All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti: Chapter 51 - Chapter 60
85 Chapters
Bab 51 Ibu Baik Hati
Linggar menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kantuk terasa tak dapat terelakkan. Beberapa hari terakhir ini ia sulit terlelap, pikiran tidak tenang menyangkut hubungan pernikahannya dengan Pramudita. Pembicaraan seminggu yang lalu terasa masih terngiang-ngiang di ingatannya. Padahal semua setelah itu hubungan mereka kembali membaik, kemarin pun Pramudita inisiatif mengajak berangkat bersama dan pulang pun dijemput.Perlahan hubungan keduanya mengarah ke yang lebih baik, malah semakin akur dan saling mengisi. Linggar bahagia melihat hubungannya menjadi seperti yang ia harapkan. Di satu sisi, ia pun takut sekaligus khawatir jika suatu saat nanti kebahagiaan itu akan pergi dari hidupnya. Pramudita masih berpegang teguh pada perjanjian yang telah mereka tanda tangani. Tak ada yang bisa merubah hal itu kecuali Pramudita jatuh cinta dengannya.Matanya memerah, bibirnya beberapa kali terlihat menguap. "Padahal baru jam satu, kenapa mengantuk sekali ya? Apa lebih baik aku belanja bahan-ba
Read more
Bab 52 Mencari Solusi
Sedang menari-nari banyak pikiran di dalam kepala Linggar. Ia termenung di mini bar dapur kesayangannya, tangan kanan mengaduk sendok di cangkir kopinya. Di depan tersaji kroisan satu kotak penuh dengan logo toko kue miliknya tertera di sana. Sayangnya, wajah Linggar tampak tidak bahagia, malah terlihat suntuk. Beberapa kali ia membuang napas, mengusap wajahnya kasar. Hati dan pikirannya semakin terasa tidak tenang. Lirikan matanya tak henti-henti pada jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Perasaan tidak menentu menunggu sang suami kembali ke rumah. Bahkan ia sengaja pulang lebih awal, hanya ingin membahas hal yang menurutnya cukup penting dibicarakan dengan Pramudita. Linggar memejamkan mata. Mengingat kembali tentang obrolannya tadi siang, banyak hal janggal dan membuat batinnya penuh tanda tanya. Ia memiliki banyak dugaan dan prasangka buruk. Bahkan sebelum suaminya menginjakkan kaki di rumah, tak akan hilang pikiran buruk itu menyerang kepalanya. "Kenapa Mas Pram l
Read more
Bab 53 Kesiangan Bersamamu
"Dia tampan sekali, Ibu jadi ingat dengan anak sulung. Mungkin dia akan seusia suami kamu, Nak. Semoga saja dia tetap sehat dan bahagia di mana pun keberadaannya." Tidak dapat terlupa dari ingatan Linggar akan wajah dan gestur tubuh wanita paruh baya yang ia temui siang tadi. Ia merasa begitu dekat dan seperti telah mengenalnya lama, padahal ia yakin jika hari ini adalah pertemuan pertama untuk keduanya. Hatinya terasa tenang berada di dekat wanita itu yang mengaku namanya Kartini. Wajahnya anggun dan ayu sesuai dengan namanya. Linggar merasa seperti jatuh cinta pada pandangan yang pertama."Kenapa ya?" Linggar mengubah posisinya menjadi miring ke kanan, menatap tembok di depannya. "Kenapa aku memikirkan Bu Tin? Entah ini hanya kebetulan saja atau memang..., aku rasa tidak mungkin.""Bisa saja memang namanya sama. Ibu Tin dan Ibu dari Mas Pram hanya memiliki kesamaan nama saja," ucap Linggar. "Tapi, kenapa hatiku malah semakin tidak tenang seperti ini? Aku malah semakin penasaran den
Read more
Bab 54 Kelakuan Jodi
"Bukannya kamu ada istri, kenapa penampilanmu begitu kusut? Atau jangan-jangan kamu sedang memiliki masalah dengan istrimu?" Pria dengan wajah masam itu tertawa menghina, tatapannya seolah menertawakan.Melirik sekilas jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Pramudita membuang napasnya perlahan. Ia telah terlambat sepuluh menit, rapalan doa terus dipanjatkan dalam hati. Berharap jika koleganya pun terlambat seperti yang ia lakukan. Pandangannya mengarah pada pria yang kemungkinan ia rasa usianya tidak jauh darinya. "Mana mungkin istrimu mau mempersiapkan keperluan kamu? Tinggal satu rumah tak menjamin hidup kalian menjadi harmonis dan romantis, 'kan? Landasan cinta itu perlu sekali dalam pernikahan, bukankah begitu?" Pria itu kembali menambahkan.Pramudita tersenyum, mengelus wajahnya. "Apa sebenarnya yang kamu bicarakan? Mau sampai kapan kamu masih menunggu istriku? Padahal kamu sendiri tahu, hubungan kami baik-baik saja. Linggar pun hanya menganggap kamu sebagai teman d
Read more
Bab 55 Bertemu Bu Tin
"Mbak Enggar, ada satu pembeli yang ingin bertemu." Lia mengejutkanku Linggar, dahinya bertumpuk-tumpuk. Memikirkan siapa pembeli yang ingin bertemu dengannya. Mungkinkah ia sekarang memiliki penggemar?"Siapa Lia?" Linggar merapikan penampilannya sekilas. "Masih muda atau sudah dewasa?""Seorang Ibu, Mbak. Katanya kemarin sempat bertemu dengan Mbak Enggar di toko bahan-bahan. Saya kurang tahu nama Ibu tadi siapa, Mbak. Mungkin Mbak Enggar akan mengingatnya setelah ini," jawab Lia.Linggar mengangguk, wajahnya menampilkan senyuman. Teringat akan wanita paruh baya yang kemarin sempat ingin berkunjung ke tokonya. Ternyata bukan hanya sekadar janji, ditepati langsung oleh Kartini. Linggar merasa cukup senang dan gembira. "Itu Bu Tin, Lia. Beliau adalah tamu saya, tolong kamu siapkan minuman ya." Linggar beranjak, kemudian melangkah menuju depan. Sedangkan, Lia melanjutkan ke dapur, mengambil minuman dingin.Bibir itu tak henti menyunggingkan senyuman tipis, wajah terlihat begitu sumrin
Read more
Bab 56 Masih Ada Keraguan
"Aduh, Mas! Pelan-pelan! Sakit ini, Mas.""Sabar, kamu tahan sebentar ya. Kurang sedikit lagi ini.""Mas, cepetan sedikit. Aku sudah tidak kuat lagi.""Enggar tahan dulu, sedikit lagi hampir sampai."Linggar mengusap peluh, mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk membantu Pramudita menggotong sofa dari ruang kerja ke ruang keluarga. Pria itu beranggapan jika sofa di dalam ruangan kerjanya hanya menambah sesak dan semakin mempersempit ruangan. Maka dari itu meminta bantuan Linggar yang baru saja memasak. "Di sini saja, Mas?" Linggar kembali mempertanyakan, pria itu menjawab dengan anggukan kepala. "Apa ada yang kurang pas?"Pria yang sudah berkepala tiga itu menggeleng, terkekeh geli menatap wajah istrinya banjir keringat. Mungkin kecapekan menggotong sofa tersebut yang tergolong cukup berat bagi ukuran wanita. Hati Pramudita menghangat, tak menyangka jika Linggar akan membantunya. Kenapa jantungku deg-degan seperti ini? Enggar tidak ingin aku mengerjakan sendirian, apa pun pekerjaann
Read more
Bab 57 Pillow Talk
Pramudita mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa di sana? Kamu tidak ingin masuk?""Tidak usah, aku tidur di kamarku saja." Linggar menggeleng, melangkahkan kakinya berlanjut ke kamarnya. Belum ada lima langkah, tangannya ditahan Pramudita. Pria itu menariknya lembut, lalu membawanya masuk ke kamarnya. Wanita itu memberontak, ia tak ingin berada dalam satu kamar terlebih setelah berdebat panjang. Bahkan kondisi Pramudita belum begitu dingin dan tenang. Ini untuk pertama kalinya mereka akan tidur di atas ranjang yang sama, momentum paling mendebarkan sekaligus belum pernah terpikir sebelumnya. Linggar membuang napas perlahan."Aku tidur di kamarku saja, Mas," ucap Linggar. "Mungkin lain kali saja, Mas, jika memang semua sudah siap""Apa yang kamu khawatirkan? Aku tidak ingin melakukan apa-apa sebelum kamu memberikannya. Lagi pula aku ingin menuruti ucapan kamu juga hatiku, sudah saatnya kita memulai dari awal. Pernikahan ini bukan sekadar permainan, Dik Nggar. Percaya denganku."Perkataa
Read more
Bab 58 Keresahan Jodi
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini, Jodi? Aku sudah memberikan banyak waktu untuk kamu berusaha, malah kamu sia-siakan waktu yang aku berikan." Gendhis berkacak pinggang. "Katanya kamu bisa mengatasi sendiri, Jodi? Lalu, apa buktinya? Kenapa kamu malah ingkar dengan janji kamu sendiri?"Pria itu menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. "Aku sudah berusaha, tapi tidak mudah membuat mereka berpisah. Entah apa ramuannya yang jelas hubungan mereka begitu erat, Gendhis. Semakin lama malah terlihat semakin harmonis. Bahkan suami Linggar setiap melihat aku selalu marah.""Kamu ini tidak becus, Jodi, semua sudah aku percayakan ke kamu. Aku percaya kalau kamu bisa mengatasi mereka. Kenapa malah sebaliknya, hah? Kamu sama sekali tidak dapat aku untungkan," bentak Gendhis, nada suaranya berubah menjadi tinggi.Tangannya mengepal kuat, bahkan matanya pun memerah. Gendhis tak bisa membohongi dirinya lagi akan hati yang semakin terasa membara. Ia marah, sebab sudah percaya
Read more
Bab 59 Bertemu Bu Tin
"Harusnya hari ini, Mas," ucap Linggar. "Kamu sengaja curi hari ini?" Pramudita duduk di kursi depan Linggar. Pria itu membuka kancing bawah jasnya, kemudian membuang napas begitu panjang. Kedua tangannya tertaut di atas pahanya. Pandangan mata tidak lepas dari wanita dua puluh lima tahun tersebut. Ia seperti tengah mengharapkan sesuatu hal."Aku sengaja mengambil cuti, Dik. Pikiran dan hatiku sama sekali tidak bisa tenang. Tidak fokus ke pekerjaan, jadi lebih baik aku pergi ke sini. Aku butuh banyak penjelasan dari kamu, Dik. Apa yang kamu ketahui, aku mohon jelaskan padaku semuanya." Pramudita merengek, memohon dengan menyatukan kedua telapak tangannya ke depan dada.Wanita itu membuang napas kasar. "Kalau aku yang menjelaskan, maka aku berada di posisi salah, Mas. Biarkan saja Bu Tin yang menceritakannya sendiri ke kamu ya. Beliau pasti lebih-lebih berhak menjelaskan semuanya, Mas. Lagi pula yang tahu ceritanya secara runtut itu beliau, Mas. Aku tidak tahu apa-apa."Helaan napas p
Read more
Bab 60 Hangat Bersama, Sebut Nama Orang Lain
"Kamu tidak mau makan dulu, Mas? Masa cuma duduk aja? Kaki kamu tidak capek?" Linggar meletakkan satu kotak nasi ayam goreng di hadapan Pramudita.Wanita itu paham jika suaminya belum makan siang, terlebih sejak tiba di toko kue hanya duduk dan termenung di dalam ruangan kerja Linggar. Wajah Pramudita murung dan sedikit pucat, tak seperti biasanya. Tampak tengah memikirkan suatu beban di kepalanya. Linggar membuang napas, turut prihatin dengan suaminya yang masih memikirkan keberadaan sang Ibu."Makan, Mas," ucap Linggar dengan menyentuh lembut bahu Pramudita. "Kamu kenapa murung seperti itu, Mas? Apa yang sedang kamu pikirkan?"Embusan napas kasar, Pramudita menoleh kemudian menyunggingkan senyuman tipis. "Tidak ada, aku masih kepikiran di mana Ibu sekarang. Hatiku tidak tenang memikirkan Ibu, Dik. Bagaimana jika terjadi sesuatu hal dengan Ibu? Aku merasa sangat bersalah, Dik."Linggar menarik lembut lengan Pramudita, mengajaknya duduk di sofa, agar lebih santai dan nyaman. Mengusap
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status