All Chapters of Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi: Chapter 71 - Chapter 80
110 Chapters
71. Pekerjaan Tergila!
Sekarang Nayra mengerjapkan mata sembari mengamati wajah Aldo dengan penasaran. Setengahnya, ia tak yakin dan tidak bisa menebak apa yang akan ditawarkan Aldo kepada dirinya. Di saat yang bersamaan, Aldo justru menaikkan kedua alis tebalnya. Menunggu respon yang akan dilayangkan Nayra.“Apa itu, Pak?” tanya Nayra akhirnya.“Jadilah mentor di hubungan percintaanku. Kamu harus bisa membebaskanku dari semua perjodohan yang ibuku minta. Apa kamu sanggup?” Aldo tersenyum tipis. Ia melempar tatapan remeh pada Nayra yang beberapa kali meneguk ludah dan memandangnya ragu.Nayra tampak berpikir. Ini salah satu tawaran pekerjaan tergila yang pernah ia dapatkan. Apa tadi? Jadi mentor cinta Aldo, seorang pimpinannya sendiri yang ia tahu berhati dingin kepada wanita-wanita di sekitarnya? Ia bahkan bisa menebak bahwa hati pria itu sudah membatu saking tak pernah disentuh oleh apa yang namanya “cinta”.Tidak. Tidak mungkin ia sanggup. Apalagi ia juga tak bisa mengatasi pernikahannya yang kandas. Ini
Read more
72. Kita Putus!
Dari balik lensanya, Arvin menyipitkan mata sehingga membuat Aldo menahan napas dan menggerakkan bola matanya cepat.“Jangan berpikir aneh-aneh, Vin. Aku cuma ingin menolong ayahnya. Kasihan, stroknya lumayan parah.”Arvin nyengir sambil ber-ooh ria. Beberapa kali ia mengangguk demi menyenangkan pimpinannya tersebut. “Baik, Pak, saya akan menghandle perusahaan sebaik mungkin,” sahutnya kemudian.Aldo akhirnya dapat bernapas lega. Ia menegakkan dagunya kembali sembari berdeham pelan. Bagi Aldo, image adalah nomor satu.“Ya sudah, Vin. Aku berangkat sekarang.” Setelah memeriksa arloji di lengannya, Aldo langsung menuntun langkahnya menjauh dan memasuki lift di ujung koridor.Sementara itu, Arvin cekikikan. Ia bahkan dapat menangkap muka Aldo memerah tadi. Ini kejadian langka, Arvin harus segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada bosnya itu.Aldo telah mencapai mobilnya dan lekas menekan gas hingga membawa kendaraan beroda empat itu meluncur deras di aspal yang mulai terik. Ia s
Read more
73. Kulkas Dua Pintu
Mengguntur dari langit, Marsella membelalak lebar usai mendengar ucapan Guna di seberang teleponnya. Dahinya berkerut jelas, setengah tak percaya dan kesal atas jawaban Guna yang terlontar secara gampang.“Apa?! Kamu serius minta putus?” pekiknya geram."Ya, kita putus aja. Aku muak kalau kamu rewel terus!”Marsella sama sekali tidak terima. Ia lekas membuka mulutnya untuk protes ketika sambungan teleponnya diputus oleh Guna tanpa rasa bersalah.“A-apa! Sialan! Bisa-bisanya kamu ngomong gitu!” Marsella menghempaskan tangannya.Dengan muka amat kesal, ia segera menghentakkan kaki dan segera pergi dari rumah itu. Perasaannya masih campur aduk. Dadanya dongkol, mula-mula di atas motor ojek yang ia pesan, ia menangis tersedu-sedu.Marsella benci keputusan Guna yang telah berkata demikian. Apa Guna tidak ingat bahwa pria itu baru saja memohon untuk mendapatkan maaf darinya?Marsella dongkol, kebanyakan pria memang tidak tahu diri. Bagaimana tidak, mereka berusaha mati-matian untuk mendapat
Read more
74. Unlimited Love
Marsella juga tak kalah melebarkan kedua matanya memandang pria yang pernah ia temui sebelumnya. Masih tercengang, Marsella menunjuk muka pria tersebut.“Hah, kamu! Ternyata kamu lelaki yang dimaksud Papiku!” Ia tersentak. Tak menyangka pria berkacamata ini yang akan dijodohkan dengannya.Rahang Arvin mengeras. Dari sekian banyak wanita di dunia ini, kenapa harus Marsella. Dari balik lensa, ia memandang jijik ke arah wanita itu. Ia masih teringat bagaimana berita viral tersebut mencuat, belum lagi ia juga mengenal Nayra yang jelas-jelas korban dari sikap keji wanita di hadapannya sekarang.“Kamu pikir kamu layak untuk melakukan perjodohan ini?” sinis Arvin mengatupkan bibirnya.Mendengar kalimat itu meluncur, Marsella jadi mengerutkan kening heran. “Apa maksudmu?”Arvin membuang napas kasar dan memutar bola matanya. Biasanya ia sabar dalam menghadapi sesuatu, tapi tidak kali ini. Pertama, ia benci dijodohkan. Kedua, Marsella bukan seleranya apalagi wanita tersebut sudah terkenal tak b
Read more
75. Kalian Cinlok?
“A-ah iya, sekarang kamu udah ketemu aku, toh.” Ida memaksa bibirnya mengurai senyum.Nayra memperhatikan air muka Ida yang pias. Apakah dirinya tak salah lihat? Ibunya sekarang terlihat sedang gugup menghadapi salah satu teman SMA yang sekarang ini berada di depannya.“Ikut arisan bareng teman-teman, yuk, Da. Biar makin rame!” cetus temannya itu menepuk bahu Ida perlahan.Nayra kian memicingkan kedua matanya. Jelas-jelas Ida mengatakan bahwa dirinya ikut acara arisan akhir-akhir ini. Apa ibunya bohong?“Oh, pasti. Lain kali aku akan ikut arisan kalian, tapi sekarang aku ke kamar mandi dulu, ya. Kebelet.” Ida nyengir, lalu segera menarik tangan Nayra.“Ayo, cepet, Nay!” Dengan setengah berlari, Ida lekas membawa Nayra bersamanya. Baik Nayra maupun wanita berambut pendek tadi kebingungan. Padahal temannya ingin mencegah kepergiannya karena ingin meminta kontak Ida agar bisa menghubunginya lagi.Ida segera berhambur menuju salah satu bilik kamar mandi sewaktu tiba di toilet umum rumah s
Read more
76. Menolak Termasuk Hak Asasi
“Halo, tolong belikan laptop baru sekarang juga.” Aldo bergerak kikuk dan langsung menghubungi salah satu pergawainya. Ia sengaja melakukannya demi mengabaikan celetukan Arvin yang menyebalkan.Arvin bersedekap dan menggerakkan matanya terus menerus mengikuti setiap tindakan Aldo secara detail. Sekarang di bibirnya bertengger senyuman miring mengejek sikap Aldo yang sengaja menghindarinya. Ia juga sempat mengalihkan tatapan kepada Nayra yang tengah bersikap canggung.“Ya, merk itu juga boleh.” Aldo melirik Arvin sepintas, lantas mendengus karena pria itu masih antusias menunggunya.Setelah itu, Aldo terpaksa mematikan sambungan ponselnya dan duduk di kursi singgasana seperti semula.“Kalian benar-benar… hmm─”“Cepat kerja dan berhenti mengada-ngada! Nanti kamu pinjamkan laptopmu untuk Nayra sebelum laptop barunya datang,” sambar Aldo secepat mungkin. Ia tak mau jika Nayra atau orang lain salah paham.Arvin menoleh ke arah Nayra singkat, lalu terkikik pelan. Ia menutup mulutnya dengan
Read more
77. Cuma Akting?!
Nayra tersentak. “A-apa, Pak? Kenapa─”[Jangan banyak tanya. Ini bagian dari pekerjaanmu. Aku sudah sampai di depan gangmu.]“Hah?! Bentar, Pak. Saya keluar dulu.” Nayra langsung berdiri dan mematikan sambungan teleponnya.Ia merapikan rambutnya secara cepat, lantas segera menggiring kakinya. Pikirannya masih menimbang-nimbang penuh keraguan kenapa pimpinannya itu ingin dirinya ikut. Mau kemana mereka?Begitu membuka pintu, Nayra menangkap gerakan Ida menarik cepat lengannya. Spontan Nayra mengernyit samar. Apalagi keduanya sekarang sedang duduk berdekatan.“Mau kemana kamu, Nay?” ketus Ida menutupi rasa gugupnya.“Aku mau pergi sebentar. Ada tugas mendadak dari pimpinanku.” Nayra menyahut cepat sembari memakai kembali pantofel yang ia pakai tadi. Sementara Guna menatapnya dengan remeh.Nayra lekas berlari. Seketika ia melupakan apa yang terjadi di belakangnya barusan. Sekarang pikirannya tertuju kepada Aldo yang telah tiba di jalan depan gang rumahnya.Saat kedua netranya melihat mob
Read more
78. Kambing Hitam
“Masa sama ibu sendiri nggak mau bilang? Kurang ajar si Nayra,” celetuk Guna mencoba mengompori Ida. Ia bahkan mengamati bagaimana air muka wanita itu berubah.“Ya, kan kamu tahu sendiri dulu dia juga susah nerima aku di sini.” Ida mendengus kesal. “Kenapa kamu bicarain dia lagi? Masih suka?”Melihat Ida merajuk membuat Guna tergelak singkat. “Nggaklah, sekarang cintaku hanya buat Ibu seorang,” goda Guna sengaja mengacak-acak hati Ida dengan sentuhan pada dagunya.“Heh, kok ibu! Aku bukan ibumu!”“Nggak, dong. Kamu itu kekasih sekaligus sosok ibu satu-satunya dalam hidupku. Ibaratnya kamu kayak nasi goreng spesial pakai telur.”Sontak senyum di bibir Ida merekah lagi. Godaan Guna lagi-lagi membuatnya merasakan jatuh cinta dan melambung tinggi kembali. Bahkan, ia semakin terobsesi untuk menjalin hubungan dengan pria berdarah muda tersebut. Kepala Guna lalu turun lagi ke pangkuan Ida.“Oh, iya. Sepertinya aku punya cara jitu agar kamu bisa dapat uang lebih dari Nayra.”Ida mengernyit, l
Read more
79. Mereka Pergi Bersama?
Baik Aldo dan Arvin sama-sama tersentak oleh kehadiran Rianty. Mereka bahkan berpikir bahwa berita itu pasti cepat menjalar ke wanita tersebut. Arvin lekas memutar tubuhnya, lantas memandang kehadiran Rianty yang mendekat dengan was-was. Bahkan sekujur tubuhnya meremang seketika.Rianty mula-mula berkacak pinggang dan berteriak keras, “Kalian ini! Kenapa bisa bertingkah sembarangan dan tidak becus kayak gini, hah!”Sebelum keduanya berhasil menjawab, tangan Rianty terulur begitu saja menjewer telinga Arvin, lalu Aldo yang ada di balik meja. Arvin mengerang kesakitan. “Aduh, Bu! Tunggu dulu.”Sementara itu, Aldo mau tak mau segera menyeret sepasang kakinya memutari meja untuk keluar. Pasalnya, semakin lama tarikan tangan Rianty pada telinganya kian menyakitkan. Keduanya lantas terpaksa mengikuti langkah Rianty yang menggiring mereka ke koridor. Beruntung, suasana lorong cenderung sepi dan berbeda dari lorong lantai lain.Tetapi, Nayra tak sengaja berpapasan dengan mereka. Ia memandang
Read more
80. Secandu Senja Sore Hari
“Loh, Pak, bukan es krim di sini saja?” Mata Nayra membelalak lebar ketika mobil Aldo justru melewati kedai es krim yang berada tepat di depan perusahaannya. Padahal es krim cokelat di sana enak dan harganya murah.Nayra menelan ludah kekecewaan. Hal itu dapat ditangkap oleh Aldo ketika pria tersebut menoleh ke arah Nayra singkat.“Memang kamu mau karyawan lain melihat kita makan es krim berdua di sana?” tegas Aldo.Seketika raut wajah Nayra berubah. Apa yang dikatakan Aldo memang benar. Ia juga ketakutan setengah mati kalaupun ada karyawan lain memergokinya bersama Aldo. Nayra khawatir pikiran macam-macam yang dilayangkan kepadanya. Meski begitu, dirinya pun sangat sadar diri, seorang Aldo tidak mungkin mau kalau orang lain sampai mengetahui pria tersebut keluar dengan wanita seperti dirinya.Lagian, siapa aku? batin Nayra minder.Tak lama kemudian, mobil Aldo akhirnya berhenti di sebuah kedai es krim yang dua kali lebih besar dari kedai yang dimaksud Nayra tadi. Mata Nayra tak berke
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status