancang. Ada permasalahan apa kalau boleh tau?" Kepala chef mendatangi Megantara dengan tergopoh-gopoh. Karyawan lainpun berkumpul di sana termasuk para koki di dapur. Kebetulan pengunjung restoran hanya sedikit. "Kau pasti tau Chef. Makanan yang diantar ke ruanganku bukan buatan Nalini kan?" tanya Megantara. Sang kepala Chef terkejut. Begitu pula Vero yang memasaknya. Bagaimana Megantara bisa mengetahuinya. "Apakah Nalini belum kembali?" tanya Megantara."Ya Pak. Maafkan saya. Nalini belum ditemukan," jawab Kepala Chef."Jika dia tidak ada harusnya kau berterus terang. Tidak perlu membawakan makanan buatan orang lain," kata Megantara dengan nada kesal.
Read more
34. Terlihat Lemah di Hadapan Wanita
"Jika kau berkenan untuk bekerja seumur hidup denganku, aku akan senang. Dan kau akan mendapatkan bayaran yang setimpal. Sesuai dengan yang kau inginkan," jawab Megantara. "Aku tidak bisa berkomentar apa-apa lagi sekarang. Aku permisi dulu," kata Nalini sambil beranjak dari duduk. Lalu berjalan menuju pintu. Pikirannya kalut saat ini. Jika yang dikatakan Megantara benar adanya, dia merasa sangat kasihan pada pria itu. Dan sejujurnya dia kini tak lagi mementingkan bayaran. "Aku harap kau tidak marah padaku. Maaf karena tadi aku sempat terbawa emosi," kata Megantara tulus. Nalini menghentikan langkah sejenak. Bosnya yang perfeksionis itu meminta maaf secara langsung. Siapa yang tidak luluh jika situasinya seperti ini. "Apa yang ingin Anda makan untuk malam nanti, Pak?" tanya Nalini tanpa menoleh. Megantara menyunggingkan senyumnya. Lalu menjawab dengan semangat, "Chicken steak sepertinya enak. Dan aku ingin salad buah.""Baiklah. Akan aku siapkan," kata Nalini lalu berjalan keluar
Read more
35. Es Krim dari Pandu
"Lin," panggil Pandu dari kejauhan. Nalini baru saja akan keluar dari lobi hotel dan bertemu namun langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang memanggil. Nalini menoleh sambil memaksakan senyum ramahnya. Suasana hatinya benar-benar buruk hari ini. Apalagi pekerjaan hari ini diakhiri dengan ocehan Vero yang membuat telinga dan hati ikut panas. Pandu berjalan agak cepat menghampiri Nalini. "Kebetulan sekali bertemu denganmu. Ayo pulang bersama," ajak Pandu. "Aku merasa tidak enak hati, Mas. Kau sudah sering memberikan tumpangan untukku," jawab Nalini. "Memangnya mengapa jika sering? Tujuan kita sama. Jadi kau tidak perlu merasa tak enak hati. Aku merasa tidak dirugikan dan tidak direpotkan," Pandu masih saja membujuk.Nalini masih saja bergeming. Pandu yang merasa harus memaksa Nalini akhirnya menarik pelan lengan Nalini. Mau tak mau Nalini berjalan mengikuti Pandu dengan pasrah.Dari kejauhan Vero melihat Nalini berjalan bersama Pandu. Tatapan sinis lagi-lagi tercetak di wajah a
Read more
36. Pernikahan yang di impikan Sivia
"Bagaimana kondisi teman saya, Dok?" tanya Nalini saat dokter yang menangani Noni sudah selesai memeriksa. Noni sudah sadarkan diri. Namun badannya masih sangat lemah. Dia memilih diam dan malu karena pagi-pagi sekali dia sudah menghebohkan rumah kontrakan sampai-sampai teman dan lelaki idamannya kerepotan mengantarnya ke rumah sakit. "Kondisi pasien baik-baik saja. Dia hanya kelelahan dan kekurangan nutrisi serta cairan. Ada indikasi dia menjalankan diet ketat akhir-akhir ini. Dan jika itu dilanjutkan akan berpengaruh buruk pada tubuh pasien. Saat ini yang terpenting adalah banyak istirahat dan makan makanan yang bergizi tanpa takut gemuk. Lalu pasien juga tidak perlu rawat inap. Hanya akan saya resepkan beberapa suplemen dan obat," kata dokter panjang lebar. Nalini menghela nafas, dia menggenggam tangan Noni yang tiduran di ranjang rumah sakit. "Kau ini ada-ada saja. Untuk apa diet? Badanmu sudah ideal seperti itu," tanya Nalini. "Bahkan badanmu sudah seringan kapas," timpal P
Read more
37. Perintah Lembur
"Sivia, mengapa kau berkata seperti itu pada ibu gurumu?" Tanya sang nenek yang tiba-tiba sudah berada di dekat gazebo tempat Nalini dan Sivia duduk. "Selamat siang, Bu," sapa Nalini pada nenek Sivia. Nenekpun membalas dengan senyuman. "Nenek, aku hanya mengucapkan keinginanku," kata Sivia membela diri. "Tapi tidak sopan berkata seperti itu, kecuali jika ibu Nalini berkenan," kata nenek yang ternyata ikut mengompori. Sivia dan nenek terkekeh. Sedangkan Nalini salah tingkah dan membuat wajahnya memerah. Nenek dan cucu sama saja ternyata. "Bu Nalini, terima kasih sudah mau direpotkan dengan menjaga Sivia selagi saya belum menjemput. Saya rasa sekarang ini Sivia justru lebih suka jika saya atau ayahnya terlambat menjemput. Dia jadi bisa dekat dengan Anda," kata Nenek Sivia."Tidak masalah, Bu. Sivia adalah anak yang rajin dan penurut serta menyenangkan. Jadi sama sekali tidak merepotkan. Saya justru senang bisa bermain dengan Sivia," jawab Nalini tulus sambil tersenyum ke arah Sivia
Read more
38. Sorot Mata
Jam di tangan Megantara menunjukkan pukul sebelas malam. Dia sudah sangat lelah bekerja. Tapi dia juga menunggu sedari tadi coklat panasnya tak kunjung datang. Kemana Nalini berada. Apakah dia lebih memilih pulang dan tak menuruti perintahnya? Tanpa pikir panjang, Megantara memilih untuk pulang ke rumah. Dia harus istirahat karena besok harus bekerja ekstra lagi. Banyak proyek pengembangan hotel yang harus ia jalankan. Saat Megantara melewati restoran, dia menyadari semua lampu di restoran masih menyala terang. Itu menandakan bahwa masih ada orang di restoran. Padahal biasanya di jam segini lampu restoran pastinya sudah banyak dipadamkan. Hanya lampu di beberapa sudut saja yang dibiarkan menyala. Megantara merasa kakinya tertarik untuk masuk ke dalam restoran. Menyusuri deretan meja makan yang sepi. Lalu lebih masuk lagi ke area yang hanya pegawai saja yang boleh masuk. Salah satunya area dapur. Di meja dapur dia melihat beberapa alat masak masih belum dibereskan. Dan ponsel Nalin
Read more
39. Pembelaan dari Sang Bos Besar
"Apakah kau perlu ku antar ke rumah sakit?" tanya Megantara untuk memecah keheningan. Nalini sontak menggeleng, "Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Terima kasih.""Kalau begitu aku antar pulang sekarang," Megantara berdiri. "Aku bisa pulang dengan naik taksi, Pak," kata Nalini menolak ajakan Megantara. "Ini sudah tengah malam. Biar aku yang mengantarmu. Dan seperti biasa, aku tidak menerima penolakan," Megantara mulai berjalan dan menoleh ke Nalini untuk memastikan Nalini berjalan mengikutinya. "Kau yakin kejadian ini bukan ulah seseorang?" tanya Megantara penasaran. Karena dia tau persaingan para koki di dapur hotelnya memang agak sengit. "Tidak, Pak. Aku tidak mau berpikiran negatif," jawab Nalini jujur. "Baiklah kalau begitu. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika ternyata ada dalang di balik ini semua," nada suara Megantara menyiratkan kemarahan. Nalini justru tersentuh dengan kalimat Megantara. Dia merasa Megantara benar-benar menjaganya. Tapi dia segera menepis anggapan itu
Read more
40. Hati yang Mulai Bergejolak
"Mengapa kau datang bekerja hari ini? Apa kondisimu baik-baik saja?" Tanya Megantara saat mereka berdua sudah sampai di ruangan Megantara. "Saya baik-baik saja. Akan sangat berlebihan jika hanya karena kejadian kemarin saya tidak bekerja hari ini," jawab Nalini. "Kau menganggap kejadian kemarin hanyalah hal sepele? Bukankah kau hampir mati kedinginan? Apa kau pernah berpikir apa yang akan terjadi jika tidak ada yang menemukanmu?" Megantara kesal pada gadis yang ia khawatirkan sedari kemarin itu."Maafkan saya, Pak. Bukan maksud saya untuk menyepelekan kejadian yang menimpa saya itu. Tapi saya baik-baik saja. Jadi sebagai bentuk syukur saya karena tidak jadi mati, saya harus bekerja dengan lebih giat lagi," Nalini menjelaskan panjang lebar.Megantara mendengarkan dengan seksama, "Kau yakin?""Ya. Saya siap bertugas hari ini. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kondisi saya di tengah kesibukan Anda," kata Nalini."Ya. Karena mengkhawatirkanmu aku tidak bisa memikirkan atau mengerjakan
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status