All Chapters of Terjebak Pernikahan Penuh Derita: Chapter 141 - Chapter 150
164 Chapters
Morning Sickness?
Hari yang dinanti-nanti kini telah tiba. Momen sakral dan janji suci sehidup semati akan seger digelar sempurna dalam suasana hangat nan intim ini. Sengaja memilih hutan pinus dengan tema rustic, baik Dhea maupun Hexa benar-benar ingin menggelar pesta pernikahan mereka berbalut style vintage. Jajaran kursi kayu berselendang cream dan panggung dihias tanaman rambat yang cantik natural semakin menghidupkan kentalnya suasana. Tepat pukul sembilan pagi, Dhea melangkah menuju tempat pelaminan diiringi Allice juga salah satu kerabat dekatnya. Mengenakan gaun sederhana berenda broken white, Dhea tampil menawan. Begitu pula dengan Hexa yang telah menunggu di panggung pelaminan. Pria tampan itu begitu sempurna dalam balutan jas berdasi kupu-kupu berwarna senada. "Cantik. Sangat cantik," puji Hexa ketika Dhea telah tiba di depan matanya dan tangan ini terulur menyambut sang calon istri. Dhea mengulum senyum. Sungguh, pipinya terasa memanas. Tapi Dhea tak bisa berkutik selagi ini masih pros
Read more
Couvade Syndrome
"Aku tidak butuh dokter dan obat. Aku hanya perlu kamu, di sini." Oscar selalu menunjukkan sisi gemasnya di depan Lucetta. Berbeda kalau sudah bersama anak buah dan orang luar, Oscar tak mungkin manja seperti ini. Walau hatinya sedikit tersanjung dan ikut menghangat karena ucapan Oscar, tapi Lucetta tak ingin egois. Dia harus mengutamakan kesehatan suami tercintanya. "Not for now, Hubby. Kamu perlu istirahat penuh dan obat supaya cepat sembuh." Lucetta mengurai pelukan itu. Lantas, mengelus rahang tegas Oscar dengan lembut. "Aku nggak tega lihat kamu muntah-muntah terus kayak tadi." Sumpah demi apapun, baru kali ini Lucetta mendapati sang suami yang biasanya sehat bugar bahkan nyaris tak pernah jatuh sakit karena hal sepele kini terlihat pucat. Bahkan muntahan isi perutnya sudah memperlihatkan dengan jelas bagaimana rapuhnya kondisi Oscar pagi buta ini. Meski
Read more
Bertemu Ibu Mencurigakan
Waktu terus bergulir hingga tak terasa empat bulan telah berlalu dengan pasang surutnya. Kehidupan Nadya yang berjuang seorang diri demi menjaga calon anaknya pun tak selalu berjalan mulus. Dengan kondisi perut yang semakin membesar, Nadya rela banting tulang tanpa memandang siang atau malam. Niat hati menetap di pinggiran kota. Tapi ternyata dia membutuhkan uang lebih setelah perutnya yang makin membesar. Belum lagi nanti biaya lahiran dan merawat anak. Nadya pun keluar dari persembunyiannya dan kembali ke kota. Beruntung, Allice menawarkan lowongan pekerjaan di sekolah Brian dan Anna. Sebenarnya bisa saja di perusahaan Arsen. Tapi Nadya tidak mau mengulang kisah lama dimana dia pernah mencoba menggoda Arsen dan merusah rumah tangga bosnya itu. Jadilah dia di sini sekarang. Sudah satu bulan menjadi staff administrasi di sekolah Brian dan Anna juga sesekali menerima pesanan catering di sela-sela waktu senggang, jadi rutinitas harian Nadya. "Allice," sapa Nadya dengan senyum ramah s
Read more
Tetap Membutuhkan Keturunan
Mata Nadya menyipit memperhatikan pria bertopi yang sedang menatapnya. Tidak nampak wajah itu karena memakai masker. Karena penasaran, Nadya pun berjalan mendekat. Sayangnya, saat dia sudah hampir dekat dengan orang yang mencurigakan itu, si pria langsung berlari dan menghilang. “Siapa ya? Ngga mungkin kan ada orang jahat. Aku ngga punya musuh,” gumam Nadya. "Hei, Nad! Astaga aku cari ke mana-mana ternyata kamu di lorong ini?" Allice menghela napas, lega karena akhirnya bisa menemukan Nadya. Ibu hamil itu sempat tersentak. Tapi dia akhirnya memberikan ringisan kecil pada Allice. "Maaf, ada sedikit insiden yang tidak terduga jadi aku terhenti di sini." Kontan, Allice menatap Nadya dengan raut panik. "Insiden apa? Kamu tidak kenapa-napa kan?" "I'm okay. Hanya sedikit bersenggolan dengan ibu-ibu tadi, tapi dia juga tidak sengaja kok. Semua baik-baik
Read more
Mengatur Siasat Pertemuan
Hari ini, Oscar tengah menangani sebuah proyek baru di Singapura bersama kolega bisnisnya. Bukan tanpa alasan, tentu karena dia ingin melihat Nadya secara langsung. Sebab jarak Singapura ke ibu kota Indonesia hanya 1 jam perjalanan udara.Lucetta? Oscar tau kalau istrinya selalu ikut kemanapun dia pergi. Itu sebabnya dia memilih Singapura untuk melancarkan rencananya."Hubby," panggil Lucetta yang saat ini menghampiri Oscar di tepian ranjang.Dengan manjanya, Lucetta bergelayut di lengan kekar sang suami. "Nanti malam kita shopping berdua di Marina By Sand ya?"Oscar yang semula tengah mengecek beberapa email di ponsel refleks menoleh. Keningnya mengerut seakan tak sependapat dengan permintaan Lucetta."Kamu lupa kalau jam tujuh nanti aku dan asisten pribadiku harus temani Mr. Ben dinner sekaligus bahas kelanjutan proyek?" Mendengar respon Oscar yang berbanding terbalik dengan harapannya, bibir Lucetta mencebik kesal. "Ingat, tapi kan setelah dinner juga bisa.""Lagipula katamu kita
Read more
Kerinduan Penuh Emosi
“Kandungan Anda baik-baik saja, Nyonya. Janinnya berkembang dengan sangat baik dan sehat. Meski begitu, saya harap Anda tetap rutin mengonsumsi vitaminnya.”Penjelasan yang disampaikan Dokter Hana, wanita paruh baya yang sudah empat bulan ini menangani jadwal kontrol bulanannya.Nadya mengangguk dengan lengkungan simetri sabit. Ada kelegaan yang menguar di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.“Baik, Dok. Saya akan mematuhi semua perintah Dokter demi kesehatan calon bayi saya,” sahut Nadya yang disambut senyum juga oleh Dokter Hana.“Dari yang saya lihat, Anda sepertinya sedang sangat bahagia. Dan jujur, itu cukup bagus untuk stabilitas kondisi janin Anda.” Dokter Hana menatap binar di manik mata Nadya.Jari telunjuk Nadya mengarah pada dirinya sendiri. “Apa begitu kelihatan, Dok?”Dokter Hana tertawa kecil lalu mengalihkan pandangan ke arah Devan yang saat ini tengah membelakangi ruang pemeriksaan karena sedang mene
Read more
Mulai Mencurigai Oscar
Sikap Oscar yang tidak biasa membuat Lucetta curiga. Semua tau kalau pria itu sangat mencintai istrinya. Bahkan Lucetta pun merasakan cinta itu. semarah-marahnya Oscar, dia tidak pernah bertindak kasar pada Lucetta. Tapi kali ini Oscar sudah melakukannya. Semalaman dia benar-benar menyiksa istrinya tanpa dia sadari. Oscar pulang dalam keadaan bau alkohol kemudian langsung menarik Lucetta ke atas ranjang. Dia melakukannya dengan sangat kasar. Pagi ini, matahari sudah menerobos celah tirai kamar, tapi Oscar masih terlelap. Sangat lelap. Sampai tak mendengar bunyi isak tangis sejak tadi. Lucetta kesakitan beranjak dari ranjang kemudian menyeret kakinya untuk masuk ke kamar mandi kemudian berendam di bathtub berisi air hangat. “Cari tahu, apa yang Oscar lakukan semalam!” titah Lucetta saat menelfon salah satu orang kepercayaannya melalui telefon. Dia lalu meletakkan ponselnya di sisi bathtub kemudian melanjutkan membersihkan tubuhnya. “Aku yakin ada yang kamu sembunyikan, Oscar.” Luc
Read more
Sama-Sama Memikirkan
“Kecewa? Kecewa kalau ternyata Nadya berbohong?” tanya Arsen. Sebab temannya itu justru diam saja nampak sedang berfikir.“Bukan, hanya sedang menilai satu hal.” Dev memiringkan tubuhnya ke kanan jadi kini berhadapan pada Arsen. Membuat sang CEO Mahardika Group itu menaikkan satu alisnya melihat wajah Dev yang berubah jadi serius.“Kalau Nadya mengatakan sudah meninggal, berarti memang dia sudah tidak mengharapkan ayah bayi itu kembali,” ujar Dev.“Tsh! Kamu percaya diri sekali.”“Bukan percaya diri. Ini pemikiranku pasti benar. Buktinya dia pergi tanpa mengatakan kehamilannya pada pria itu. berarti dia memang tidak menginginkan pria itu mengakui bayinya.”Dev sampai merentangkan tangannya karena saking menhayati pemikirannya itu.“Jadi?” tanya Arsen.Bahu pria di depan Arsen terangkat. “Yaa ... jadi aku memiliki kesempatan.”Arsen menepuk bahu Dev dengan rasa bangga. Karena pria itu tak menyerah meski wanita yang dicintai sedang hamil anak pria lain.“Seandainya kamu datang lebih awa
Read more
Mengetahui Fakta Perselingkuhan
“Bagaimana dia saat ini? Kamu mengikutinya setiap saat, kan?”Oscar nampak begitu fokus menelfon anak buahnya yang dia utus untuk menjaga Nadya di Indonesia. Dimasukkan tangan itu ke dalam saku, sedangkan tangan kanan masih menggenggam ponsel yang menempel di daun telinga.Sedangkan sorot tajamnya menatap jauh ke luar, menembus dinding kaca ruang yang ada di lantai 10 gedung pencakar langit miliknya.Bohong kalau Oscar membenci wanitanya. Dia memang sempat terbakar cemburu ketika melihat Nadya bersama seorang pria. Tapi setelah anak buahnya terus memberikan info, rupanya Nadya dan si pria tidak sedekat itu. Hanya sesekali pria itu menjemput Nadya di sekolah.“Jadi mereka memang tidak memiliki hubungan apapun?” tanya Oscar kembali memastikan.Setelah mendapat jawaban yang dia inginkan, bibir pria itu tersenyum kecil. Apalagi setelah panggilan berakhir, Oscar kembali mendapatkan kiriman foto Nadya.Dari kejauhan, wanita itu nampak sedang menyapu halaman rumah. Ada juga foto Nadya yang n
Read more
Dua Wanita Oscar Bertemu
Siang ini begitu terik. Nadya berjalan dari sekolah kelas atas itu menuju ke halte terdekat. Sesekali dia mengusap dahinya yang basah karena keringat.Lama. Tumben. Belum ada bus yang lewat. Padahal kepalanya sedang pusing sejak kemarin. Tubuhnya juga merasa sedikit kurang sehat. Sampai akhirnya sebuah klakson berbunyi. Itu bukan berasal dari bus. Tapi dari kendaraan mewah yang berhenti tepat di depan halte.Bibir Nadya tersenyum tipis. Dia sudah hafal siapa pemilik mobil berwarna hitam itu.“Ibu hamil, bisa-bisanya masih di sini?” Devan, pria itu berlari mendekat setelah keluar dari mobilnya.“Ya, busnya belum lewat. Kamu sendiri ngapain? Ini masih jam kantor,” sahut Nadya.“Kantorku sendiri. Bebas ngapain aja. Termasuk antar kamu pulang.”“Hish, tidak usah. Bentar lagi juga busnya datang.”Devan menggerakkan jarinya di depan Nadya sebagai arti, tidak tidak tidak.“Kamu tahu sendiri kalau naik bus itu risikonya besar untuk kamu yang sedang hamil gede, apalagi cuaca hari ini sangat pa
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status