All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti: Chapter 31 - Chapter 40
85 Chapters
Bab 31 Dia Kembali
"Di rumah bosan sekali," ucap Linggar dengan mengembuskan napas panjang.Sudah dua jam lamanya, ia mengurung diri di dalam kamar. Sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Pramudita. Hatinya masih sangat kesal dan sakit atas ucapan sang suami, tega menjatuhkan tuduhan yang jelas tak mungkin ia lakukan. Kemarahan menggelegak dalam diri Linggar. Layaknya api membara dalam sekam, ia ingin menghanguskan bengunan dengan rasa marahnya. Setelah menarik napas dan membuangnya perlahan, ia kemudian merasa jauh lebih membaik kembali.Pandangannya jatuh pada ponsel di dalam genggamannya. Tak ada satu pun pesan masuk dari pria itu. Sebenarnya Linggar tak begitu berharap ataupun menanti, hanya saja hubungan mereka sedang memiliki konflik kembali, kemungkinan pria itu ingin membuat hatinya lega. Sayang sekali, semua itu hanya terjadi di dalam pikiran Linggar saja."Mana mungkin Mas Pram mengirimkan pesan dahulu. Aku rasa dia pun membiarkan bagaimana aku bertingkah. Entah aku marah ataupun kesal, tid
Read more
Bab 32 Berujung Nestapa
"Kamu mau sarapan di sini, Enggar?" Jodi mengerutkan keningnya. Lesehan pinggir jalan atau mungkin lebih familiar dengan nama angkringan. Bukan tak ingin, hanya saja Jodi berharap tempat yang dipilih Linggar lebih privat dan memungkinkan untuk mereka bertukar cerita. Malah yang didapatkan sebaliknya, Linggar memilih tempat umum dengan minim privasi."Kenapa, Jodi? Kamu tidak mau sarapan di sini? Atau mungkin kamu merasa malu sarapan di sini ya?" Linggar menatapnya penasaran, lantas pria itu menjawab dengan gelengan kepala.Jodi tersenyum kaku. "Tidak masalah, Enggar, aku menyukai di mana saja tempat yang kamu pilih. Tapi, bukankah tempat ini terlalu terbuka untuk kita saling bercerita? Bukankah lebih baik kita mencari tempat yang lain saja?" Wanita itu menggeleng sekilas. "Aku sudah lama ingin sarapan di sini, Jodi. Jika kamu tidak suka, lebih baik kamu cari tempat lain saja ya? Aku tidak memaksa kamu untuk ikut dengan pilihan yang aku pilih." Buru-buru Jodi menggelengkan kepalanya
Read more
Bab 33 Tak Ada Jalan Tengah
"Kalian sudah lama?" Suara Pramudita terdengar renyah, lebih sedikit segar daripada sebelumnya. Ia juga mengambil bakaran yang berada di hadapan Linggar, perutnya pun meronta ingin diisi. "Belum," jawab Jodi. Mendadak ia merasa kurang nyaman dan tak enak berada di antara hubungan Linggar dan Pramudita. Tak dihiraukan oleh Pramudita, yang diharapakan olehnya adalah jawaban dari bibir Linggar bukan Jodi. Ia kesal kala mendengar suara pria tersebut, ada api yang tiba-tiba menyala di dalam hatinya. Sengaja ia duduk sedikit membelakangi pria tersebut, lebih menghadap Linggar. Bahkan menutupi pandangan Jodi ke Linggar. Pramudita menatap wajah Linggar, makin ia tatap makin besar pula rasa bersalah yang bersarang di dalam hatinya. Ia sadar atas kesalahan yang telah diperbuat, sayangnya ia tak mampu memperbaiki semuanya. "Kamu tidak lapar, Mas?" Linggar masih menundukkan, menikmati makanannya. "Mau makan tidak, Mas?" Linggar mengangkat wajahnya, tatapan mereka saling bertemu. Kepala Pram
Read more
Bab 34 Balik Rumah
Air mata terasa tak kering membasahi pipi Linggar. Wanita itu termenung di dalam mobil yang telah menepi di sebuah bahu jalan, lalu lintas tak begitu ramai, malah terbilang sepi. Ia tak memiliki keinginan untuk kembali ke rumah suaminya. Hati dan perasaannya campur aduk, bahkan kepalanya telah lama berdenyut kencang."Kenapa tidak ada jalan keluar atas masalah dari rumah tanggaku?" Linggar mengusap air matanya kasar. "Selalu ada saja ujian yang aku hadapi setiap harinya, aku juga lelah jika seperti ini terus."Masalah satu belum usai, ditambah masalah lain yang tiba-tiba muncul, menambah pikiran menjadi semakin rumit. Linggar sendiri pun sampai bingung harus menyelesaikan masalah masn terlebih dahulu. Terlebih Pramudita tak memiliki inisiatif untuk memperbaiki hubungan mereka, seolah acuh dan membiarkan begitu saja. Hubungan dibiarkan terombang-ambing, tanpa tujuan yang jelas."Jika Mas Pram tidak ingin hubungan ini langgeng sampai nanti, kenapa seolah masih memberikan perhatian ke ak
Read more
Bab 35 Menginap
"Kamu ada masalah, Nduk?" Prapto berdiri di pinggir jendela, menatap ke arah situasi di hadapannya, menatap air hujan yang makin deras makin malam. Juminem tengah menyiapkan makan malam, Linggar dilarang membantu. Prapto mengajak untuk berbicara santai berdua terlebih dahulu, ia memiliki pemikiran buruk tentang hubungan sang anak dan menantu.Terlebih Linggar datang sendiri, bahkan sampai meminta izin untuk menginap. Sebagai orang tua, tak mungkin bila tak memiliki prasangka buruk tentang mereka. Prapto pun was-was bila sang anak telah disakiti hatinya, ia tahu bila di antara Linggar dan Pramudita menikah secara paksaan."Apa hubungan kamu dengan Pramudita baik-baik saja sekarang, Nduk?" Prapto menoleh, menatap wajah Linggar penuh tanda tanya. "Apa benar kamu sudah meminta izin dengan Pramudita? Bapak dan Ibu khawatir jika kalian sedang ada masalah, Nduk."Linggar membuang pandangan, tangannya kemudian meletakkan cangkir bekas teh buatan Juminem ke atas meja. Ia sudah menduga bila ke
Read more
Bab 36 Tidak Punya Hati
Hujan tak kunjung reda, bahkan diiringi guntur dan kilat. Hati pria itu semakin cemas dibuatnya. Gawai berada di tangan, tak berani ia mengirim pesan yang sudah diketik sejak satu jam yang lalu. Ragu dan bimbang, ia tak seberani itu. Bahkan nyali yang ia miliki semakin ciut. Meski demikian, hatinya semakin penasaran tentang keadaan istrinya entah berada di mana. Tak ada satu pun pesan yang dikirimkan untuknya. Wanita itu sepertinya tak ingin ia ganggu, membuat ia menjadi gamang. Jika ia tetap diam, hatinya sampai detik ini makin cemas dibuatnya. Pramudita berdiri di ruang dengan cat tembok abu-abu muda tersebut. Untuk sesaat, ia semakin terjerembab pada suasana sunyi rumahnya, berteman suara air hujan di luar bangunan. Tatapannya mengarah ke luar jendela, menatap taman tapi dan tertata. Ia teringat atas wanita yang satu bulan berjalan telah menemani dirinya. Rumah menjadi bersih dan lebih nyaman untuk ditinggali karena terawat. Selama kehadiran Linggar, wanita itu mengubah segala h
Read more
Bab 37 Kejutan Tak Terduga
"Seberapa jauh kamu bertahan?" "Sampai kapan kamu akan tetap bertahan dengan hubungan ini?""Apa mungkin kamu malah kuat hingga titik terakhir nanti?"Air mata kemudian mengalir, wanita dua puluh lima tahun itu memandang cermin di depannya. Wajah cantik berpoles riasan itu harus tergusur oleh lelehan air mata yang tanpa permisi mulai merangsek keluar begitu saja."Aku juga ingin merasakan diperjuangkan, ingin merasa disayangi. Tapi, kenapa aku tidak bisa merasakan sampai detik ini?" Tangannya dengan kasar mengusap air matanya kembali.Sejak semalam, ia menanti akan mendapat pesan dari sang suami. Pria itu akan mencarinya atau mungkin mengkhawatirkan keadaan dirinya sekarang. Sayang sekali, semua itu tak terjadi. Hingga pagi ini pun tak ada satu pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Menandakan bila ada atau tiada dirinya, tak akan memperingatkan apa pun di hidup sang suami.Menelan pil pahit, Linggar seperti memang dipahat agar lebih kuat menghadapi kenyataan yang tak pernah sejalan de
Read more
Bab 38 Rencana Berdua
"Kita ke mana, Mas?" Linggar menoleh, Pramudita duduk diam di kursi kemudi. Terlihat fokus pada jalanan.Pria itu tak memiliki keinginan untuk menjawab pertanyaan dari sang istri, terlebih wajahnya pun datar dan dingin. Membuat Linggar semakin geram. Sebenarnya dari awal pun ia malas diajak keluar berdua dengan Pramudita, hanya saja ia tak dapat menolak bila di hadapan kedua orang tuanya. Tak mungkin ia pamer hubungannya yang sedang renggang, hanya akan menambah masalah baru.Linggar menatap intens, embusan napas terdengar kasar. "Mas, kamu dengar suaraku? Kenapa kamu diam? Aku bertanya ke kamu, Mas.""Nanti kamu tahu sendiri," jawab Pramudita. "Memangnya kenapa? Aku juga tidak akan menculik kamu, Enggar. Kamu khawatir aku bawa ke mana?"Kepala Linggar menggeleng. "Bukan seperti itu, Mas. Aku juga ingin tahu tujuan kita ini mau ke mana, tidak mungkin bukan kita jalan tanpa tujuan? Lagi pula kamu pamit dengan kedua orang tuaku ingin mengajak jalan berdua. Dan aku, sebagai orang yang ka
Read more
Bab 39 Semangkuk Ramen
Sebenarnya bibir Linggar terasa kelu, ingin mengeluarkan suara segera untuk memecahkan keheningan di antara mereka. Terlebih sudah satu jam lebih mereka hanya diam dan membiarkan saling selancar dengan isi pikiran masing-masing.Terlihat Pramudita tak ingin membuk pembicaraan, padahal makanan dan minuman telah tersaji di hadapan mereka. Perut terasa menari-nari mencium semerbak wangi ramen yang terhidang. Linggar merasa tersiksa atas ajakan Pramudita, rasanya ia tak dapat berkutik. Terlebih yang memiliki inisiatif ke sana adalah Pramudita, malah seolah tak terjadi apa-apa.Linggar yang tak betah menunggu lama, lantas berdehem kecil. "Mas, ini ramennya ditunggu sampai dingin?"Pramudita terkekeh pelan, menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal. "Kita makan sekarang. Aku menunggu kamu dari tadi."Mereka pun khidmat menikmati setiap sendokan ramen, kuah beserta kondimen di dalamnya. Linggar merasa ini adalah ramen terenak yang pernah ia icipi, setiap seruputan rasanya begitu gurih dan nik
Read more
Bab 40 Gendhis Membuat Ulah
"Aku bayar ya? Kamu ambil kue dari toko kamu, 'kan?" Pramudita mengeluarkan kartu debitnya, diserahkan ke Linggar. Kening Linggar mengerut. "Untuk apa, Mas? Aku sudah bawa kartu kredit kamu. Lagi pula kue ini untuk Bapak, mertua aku sendiri, untuk apa harus membayar? Sama saja ini yang buat aku kok.""Aku tidak enak, Enggar. Kamu ambil dari toko, nanti kamu rugi." Pramudita kembali menyodorkan kartu tersebut. "Ambil saja ya? Kamu juga bisnis, Enggar, aku tidak mau karena ini malah membuat kamu rugi. Di toko kamu juga ada banyak karyawan, Enggar, butuh uang untuk gaji mereka.""Kue ini untuk Bapak dan tidak akan membuat aku rugi, sudah jangan dipermasalahkan. Nanti akan ada ganti yang lebih banyak dan besar, jika aku ikhlas. Masalah gaji itu sudah ada, Mas, semua telah aku persiapkan. Jangan terlalu khawatir." Linggar tersenyum kecil.Mobil mereka telah terparkir lama di halaman rumah Juwanto. Satu sama lain tak ada yang memiliki niatan untuk turun. Linggar masih merapikan baju dan ju
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status